Semua Bab Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Bab 121 - Bab 130

153 Bab

121. Direcoki Mantan Suami dan Selingkuhannya

"Suami mana yang tidak cemburu, kalau ada lelaki yang mau dekati istrinya. Jika ada, berarti itu bukan Mas," ujar Respati dan Hanifa pun mengulum senyum."Dia cuma masa lalu aku, Mas. Sementara kamu masa depan aku. Masa cemburu sama masa lalu yang nggak ada apa-apanya, sih? Aku loh juga sudah hamil anak kamu. Ini buktinya, sudah mulai menonjol. Benih kamu loh tumbuh di rahim aku. Masa sudah begini, masih saja cemburu!" goda Hanifa yang sukses membuat Respati tersipu malu. Setelahnya, keduanya kembali saling berpelukan. Menikmati indahnya waktu bersama. ***Malam pun tiba, pasangan serasi itu memilih untuk pergi keluar menikmati udara segar. Hal ini juga dilakukan supaya Hanifa tidak bosan lantaran akhir-akhir ini hanya di dalam kontrakan saja. "Mau keluar ke mana si bumil cantik ini, hm?" bisik Respati ketika melihat dandanan istrinya yang super cantik. Wanita itu langsung tersipu malu. Tak menyangka jika dirinya akan mendapatkan suami pengertian seperti Respati. "Mau jalan-jalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

122. Rencana Jahat Abimana

Hanifa berjalan mendekat ke arah stand penjual makanan. Dia harus gerak cepat supaya suaminya tidak ditempeli pelakor macam Widya. Jika dibiarkan begitu saja, sudah pasti Widya akan bertingkah seenaknya. "Mas Pati!" panggil Hanifa yang seketika membuat Respati menoleh. Lelaki itu terlihat terkejut dan gegas mendekat ke arah istrinya. "Kenapa ke sini, Sayang? Mas, kan, sudah bilang kalau tunggu saja di sana. Biar Mas yang antre!" ujar Respati penuh dengan kelembutan. Widya yang sejak tadi mendengar percakapan pasutri romantis itu pun langsung memutar bola mata dengan malas. "Aku mau temani kamu. Takutnya ditempeli sama pelakor, Mas!" Hanifa sengaja mengusap pundak suaminya seolah menghempaskan debu dan kotoran yang membandel. Hal itu tentu saja membuat Widya tersinggung bukan main. Emosinya hendak meledak, tapi sialnya mereka sedang berada di tempat umum dan tak memungkinkan dia untuk marah-marah tak jelas. "Mbak Wid, kamu di cari kekasihmu itu. Ditunggu loh! Ketimbang godain sua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

123. Kunjungan Nyelekit

Beberapa hari ini Respati sama sekali tak mau keluar dari kontrakan jika tidak bersama dengan sang istri. Lelaki itu seperti kapok bila harus meninggalkan istri cantiknya dan berujung ditemui dengan mantan suami dari wanita itu.Hanifa sampai heran sendiri. Di sisi lain, dia juga merasa sangat bersyukur karena mendapatkan lelaki yang sangat mencintai dirinya secara overdosis. "Mas nggak pergi ke tempat fitness lagi?" tanya Hanifa penasaran. Wanita itu sampai duduk mepet di samping sang suami. Respati menggeleng seraya memeluk erat pinggang sang istri. Bibirnya sudah maju mengendusi leher jenjang yang mulus itu. Hanifa hanya bisa menghela napas ketika mendapati keusilan sang suami yang tiada duanya."Kenapa nggak pergi ke sana, Mas? Biasanya saja aku di anggurin di kontrakan!" heran Hanifa yang suka sekali memancing Respati. "Malas mau ke sana. Sudah pasti si Widya ke sana. Dia mengganggu sekali." Respati langsung bicara jujur. Inilah moment yang ditunggu oleh Hanifa. Dia ingin ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 124. Bumil Cantik Ngidam

Tengah malam, Hanifa terbangun dan menatap penuh harap ke arah Respati yang bahkan masih tidur terlelap di sampingnya. Wanita itu sebenarnya tak tega membangunkan sang suami lantaran terlalu lelap dalam tidurnya. Hanya saja, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. "Mas Pati. Bangun, Mas." Wanita itu mulai menggoyangkan tubuh sang suami. Berharap dengan ini, lelaki itu terbangun. Untungnya, Respati bukan tipe orang yang susah dibangunkan ketika sudah terlelap. Ia bahkan langsung terjaga dan menatap sayu ke arah istrinya berada. "Kenapa, Dek? Butuh sesuatu?" tanya Respati sayu dan masih setengah mengantuk. Hanifa memeluk erat tubuh suaminya. Entah mengapa, dia ingin bermanja ria dengan suaminya ini. Apalagi, ketika melihat wajah tampan itu, rasanya ingin terus memiliki dan menyatu bersama. "Aku mau minum susu ibu hamil, tapi Mama Anisa yang buatin. Pengen banget, Mas," rengek Hanifa seraya menunduk dalam. Dia takut sekali jika permintaannya ini tidak dituruti oleh sang suami. Terlebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 125. Ancaman Mengerikan dari Banu

Widya menangis pagi-pagi sekali karena ngidamnya tidak dituruti oleh keluarga Abimana. Dia merasa sangat frustasi dan tak menyangka akan memiliki nasib seperti ini. Sudah hamil dengan suami orang, sama sekali tidak di akui dan berakhir menjadi aib keluarga kekasihnya. Bukan ini yang dia mau. Dia hanya ingin hidup bergelimang harta, tapi justru terjerumus lebih jauh dalam kemaksiatan dan dosa besar. "Wid. Kamu tidak bisa diam? Tante pusing dengar suara tangisan kamu!" pekik Santi emosi bukan main. "Aku cuma ngidam, tapi kalian nggak turuti apa kemauan aku!" pekik Widya yang tak terima dengan semua ini."Kamu pikir, kami punya banyak uang, hah? Kamu ini ngidam atau niat mau peras uang kami, hah? Sudah menumpang, tapi tidak tau diri sekali!" amuk Santi. Sungguh, ruang tamu rumah itu sudah dipenuhi dengan suara ribut dari dua wanita beda usia itu. Bahkan, para tetangga berbondong-bondong untuk menguping. Mereka seperti senang sekali ketika mendengar keributan yang diciptakan oleh Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 126. Widya Menjadi Babu

Widya menatap sendu uang hasil penjualan anting emas miliknya. Dia merasa sudah persis seperti gembel yang tak mengenakan satu pun emas. Padahal, banyak orang di luaran sana yang belum tentu mampu membeli emas. Memang pada dasarnya Widya saja yang kebanyakan gaya dan gengsi. Bahkan, uang hasil penjualan itu sudah berpindah ke tangan Abimana. "Biar Mas yang bawa. Nanti sore kita cari kost. Sekarang kita pulang dulu buat beresin semua baju-baju kamu!" Abimana menggandeng tangan Widya untuk menuju ke parkiran motor.Yang dulunya ke sana kemari mereka akan menggunakan mobil, sekarang justru hanya menggunakan motor saja. Mana itu motor buntut. Widya merasa jika dia pernah menjadi Cinderella dan dalam sekejap kembali menjadi gadis biasa saja yang tak punya apa-apa. "Mas beneran aku di suruh ngekost?" tanya Widya yang masih tak rela dengan semua ini. "Ya kamu maunya gimana, Wid? Memangnya mau berurusan dengan polisi kalau sampai Papa beneran ngelaporin kamu?" tanya balik Abimana yang dib
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

127. Rumah Baru

Respati kali ini sengaja memberikan kado yang paling istimewa untuk Hanifa. Sebuah kalung cantik yang di dalamnya terisi alat pelacak. Hal ini dia lakukan supaya bisa terus menerus memantau pergerakan sang istri yang memang sangat rawan sekali didekati oleh lelaki lain. "Suka tidak kalungnya?" tanya Respati setelah memasangkan kalung indah itu di leher Hanifa.Sang empu tersenyum amat manis. Dia mengangguk dengan semangat. Semua hal yang telah diberikan oleh suaminya tentu saja membuatnya sangat suka dan bahagia. Tidak ada alasan untuk menolak. Dia sangat bahagia. "Suka banget, Mas. Apalagi diposesifin kayak gini. Berasa sangat dicintai sampai dikasih alat pelacak di dalam kalung ini," kagum Hanifa. Ya, Respati memang berbicara jujur tentang kalung istimewa itu. Selain harganya yang mahal, kalung tersebut memang terdapat alat pelacak yang di rancang khusus oleh kenalan Respati. "Memang kamunya Mas cintai dengan sepenuh hati, Sayang. Ini salah satu dari sekian bukti cintanya Mas un
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 128. Dihina Nenek Laksmi

Jelang sehari sebelum melaksanakan acara syukuran pindah rumah, semua keluarga sudah sibuk sana sini untuk mempersiapkan segalanya. Mereka sibuk mempersiapkan makanan yang memang akan di masak di rumah baru itu. Ada juga bagian yang sedang membuat kue untuk dijadikan bingkisan para anak-anak yatim yang akan di santuni. Memang, acara ini bukan hanya untuk syukuran semata. Melainkan juga Respati mengundang lima puluh anak yatim untuk disantuni. Hanifa yang melihat banyak orang yang membantu hari ini pun sangat terharu. Bahkan, tetangga kiri dan kanan rumahnya pun juga ikut serta. Para penghuni kontrakan pun juga ke sini. "Gimana perasaannya, Sayang? Bahagia?" bisik Respati ketika sejak tadi mengamati istrinya yang sedang menatap penuh kebahagiaan ke arah semua orang.Hanifa menoleh. Matanya sudah berkaca-kaca dan bibirnya maju beberapa senti."Jangan nangis, Sayang. Ini loh hari bahagia kita. Kok, malah mau mewek?" kekeh Respati yang dengan sigap mengusap air mata Hanifa ketika air
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 129. Ternyata Hanya Anak Adopsi

Santi pada akhirnya bisa dengan leluasa berada di tempat itu karena ucapan Hanifa tadi. Dia merasa amat bangga dan sesekali menatap remeh ke arah Nenek Laksmi yang kentara sekali jika jengkel kepada wanita paruh baya itu."Sayang, katanya kamu hamil, ya?" tanya Santi seraya membawa box kue untuk dirakit di dekat Hanifa.Sang empu yang ditanya seperti itu langsung tersenyum cerah seraya mengangguk. "Alhamdulillah, Tan. Masih jalan bulan, belum terlihat kalau menonjol!" balas Hanifa yang mulai mengusap perut datarnya. Santi sebenarnya sedikit kecewa ketika mengetahui fakta tersebut. Seharusnya dia yang memiliki cucu, bukan justru Anisa. Ia iri pada mertua Hanifa lantaran sudah punya suami tampan. Ditambah lagi, punya menantu yang super cantik dan tidak neko-neko."Sayang banget, ya, kamu hamil sama Respati, bukan justru sama Abi," keluh Santi yang sudah tidak bersemangat lagi.Niat hati ke tempat Hanifa hanya untuk cari muka, bukan bekerja membantu sana sini. Hanya saja, dia ingin mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 130. Simpanan Bapak Kost

Widya berusaha keras untuk menghubungi Abimana, tapi sialnya sudah belasan kali dia menghubungi, sama sekali tidak di angkat oleh sang empu. "Kompor gas nggak punya, peralatan masak nggak punya. Terus, aku makan pakai apa coba? Mas Abi ini ke mana? Ditelepon malah tidak di angkat!" keluh Widya seraya melempar kasar ponselnya di kasur lantai yang sangat tipis. Wanita itu meraung di dalam kamar kost lantaran bingung untuk menghidupi dirinya seperti apalagi. Uang semakin menipis dan di dompetnya bahkan hanya tersisa tiga puluh ribu. Tiga ratus ribu pemberian dari Abimana harus berkurang banyak lantaran dia juga butuh membeli kasur lantai murahan. Begitu juga dengan makanan. Baru dua hari tinggal di sini, dia sudah hampir tak memiliki uang.Tok ... Tok ... Tok ..."Mbak? Kenapa? Baik-baik saja, kan, di dalam sana?"Widya menghentikan tangisannya ketika mendengar suara lelaki paruh baya yang merupakan Bapak kost di sini. Wanita itu gegas mengusap air mata dengan kasar dan langsung mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status