Semua Bab Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Bab 101 - Bab 110

153 Bab

Bab 101. Noda Lipstik Siapa?

Santi menatap sinis ke arah Widya yang sejak pagi tadi sudah leha-leha menonton televisi. Padahal, pekerjaan di dapur masih banyak. Masakan belum rampung semua. Peralatan makan tadi malam pun juga belum di cuci.Seenak jidat wanita hamil itu malas-malasan. Jika dulu Santi selalu membela Widya. Kini, tidak lagi. "Wid. Masak sana, Tante mau bersihin depan rumah!" tegas Santi membuat Widya melotot seraya merengut."Tan, aku tuh lagi hamil. Masa iya Tante suruh masak? Bukannya apa, kalau wanita hamil itu cocoknya di manja!" tegas Widya kesal bukan main. "Masalahnya kamu bukan mantu Tante, ya. Kamu cuma numpang di sini. Sudah tidak kerja di perusahaan. Imbasnya pun juga ke Abi, kemarin dia di pecat sama Renjana, karena menganggap Abi tidak becus jagain kamu yang menjadi wanita gatal begitu," sinis Santi yang ucapannya terlalu pedas. Widya menghela napas. Demi apapun, dia itu jarang bekerja di dapur. Bahkan, untuk bersih-bersih rumah pun dia malas sekali. Maunya leha-leha, tapi uang data
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 102. Kissing and Ice Cream

"Sayang—""Mas, kamu tau sendiri, kan, perempuan hamil itu sensitif sekali. Jangankan perempuan hamil, yang tidak hamil saja sangat sensitif kalau lihat beginian. Kamu habis ngapain, sih?" Nada bicara Hanifa mulai bergetar.Wanita itu sepertinya takut jika masa lalu yang buruk akan terulang lagi di saat dirinya baru saja pulih dan merasa bahagia. Respati lekas mendekat dan mulai mendekap erat tubuh Hanifa. Pecah sudah tangisan sang istri. Tangisan yang sangat menyayat hati. "Kamu tau sendiri kalau aku ini anak broken home. Masih kecil ditinggal pisah sama orang tua. Ayah nikah lagi, sementara Ibu pergi ke luar negeri dan sampai sekarang nggak balik lagi. Bahkan, aku juga pernah gagal berumah tangga. Aku nggak bisa dibeginikan, hiks ...."Hanifa mengeluarkan segala keluh kesalnya. Biarkan saja suaminya mengatai dirinya cengeng atau semacamnya. Yang jelas, wanita itu sedikit terguncang. Jemari Respati terulur untuk mengusap air mata Hanifa. Bahkan, sampai sekarang lelaki itu belum m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 103. Ibu Kontrakan yang Sesungguhnya

Setelah hampir satu bulan masa pemulihan, Abimana pun sudah kembali berjalan dengan normal. Bahkan, wajahnya yang dulu sempat di perban, sekarang sudah tidak lagi. Perut Widya juga sudah mulai menonjol dan hal itu membuat Abimana semakin muak. Lelaki itu bahkan merencanakan sesuatu supaya bayi yang ada di dalam kandungan Widya bisa luruh begitu saja. "Mas Abi. Aku pengen makan pizza tapi Tante Santi yang buat!" rengek Widya, ketika mereka semua sedang berada di meja makan. Santi langsung menatap bengis ke arah wanita hamil itu. Semakin hari, ada saja permintaan nyeleneh dari Widya. Bahkan, dia seperti tak berpikir jika sekarang ini Abimana sedang menganggur. Pendapatan keluarga kecil itu hanya dari usaha konveksi yang dijalani oleh Banu dan Santi. Sayangnya, beberapa minggu ini penghasilan menurun karena banyak sekali para tetangga yang enggan ke sana. "Makan saja yang ada. Jangan banyak tingkah kamu!" sentak Santi kesal bukan kepalang. Sudah malas dan tidak pernah mau membantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 104. Bentakan Respati

"Loh, ngapain kamu ke situ? Itu loh punya calon istrinya Mas Pati. Dengan kata lain, suatu saat nanti itu punya saya, Delina Nugraha!" tegas wanita itu yang ternyata namanya Delina Nugraha. Pergerakan tangan Hanifa yang ingin membuka pintu kontrakan pun sontak saja terhenti. Ia menatap malas ke arah penghuni baru yang sialnya berada tepat di samping rumah kontrakan yang memang dikhususkan untuknya. Hanifa kembali tak menggubris dan hendak membuka pintu lagi. Sayangnya, Delina justru menarik kasar tubuh sang empu yang beruntungnya masih bisa menjaga keseimbangan. "Kamu itu apa-apaan, sih? Sudah dibilang jangan ke situ! Budeg apa gimana? Pergi sana!" usir Delina. Tidak tau saja jika wanita yang sedang di usir ini adalah ibu kontrakan dua puluh pintu yang salah satunya sedang dia tempati. "Mbak yang apa-apaan? Ini tempat saya, jadi saya bebas mau keluar masuk. Toh, saya juga punya kunci!" Hanifa yang kepalang dongkol tentu saja langsung mengangkat kunci kontrakan yang ia punya. Hal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 105. Maaf, Sayang

"Lepas!" datar Hanifa seraya menyentak kasar tangan Respati.Hal ini sukses membuat Anisa terkejut bukan main. Dia menatap intens ke arah pasangan itu. Sepertinya, sedang ada perselisihan di antara mereka. "Dek. Mas minta maaf—""Buat apa minta maaf? Mas nggak salah, kok. Harusnya aku sadar diri nggak usah pergi ke sana. Supaya aku nggak direndahin sama orang dan juga supaya nggak dibentak-bentak sama suami sendiri!" lirih Hanifa memotong ucapan Respati.Sebenarnya, wanita itu sama sekali tidak mau membahas hal ini didepan mertuanya. Salahkan saja Respati yang justru memancing mereka untuk membahas hal iniAnisa pun semakin mengerutkan kening. Apalagi ketika mendengar penuturan dari sang menantu yang terdengar sangat menyayat hati."Kalian kenapa? Pati. Hanifa kamu apakan, hah?" tegas Anisa yang suaranya sangat tidak bersahabat. Hanifa terisak hebat yang seketika membuat Anisa semakin naik pitam. Respati pun bingung hendak berbuat apa. Mau kembali memeluk sang istri, tapi sang empu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Bab 106. Pakaian Seksi Widya

Hanifa dengan telaten mengobati memar yang menghiasi wajah sang suami. Sementara Respati sejak tadi hanya bisa menatap lekat ke arah sang istri yang sama sekali tak pernah pamrih. Sialnya, dia bahkan sudah melukai hati wanitanya ini. "Sakit, Mas? Maaf, ya, kalau sakit, Mas tahan dulu!" ujar Hanifa begitu lembut Wanita itu sudah mengesampingkan ego untuk tidak memikirkan lebih dulu segala hal menyakitkan yang Respati berikan tadi. Sebagai seorang istri yang baik, dia harus bisa mengayomi suaminya. "Kamu lebih sakit, tapi masih bisa tanya begitu ke Mas, Dek? Mas menyesal, Dek. Maafkan Mas!" lirih Respati seraya mendesis pelan ketika memarnya terasa sakit.Hanifa melempar senyum. "Nggak papa. Akunya saja yang kasar. Maaf, ya, kalau aku tadi kasar. Aku cuma nggak suka dibilang ini dan itu oleh orang lain yang bahkan belum tau aku ini siapa," balas Hanifa dengan hati legowo.Detik itu juga, Respati langsung memeluk istrinya dengan begitu erat dan sesekali melabuhkan kecupan di kening.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Bab 107. Kegatalan Widya

Widya sejak tadi sibuk mencari perhatian pada Respati yang bahkan sama sekali tak menggubris keberadaannya. "Aduh, Mas. Tolong aku, sepertinya kaki aku keseleo!" pekik Widya yang langsung terduduk di lantai.Beberapa orang mendekat dan mulai menolong wanita hamil itu. Sementara Respati hanya melirik malas ke arahnya. "Kalian ngapain, sih? Aku maunya ditolong sama Mas Pati!" pekik Widya protes. Seketika, kerumunan itu bubar dan mencibir pelan. Widya ini kentara sekali jika sedang mencari perhatian. Hanifa yang melihatnya saja hanya bisa menghela napas. "Mas, ayo tolong aku!" pinta Widya manja. "Nanti kalau ada apa-apa sama kandunganku bagaimana? Mas mau tanggung jawab?" lanjut Widya yang masih terus menerus mengoceh. Hanifa mendekat dan mengulurkan tangan. Dia tentu saja tak akan pernah memberikan celah pada wanita sialan itu. Apalagi Hanifa sudah belajar dari masa lalu yang begitu menyedihkan. Jangan sampai hanya karena Widya lagi, rumah tangganya kembali bubar. "Ngapain?" pek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 108. Digunjing Warga

Widya panas sendiri ketika melihat Respati dan Hanifa bermesraan di belakang sana. Harusnya dia bisa berada di posisi Hanifa, tapi ini justru dia kepanasan sendiri. "Ini mobil nggak ada AC-nya atau gimana, sih? Panas sekali!" gerutu Widya kesal bukan main. Hanifa mengulum senyum. Dia tau betul jika Widya ini sedang dalam mode cemburu buta. Astaga, padahal dulunya Widya bisa dengan leluasa mengambil apa yang dia punya. Sayangnya, sekarang ini Hanifa tak akan pernah mau bila harus mundur. "Perasaan pakaian Mbak terbuka, deh! Kok, masih merasa panas?" timpal Pak sopir menyerngit keheranan.Widya tentu saja langsung melotot horor. Dia kesal bukan main dan tak mau bila harus terus menerus ada di dalam mobil."Diam kamu! Kalau nyetir cepat dong. Saya mau segera pulang nih!" gerutu Widya yang sama sekali tak punya sopan santun. Respati yang sejak tadi menyimak hanya bisa memutar bola mata dengan malas. Terserah wanita itu saja mau mengoceh apa.Lelaki itu lebih memilih merengkuh sang ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 109. Pura-pura Cinta Widya

"Wid. Jangan bikin ulah lagi. Ayo masuk!" ajak Abimana yang sudah keluar dari ruang tamu. Widya menghela napas. Dia tak mau berdebat dengan Abimana. Alhasil, wanita itu berjalan gontai mendekati sang pujaan hati. Berbagai hinaan dan cibiran terus berdatangan. Bahkan, Widya sudah menangis sesenggukan. Santi yang merasa bosan dengan ocehan para tetangga pun gegas menarik masuk sosok Widya hingga ketiganya langsung menutup pintu.Tubuh Widya luruh ke lantai. Sebenarnya, Santi merasa iba. Hanya saja, ketika mengingat Widya yang sudah bermain serong di belakang Abimana, rasanya wanita paruh baya itu ingin menggampar Widya. "Mas Abi. Aku capek banget, Mas. Bisa tidak sih kalau kita ngekost saja atau pindah rumah?" rengek Widya yang sudah tak sanggup bila harus menjalani hari demi hari yang menyesakkan seperti ini. "Ck, kamu pikir biaya kost murah, Wid? Kalau kamu atau bahkan Abi yang ikut ngekost, siapa yang mau bayarin? Saya? Untuk makan sehari-hari saja kalian masih numpang. Wajar ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 110. Ancaman Untuk Perempuan Genit

Pagi-pagi sekali Nenek Laksmi menyambangi kontrakan milik Respati. Wanita tua itu ingin melihat sosok penghuni baru salah satu unit kontrakan milik sang cucu. Sesampainya di sana, ia gegas bertanya pada salah satu dari mereka yang tinggal di kontrakan itu. Semua yang ditanya mengatakan jika penghuni baru itu tinggal di samping unit kontrakan yang dikhususkan untuk Hanifa. Bahkan, para tetangga kontrakan banyak menceritakan keluh kesalnya selama bertetangga dengan Delina. "Ibu Laksmi harus tau kalau si Delina itu genitnya minta ampun. Apalagi kalau Mas Pati datang ke sini. Sudah pasti itu perempuan gatal sekali!" "Bukan hanya ke Mas Pati, tapi ke satpam yang menjaga kontrakan ini saja juga genit. Makanya, kita suka was-was kalau si Delina ketemu sama suami-suami kita, Bu!" Nenek Laksmi menghela napas. Dia semakin penasaran seperti apa sosok Delina yang bahkan belum ada satu bulan tinggal di sini saja sudah membuat banyak orang resah. "Minta tolong sekali, ya, Bu. Kalau bisa, Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status