All Chapters of Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Chapter 91 - Chapter 100

105 Chapters

Bab 91. Honeymoon Part 2

Suaminya memang sangat menyebalkan, tapi Hanifa berusaha untuk tetap sabar duduk di pinggir pantai seraya menatap lekat ke arah Respati. Sayangnya, ketika banyak sekali para perempuan datang mendekat, mendadak Hanifa panas bukan main. Dia menatap bengis ke arah suaminya yang juga sedang menatap ke arahnya. Setelahnya, wanita itu memilih untuk menoleh ke arah lain dengan wajah yang memerah. Respati tertawa geli. Dia sukses menjahili sang istri hingga membuat wanitanya kesal seperti itu. "Mbak. Boleh saya minta tolong, fotokan saya dengan lelaki ganteng di sana?" tanya seorang perempuan dengan pakaian yang super terbuka. "Lelaki di sini banyak, Mbak. Mau difotokan sama siapa?" tanya Hanifa sedikit ketus."Itu loh Mbak. Yang pakai celana pendek warna navy tanpa atasan. Tampan sekali dia, Mbak. Siapa tau saya bisa dekat sama dia terus dijadikan bini!" pekik perempuan itu merasa kegirangan setelah menunjuk ke arah Respati. Bibir Hanifa sudah merengut tak suka. Dia mengembalikan ponsel
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 92. Tak Mau Bertanggung Jawab

Jika siang datang ke kediaman Banu sekeluarga adalah hal yang sepertinya sangat mustahil, Widya pun memilih untuk datang pada malam hari. Bahkan, ini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat seperempat. Tetangga kiri dan kanan rumah sederhana itu sudah mematikan lampu teras dan ruang tamu. Semoga saja tidak ada yang terbangun lagi hanya untuk menguping pembicaraan orang lain. Widya sudah mengirimi Abimana pesan dan untungnya di baca oleh lelaki itu. Sejak tadi Widya tak berhenti menangis lantaran merasakan takut.Ceklek!Suara pintu yang terbuka membuat wanita itu dengan cepat menghapus air mata. Dia pun bangkit dari duduknya dan lekas mendekat ke arah Abimana."Mau apa kamu, Wid? Apa tidak cukup sudah menyakiti diriku dengan cara berselingkuh dengan Om Bowo?" tanya Abimana dengan datarnya. Bahkan, lelaki itu belum sepenuhnya bisa berjalan jika tanpa bantuan kruk atau tongkat. "A-aku mau bicara sesuatu sama kamu, Mas. Boleh sambil duduk?" tawar Widya karena sejujurnya tubuhnya
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 93. Menunggu Kepulangan Pasutri

Terkhusus hari ini, Hanifa dan Respati memiliki agenda berburu kuliner sekaligus berburu oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Mereka honeymoon di Bali tidak lama dan mungkin hanya sampai empat hari saja. "Mau beli apalagi, Sayang?" tanya Respati seraya menoleh ke arah sang istri. "Pie susu jangan ketinggalan. Terus, Mbak Kusuma minta dibelikan kain Bali. Kalau Mama katanya terserah. Neneknya Mas Pati yang sedikit rewel!" Adu Hanifa yang sukses membuat Respati menyerngit keheranan. "Rewel bagaimana, hm?" heran lelaki itu yang tak paham dengan perkataan istrinya.Hanifa semakin mendekat ke arah Respati dan membisikkan sesuatu di dekat telinga sang suami. "Katanya, minta cicit, Mas. Aku bahkan nggak tau kapan anak kita jadi, tapi sepertinya Nenek sudah tidak sabar punya cicit dari kita!" keluh Hanifa. Inilah yang menjadi beban pikiran dari wanita muda itu. Baru beberapa bulan menikah saja sudah di tuntut harus segera memiliki momongan. "Sabar. Intinya, kita harus sering berusaha. Kam
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 94. Candunya Tubuh Istri

Hanifa dan Respati tiba di kediaman keluarga mereka menjelang pukul satu dini hari. Semua orang di kediaman itu bahkan masih terjaga hanya karena Nenek Laksmi yang menyuruh mereka menunggu kedatangan pasutri itu."Assalamualaikum!" Sapa Hanifa dan Respati dengan serentak."Waalaikumsalam. Ya ampun, Nifa. Nenek kangen sekali sama kamu!"Hanifa sampai terlonjak kaget ketika tubuhnya diterjang oleh Nenek Laksmi. Dia dipeluk dengan sangat erat dan bahkan hampir terhuyung ke belakang. Untung saja Respati dengan gesit menangkap tubuh keduanya. "Nifa juga kangen sama Nenek. Terima kasih, ya, Nek, sudah kasih kami tiket bulan madu," ucap tulus Hanifa hingga membuat sang Nenek bahagia bukan main. "Kalian baik-baik saja, kan, selama di sana?" Kali ini Anisa yang bertanya. "Kami baik, Ma. Kami bahkan sangat menikmati. Apalagi keseringan hanya di kamar penginapan saja!"Astaga, kenapa Respati justru mengatakan hal itu, sih? Wajah istrinya bahkan sampai memerah. "Biasa pengantin baru. Sini, Pa
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 95. Minta Dinikahi

Hanifa kepalang malu setelah pagi tadi kepergok oleh keluarga sang suami. Dia bahkan tak mau keluar dari kamar lantaran sudah tak memiliki muka lagi untuk menghadapi keluarganya. "Ini semua gara-gara kamu, Mas!" keluh Hanifa yang sejak tadi tak berhenti mengomeli suaminya yang sekarang ini sedang duduk di atas ranjang. Sementara dirinya sibuk di depan meja rias setelah membersihkan diri dan berganti pakaian."Kamu juga suka Mas begitukan!" goda sang suami sampai membuat Hanifa memutar bola mata dengan malas.Entah sampai kapan ruam mewah yang menghiasi seluruh bagian lehernya itu menghilang. Tak mungkin juga, kan, bila dia harus mengenakan syal?"Kenapa toh, Dek? Mama sama Nenek pun juga tau betul kita ini pasangan suami istri! Tidak usah malu begitu!" heran Respati. Lelaki itu memang tak tau bagaimana malunya seorang wanita yang dipergoki seperti itu oleh keluarga suaminya. "Kamu nggak ngerti, Mas. Diam saja!" keluh Hanifa dan seketika membuat Respati mengangguk pelan. Menjelang
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 96. Dituduh Menghamili

Napas Hanifa memburu dengan begitu hebatnya ketika ditelepon oleh sopir keluarga yang tadi mengantar Respati pergi. Seketika, matanya berembun dan napasnya memburu dengan sangat hebat. Hanifa ingin menangis, tapi dia bingung harus bagaimana. Pada akhirnya, wanita itu memilih bercerita pada Nenek Laksmi dan juga mertuanya. "Aku nggak nyangka Mas Pati bakal kayak gitu, Ma!" lirih Hanifa. Dunianya seolah runtuh begitu saja setelah menceritakan segalanya pada dua wanita dewasa itu."Astaga, apa yang sudah Pati lakukan? Membuat malu saja!" keluh Anisa yang langsung menitikkan air mata.Berbeda dengan Nenek Laksmi yang begitu geram. Matanya menyiratkan kilauan amarah yang begitu besar. Dadanya naik turun dan kepalanya dipenuhi berbagai macam pertanyaan. "Sudah tau rumah sakitnya di mana?" tanya Nenek Laksmi yang langsung di angguki oleh Hanifa. "Kita semua pergi ke sana sekarang. Masalah begini harus segera dibasmi. Kamu kuat apa tidak ikut ke rumah sakit?" tanya Nenek Laksmi pada cucu
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 97. Usaha Melenyapkan Janin

Hanifa mengerjapkan mata setelah beberapa waktu lalu sempat pingsan. Wanita itu menatap sekitar dan mendapati keberadaan suami dan kedua mertuanya. Hanya minus Nenek Laksmi saja dan entah di mana keberadaan orang tua itu. "Sayang. Apa yang sakit? Bilang sama Mas!" Respati gegas mendekat dan langsung mengusap dengan sayang wajah sang istri. Tangan kiri Hanifa yang terbebas dari selang infus pun lekas membimbing tangan suaminya untuk di letakkan di atas dada. "Dadaku yang sakit, Mas. Aku nggak nyangka kamu hamili wanita la—"Cup!Bibir ranum itu dipangut oleh Respati. Persetan jika di dalam ruangan ini masih ada kedua orang tua mereka. Lelaki itu tak peduli.Handoko rasanya ingin sekali memberikan bogeman mentan pada Respati. Dia masih kesal bukan main lantaran tadinya sedang sibuk, tapi dia buru-buru dihubungi oleh istrinya untuk segera datang ke rumah sakit lantaran Hanifa jatuh pingsan. Pria paruh baya itu tentu saja langsung meninggalkan pekerjaan. Baginya, keluarga adalah nomor
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 98. Istri Hamil Harus Dimanja

Widya baru membuka mata setelah beberapa saat pingsan karena kebodohannya sendiri. Wanita itu mendapati keberadaan Abimana yang sebagian wajahnya masih di perban. Bahkan, salah seorang bidan juga ada di sana. "Harusnya Bapak jaga dengan baik kandungan istrinya!" omel bidan tersebut seraya menatap datar ke arah Abimana. Abimana datang, karena tadi sempat ditelepon oleh orang yang menolong Widya ketika pingsan dan pendarahan di taman. Sebenarnya, kontak pertama di ponsel Widya itu Bowo, tapi sialnya lelaki itu sama sekali tak mau mengangkat. Alhasil, mereka memilih kontak Abimana yang berada di daftar favorite kedua di ponsel Widya. "Ibunya juga ada masalah apa? Kalian bertengkar? Mbok ya bisa berpikir dengan baik loh. Sebentar lagi kalian punya anak, tapi kenapa Ibunya justru mengkonsumsi nanas dan obat keras?""Anak saya sudah mati, Bu?" tanya Widya mengabaikan pertanyaan bidan barusan. Bahkan, raut wajah Widya tidak ada sedih-sedihnya dan justru terlihat sangat penasaran. "Syukur
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 99. Memuaskan Diri

Tengah malam, Respati terbangun dan terus menerus menghela napas. Dia tidak bisa tidur tanpa memeluk istrinya. Ini semua gara-gara peraturan nyeleneh dari sang Nenek. Jika bisa, dia ingin memulangkan wanita tua itu ke luar negeri lagi. "Punya istri, tapi kok tidur sendiri? Tidak bisa dibiarkan ini!" Respati akhirnya bangkit dari kamar. Ia lekas berjalan dengan tergesa menuju lantai bawah, lantaran kamar Nenek Laksmi ada di lantai satu. Wanita tua itu tentu saja sudah tak bisa naik turun tangga lantaran tubuhnya sudah ringkih di makan oleh usia. "Pati, mau ke mana?" Respati terkejut bukan main ketika tak sengaja berpapasan dengan sang Mama yang baru keluar dari kamar."Mau nyusulin istri, Ma. Pati tidak bisa tidur kalau tidak peluk Nifa," ujar Respati tanpa ada yang ditutupi.Anisa tertawa geli ketika mendapati anak sulungnya yang sangat bucin seperti ini. "Ya sudah, hati-hati. Kalau perlu, gendong saja Nifa bawa kembali ke kamar kalian. Jangan sampai Nenek kamu bangun, bisa heboh
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 100. Trending Topik

Sejak semalam hingga pagi ini, Respati terus menerus muntah-muntah. Semua anggota keluarganya bahkan sampai panik sendiri. Lelaki itu tak bisa berjauhan dari sang istri. "Kamu kenapa, sih, Mas? Terlalu capek atau gimana? Perasaan kemarin siang masih baik-baik saja dan masih bisa bercanda sama aku." Hanifa tentu saja merasa sangat khawatir dengan keadaan sang suami. "Mau ke rumah sakit saja atau bagaimana?" tawar Anisa yang sama khawatirnya seperti yang di rasakan oleh sang menantu. "Di sini saja sama Nifa. Hirup aromanya Nifa mualnya jadi hilang!" lirih Respati.Jika biasanya lelaki itu sangat berwibawa dan penuh kharisma, berbeda dengan sekarang. Ia tampak terlihat sangat sayu dan pucat. "Lemah sekali, sih, kamu, Pati? Ini tuh namanya morning sickness. Biasanya wanita hamil yang mengalami, tapi ternyata kamu yang gantiin Nifa!" omel sang Nenek yang merasa sebal dengan cucu lelakinya.Respati sama sekali tak membalas ucapan sang Nenek. Lelaki itu sekarang ini sedang sibuk menghiru
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status