Home / Rumah Tangga / Menjadi Cantik Setelah Talak 3 / Bab 136. Kegilaan Abimana

Share

Bab 136. Kegilaan Abimana

Author: NonaRich
last update Last Updated: 2025-04-02 22:22:00

"Sekali lagi Mas tanya. Kamu mau balikan sama Mas atau tidak?" tanya Abimana seraya menatap tajam ke arah Hanifa.

"Aku nggak mau mengkhianati Mas Pati. Dia cinta sejatiku—"

Plak

Wajah Hanifa tertoleh ke samping ketika mendapati tamparan yang sangat kuat dari tangan Abimana. Bahkan, sudut bibirnya sampai terluka saking kuatnya tamparan tersebut

Hanifa kembali menangis sesenggukan. Sayangnya, Abimana sama sekali tak memiliki rasa iba. Lelaki itu mulai mencengkram kuat dagu sang mantan.

"Kurang baik apalagi aku, Nifa? Kenapa kamu berubah, hah? Mana Hanifa yang dulu mengemis cintaku? Giliran aku sudah cinta sama kamu, kamu justru menolaknya!" teriak Abimana kepalang frustasi dan sudah gelap mata.

Seharusnya lelaki itu sadar. Hanifa berubah drastis seperti ini pun juga karena pernah tersakiti oleh lelaki itu. Tidak ada wanita yang mau kembali bersama lelaki kasar dan suka menyakiti batin dan fisiknya. Walaupun sudah diiming imingi dengan cinta, tapi jika sudah trauma, maka ia tak akan per
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 137. Berpulangnya Abimana dan Widya

    Bugh!Ketika Abimana lengah, satu bogeman mendarat manis di tengkuk leher bagian belakangnya. Alhasil, Abimana sontak saja melepaskan dekapan dari Hanifa.Sang empu langsung luruh ke lantai dan sudah tak sadarkan diri. "Hanifa!" teriak Respati. Lelaki itu gegas menghampiri sang istri dan memeluknya dengan erat. "Pak Pati, tolong bawa istri Bapak menepi. Kami akan meringkus tersangka!" tegas salah satu polisi dan langsung diiyakan oleh Respati. Setelah Respati menepi dengan membawa Hanifa ke dalam gendongannya, pihak polisi langsung saja mendekati Abimana yang mulai memberontak ingin berlari.Sayangnya, ia sudah terkepung. Lelaki itu merasa sangat frustasi dan tak mau bila harus berakhir di jeruji besi. Membayangkan saja sudah membuat pikirannya ngeri sendiri. Jangan sampai dia mendekam di penjara dan meninggalkan segala harta benda yang belum sempat dia nikmati. "Lepaskan saya. Minggir kalian. Saya akan pergi dari sini!" teriak Abimana nyaring. Di sisi lain, Widya tak terima deng

    Last Updated : 2025-04-04
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 138. Hanifa Keguguran

    Abimana dan Widya sudah dikebumikan. Bahkan, makam keduanya berdampingan satu sama lain. Sungguh, mungkin di dunia mereka tidak bisa bersatu, tetapi di kehidupan selanjutnya barulah mereka bersatu. Santi sangat terpuruk. Ia dan sang suami sudah berada di dalam rumah. Sudah tak berselera makan maupun minum. Hanya ada tangisan tanpa suara saja yang terlihat sangat pilu. "Jeng, makan dulu, ya. Dari pagi loh Jeng Santi belum makan!" ujar tetangga Santi yang merasa sangat prihatin dengan apa yang menimpa keluarga itu.Santi hanya bisa menggeleng pelan. Sudah tidak berdaya bila harus mengeluarkan suara selain tangisan. Air matanya terus menerus mengalir. Merasa sangat frustasi pada dunia, tapi sayangnya sang anak sudah tidak akan bisa bangun lagi. "Jeng, ayolah—""Mana bisa saya makan? Setelah kehilangan anak satu-satunya!" keluh Santi sedih bukan main.Semua orang terdiam dan tidak lagi memaksa Santi makan. Apalagi ketika melihat Banu yang sedang memejamkan mata. Pria paruh baya itu te

    Last Updated : 2025-04-05
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 139. Dua Bulan Tanpa Jatah Batin

    Hanifa dan Respati sedang berada di makam Abimana setelah kejadian mengerikan itu sudah berlalu dua bulan lamanya. Perlahan-lahan, Hanifa sudah belajar ikhlas atas kehilangan yang menimpa dirinya. Dia sudah tidak lagi merasa sedih yang begitu mendalam, karena bagaimana pun juga, mau menangis darah seperti apapun, calon anak mereka tidak akan pernah bisa kembali. "Mas Abi. Nggak nyangka, ya, kamu pergi secepat ini," keluh Hanifa seraya mengusap nisan yang bertuliskan nama Abimana bin Banu.Ada rasa sesak yang menyerang dada Hanifa. Bagaimana pun juga, Abimana merupakan cinta pertamanya, walau endingnya sangat menyakitkan. "Aku pengen marah sama kamu, Mas. Gara-gara kamu, aku kehilangan calon anakku, Mas." Suara Hanifa mulai bergetar. Demi apapun, dia ini calon ibu yang anaknya di rampas begitu saja karena kekejaman Abimana. Respati langsung mengusap bahu sang istri untuk menenangkan. Hatinya juga terasa tak karuan, walau begitu, dia berusaha keras untuk menanamkan rasa ikhlas atas

    Last Updated : 2025-04-06
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 140. Harta Warisan Untuk Hanifa

    Hanifa menyerah. Baru satu ronde memimpin permainan pun dia sudah lelah bukan main. Wanita itu tak sanggup lagi dan memilih untuk berbaring pasrah.Respati menyeringai. Kali ini dia yang mengambil alih permainan lantaran istrinya sudah tidak berdaya. "Katanya mau kalahin Mas, hm? Mana?" bisiknya seraya tersenyum mengejek. Hanifa merem melek menikmati pergerakan suaminya yang mulai membara. Wanita itu sudah tidak bisa membalas ejekan sang suami dan justru sibuk mengeluarkan suara merdu. "Kamu kalah, Sayang. Pokoknya Mas mau minta hadiah!"Terserah. Hanifa sudah tidak peduli lagi. Mau suaminya minta ini dan itu, akan dia turuti asal dia mampu dan permintaan lelaki itu tidak terlalu nyeleneh. Itu saja sudah lebih dari cukup. "Kita bergadang sampai pagi, ya! Supaya dedek bayinya cepat jadi!"Mengangguk. Hanya itu yang bisa Hanifa lakukan. Ia sama sekali tak bisa berpikir jernih. Mau menolak pun juga tidak bisa. Terlebih lagi, kegiatan panas ini bermula padanya yang terus menerus meman

    Last Updated : 2025-04-08
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 141. Tamu Pak Pengacara

    Santi menangis dalam diam di kamarnya seorang diri. Wanita paruh baya itu menatap lekat bingkai foto Abimana. Pikirannya telah berkelana. Sampai sekarang pun dia masih belum ikhlas atas kepergian anaknya itu. Bahkan, kebenciannya semakin mendalam terhadap Hanifa setelah keputusan pengacara almarhum mertuanya. Enak sekali Hanifa menerima harta secara cuma-cuma. Sementara Abimana sampai meregang nyawa belum pernah menikmati warisan itu sepeser pun. Wanita paruh baya itu juga kesal terhadap suaminya yang justru membela Hanifa. Harusnya jangan seperti ini, tapi sudahlah. "Abi. Mama rindu sama kamu. Mama seperti malas hidup lagi, Bi. Papamu terlalu gila. Mama kesal, Mama tidak suka," keluh Santi seolah mengadu pada bingkai foto tersebut. "Mama nggak rela kamu pergi duluan seperti ini. Ini semua gara-gara Hanifa yang terlalu belagu. Mentang-mentang sudah cantik langsung seperti itu. Mama tidak rela pokoknya. Perempuan itu harus mati juga. Mama tidak mau hanya kamu yang tersakiti di sin

    Last Updated : 2025-04-09
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 142. Dilabrak Santi

    Ada kesalahpahaman antara Hanifa dan Santi. Santi terus menerus menuduh mantan menantunya itu menerima harta warisan milik almarhum Abimana. Sayangnya, mereka belum bertemu dan pihak pengacara almarhum Kakek sebentar lagi akan menyelesaikan tugasnya. Hanifa memang tidak akan pernah mau menerima harta warisan itu walau sepeserpun. Pada akhirnya, pengacara tersebut akan membicarakan harta warisan itu pada Santi dan Banu. Sayangnya, lelaki itu dengan sejuta kesibukannya justru kini sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang mendadak. Hal ini tentu saja membuat Santi hanya bisa menduga ini dan itu. Imbasnya, wanita paruh baya itu sekarang ini semakin membenci Hanifa. "Mama mau ke mana?" tanya Banu penasaran ketika melihat Santi yang sudah rapi dengan pakaiannya. "Mama mau keluar sebentar mencari udara segar. Papa mau ikut?" tawar Santi dengan kalemnya. Banu bahkan sampai menyerngit keheranan. Benar, kah, ini istrinya? Kenapa berubah menjadi kalem seperti ini? Apa sudah tobat at

    Last Updated : 2025-04-11
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 143. Duda Pendatang Baru

    "Sayang. Kamu kenapa? Sini, bicara dulu sama Mas!"Istirahat Hanifa terusik ketika mendengar penuturan dari Respati. Wanita itu menoleh dan mendapati keberadaan sang suami yang sudah menatap khawatir ke arah dirinya."Mas?" kaget Hanifa. Matanya masih bengkak dan dia belum terlihat baik-baik saja di depan Respati. Astaga, sudah pasti setelah ini dia akan disidang habis-habisan oleh sang suami."Ini kenapa matanya bengkak? Astaga, Sayang. Pipi kamu juga bengkak loh ini!" Respati tentu saja kaget bukan main.Pasalnya, pagi tadi sang istri masih baik-baik saja, lantas kenapa sekarang justru babak belur seperti ini? Sudah pasti ini ada yang tidak beres. Lelaki itu harus tau betul apa yang sebenarnya terjadi dengan si cantik ini. "Sini, cerita sama Mas. Siapa yang buat kamu kayak gini, Sayang!" desak Respati yang tak suka ketika melihat kebungkaman Hanifa. Sang empu menghela napas. Dia masih berusaha untuk menyembunyikan hal ini dari suaminya. Bukannya tak ingin selalu terbuka. Hanya sa

    Last Updated : 2025-04-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 144. Posesifnya Mas Suami

    Hanifa dan Respati semalam memang menginap di kontrakan. Pagi ini, Respati masih terlelap, apalagi semalam lelaki itu mengajak istrinya bergadang. Ia memang sangat bersemangat untuk terus mengajak istrinya lembur supaya segera mencapai garis dua.Hanifa sendiri sudah wangi dan sekarang ini baru keluar dari kamar kontrakan. Wanita itu menatap sekeliling dan pandangannya tak sengaja bertabrakan dengan duda yang tinggal di salah satu unit kontrakannya. Entahlah, siapa nama lelaki itu. Hanifa juga tak mau mencari tahu. Takut jika suaminya nanti merajuk dan salah paham. Wanita itu tersenyum simpul sebelum memutuskan pandangan keduanya. Ia memilih untuk berjalan keluar pagar dan tak lupa menyapa dua satpam yang memang selalu berada di sana, walau tidak sampai dua puluh empat jam. Sebab, dua satpam itu juga punya keluarga. "Duh, Mbak Nifa masih pagi sudah segar begini wajahnya. Makin cantik loh Mbak!" sapa salah satu tetangga kontrakan yang seketika membuat Hanifa terkekeh."Ibu bisa saj

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 149. Tingkah Gila Santi

    Sekitar pukul sembilan pagi, pasutri itu baru saja keluar dari kamar. Nenek Laksmi dan Anisa yang melihat itu sontak saja menghela napas. Kedua wanita itu seolah tak tega ketika melihat wajah letih Hanifa."Mau ingin segera punya anak, boleh. Tapi, juga ingat jaga kesehatan. Kalian sudah melewatkan sarapan, loh!" Anisa terlalu gemas dan langsung menegur keduanya, terutama Respati, si biang keroknya. "Mas Pati itu loh, Ma," gerutu Hanifa yang kini sudah duduk menghadap ke arah meja makan. Nenek Laksmi sampai meringis ketika tak sengaja melihat area leher cucu menantunya yang terlihat. Banyak sekali tanda kemerahan di sana. Sudah pasti semua itu adalah ulah dari Respati. "Pati, jangan sampai kamu buat cucu mantunya Nenek sakit. Awas saja nanti!" Respati hanya bisa menghela napas seraya mengangguk. Percuma juga jika dia membuat pembelaan, sudah pasti akan kalah. Tiga lawan satu. Dia bisa apa?"Sudah, intinya jangan terlalu over. Berusaha boleh, tapi ingat juga kesehatan. Kalian ber

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 148. Suami Super Agresif

    Tiga hari setelahnya, kehidupan rumah tangga antara Hanifa dan Respati sudah berjalan dengan semestinya. Sudah tidak ada perang dingin atau pertengkaran lagi seperti yang sudah-sudah.Bahkan, keduanya kembali lengket seperti sedia kala. Hanifa sudah tak pernah lagi membahas kejadian yang lalu. Toh juga Respati sudah kapok dan sudah berjanji tak akan minum-minum lagi. "Sayang!"Hanifa yang kini sedang sibuk memasak pun hanya bisa menghela napas gusar ketika mendengar panggilan dari sang suami. Ada apa lagi dengan lelaki itu? Perasaan tadi masih tidur dengan nyenyak, tapi sekarang sudah ribut sekali."Kamu di mana, Yang?""Di dapur, Mas. Aku lagi masak. Pagi-pagi jangan berisik, ish!" balas Hanifa yang juga ikut berteriak. Sudah tidak ada sahutan lagi dan Hanifa hanya bisa mengedikkan bahu dengan acuh. Wanita itu kembali sibuk memasak. Sekitar dua menit kemudian, Respati datang ke dapur dengan wajah yang masih mengantuk.Grep!Lihatlah betapa manjanya lelaki ini jika sudah bersama d

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 147. Viona dan Cakra

    Meskipun marah pada sang suami, tapi Hanifa sama sekali tidak menolak untuk memberikan jatah pada suaminya. Seperti sekarang ini. Ia baru selesai keramas dengan wajah juteknya. Sementara itu, Respati justru sudah tersenyum sumringah. Cup!Satu kecupan mendarat di bibir manis Hanifa yang justru semakin monyong ke depan lantaran kesal bukan main. Walau begitu, dia tidak mengeluarkan protes sama sekali. "Terima kasih, Sayang. Mas cinta sama kamu!" bisik Respati sangat mesra.Memang dasar lelaki. Sudah diberi jatah, langsung semangat seperti itu. Dia seperti sangat bahagia dan lekas memeluk erat tubuh istrinya. "Jangan lupa senyum, Sayang. Masa sama suami cemberut begitu?" goda Respati. Mau tak mau, Hanifa langsung tersenyum teduh pada lelaki itu. "Aku capek mau tidur sebentar sampai teman kamu datang,"Pada akhirnya, Respati mengalah. Ia membiarkan istri cantiknya mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu. Sekaligus menenangkan pikiran. Harusnya kemarin teman yang di maksud oleh Respa

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 146. Marah, tapi Masih Melayani

    Rupanya, marahnya Hanifa bertahan sampai sore hari. Dia mencueki suaminya yang terus menerus berusaha untuk selalu meminta maaf.Seperti sekarang ini, dia sama sekali tidak memasak. Bahkan, seharian ini hanya sekedar makan buah dan roti selai saja. "Dek. Mas sudah masak buat kita berdua. Makan dulu, ya!" Pinta Respati dengan nada memelas. Hanifa menatap sinis ke arah suaminya. Ia kesal bukan main dan masih sangat kecewa dengan semuanya. "Kamu masak kayak gitu cuma mau niat nyogok aku, Mas? Yang benar saja. Aku loh kecewa berat sama kamu. Nggak mau lihat kamu dulu!"Wanita itu bangkit dan berniat untuk pergi. Sialnya, Respati justru menahan dengan menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanan langsung meletakkan sepiring makanan tadi di atas bufet. Grep!Hanifa memekik tertahan ketika sekarang ini tubuhnya justru di angkat oleh sang suami. Bahkan, cara menggendongnya saja seperti orang yang sedang mengangkat karung beras. "Mas. Kamu apa-apaan, sih? Turunin aku—"Plak!"Akh ...,"

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 145. Mabuk

    Hanifa menghela napas beberapa kali ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi suaminya belum juga pulang. Padahal tadi pamitnya hanya pergi ke tempat fitness, tapi sampai sekarang justru belum pulang. Wanita itu beberapa kali menelepon sang suami, tapi hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada respon dan hanya ada suara operator. "Kamu di mana sih, Mas? Kenapa lupa pulang? Ini sudah malam, loh!" gerutu Hanifa kesal bukan main.Tau begini, hari ini dia tidak mau di ajak pulang ke rumah lantaran rumah sebesar ini justru hanya diisi oleh dirinya saja. Jika memang Respati berniat untuk pulang larut, lebih baik Hanifa menginap saja di kontrakan. "Awas saja kalau nanti pulang. Bakal aku omelin—"Tok ... Tok ... Tok ...Hanifa menghela napas. Sudah pasti itu bukan suaminya dan dia sudah menebak jika itu adalah satpam yang bertugas menjaga keamanan rumah mewah ini. Wanita itu gegas mendekat ke arah pintu dan membukanya. Benar saja, di sana sudah ada salah satu satpam yang menat

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 144. Posesifnya Mas Suami

    Hanifa dan Respati semalam memang menginap di kontrakan. Pagi ini, Respati masih terlelap, apalagi semalam lelaki itu mengajak istrinya bergadang. Ia memang sangat bersemangat untuk terus mengajak istrinya lembur supaya segera mencapai garis dua.Hanifa sendiri sudah wangi dan sekarang ini baru keluar dari kamar kontrakan. Wanita itu menatap sekeliling dan pandangannya tak sengaja bertabrakan dengan duda yang tinggal di salah satu unit kontrakannya. Entahlah, siapa nama lelaki itu. Hanifa juga tak mau mencari tahu. Takut jika suaminya nanti merajuk dan salah paham. Wanita itu tersenyum simpul sebelum memutuskan pandangan keduanya. Ia memilih untuk berjalan keluar pagar dan tak lupa menyapa dua satpam yang memang selalu berada di sana, walau tidak sampai dua puluh empat jam. Sebab, dua satpam itu juga punya keluarga. "Duh, Mbak Nifa masih pagi sudah segar begini wajahnya. Makin cantik loh Mbak!" sapa salah satu tetangga kontrakan yang seketika membuat Hanifa terkekeh."Ibu bisa saj

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 143. Duda Pendatang Baru

    "Sayang. Kamu kenapa? Sini, bicara dulu sama Mas!"Istirahat Hanifa terusik ketika mendengar penuturan dari Respati. Wanita itu menoleh dan mendapati keberadaan sang suami yang sudah menatap khawatir ke arah dirinya."Mas?" kaget Hanifa. Matanya masih bengkak dan dia belum terlihat baik-baik saja di depan Respati. Astaga, sudah pasti setelah ini dia akan disidang habis-habisan oleh sang suami."Ini kenapa matanya bengkak? Astaga, Sayang. Pipi kamu juga bengkak loh ini!" Respati tentu saja kaget bukan main.Pasalnya, pagi tadi sang istri masih baik-baik saja, lantas kenapa sekarang justru babak belur seperti ini? Sudah pasti ini ada yang tidak beres. Lelaki itu harus tau betul apa yang sebenarnya terjadi dengan si cantik ini. "Sini, cerita sama Mas. Siapa yang buat kamu kayak gini, Sayang!" desak Respati yang tak suka ketika melihat kebungkaman Hanifa. Sang empu menghela napas. Dia masih berusaha untuk menyembunyikan hal ini dari suaminya. Bukannya tak ingin selalu terbuka. Hanya sa

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 142. Dilabrak Santi

    Ada kesalahpahaman antara Hanifa dan Santi. Santi terus menerus menuduh mantan menantunya itu menerima harta warisan milik almarhum Abimana. Sayangnya, mereka belum bertemu dan pihak pengacara almarhum Kakek sebentar lagi akan menyelesaikan tugasnya. Hanifa memang tidak akan pernah mau menerima harta warisan itu walau sepeserpun. Pada akhirnya, pengacara tersebut akan membicarakan harta warisan itu pada Santi dan Banu. Sayangnya, lelaki itu dengan sejuta kesibukannya justru kini sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang mendadak. Hal ini tentu saja membuat Santi hanya bisa menduga ini dan itu. Imbasnya, wanita paruh baya itu sekarang ini semakin membenci Hanifa. "Mama mau ke mana?" tanya Banu penasaran ketika melihat Santi yang sudah rapi dengan pakaiannya. "Mama mau keluar sebentar mencari udara segar. Papa mau ikut?" tawar Santi dengan kalemnya. Banu bahkan sampai menyerngit keheranan. Benar, kah, ini istrinya? Kenapa berubah menjadi kalem seperti ini? Apa sudah tobat at

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 141. Tamu Pak Pengacara

    Santi menangis dalam diam di kamarnya seorang diri. Wanita paruh baya itu menatap lekat bingkai foto Abimana. Pikirannya telah berkelana. Sampai sekarang pun dia masih belum ikhlas atas kepergian anaknya itu. Bahkan, kebenciannya semakin mendalam terhadap Hanifa setelah keputusan pengacara almarhum mertuanya. Enak sekali Hanifa menerima harta secara cuma-cuma. Sementara Abimana sampai meregang nyawa belum pernah menikmati warisan itu sepeser pun. Wanita paruh baya itu juga kesal terhadap suaminya yang justru membela Hanifa. Harusnya jangan seperti ini, tapi sudahlah. "Abi. Mama rindu sama kamu. Mama seperti malas hidup lagi, Bi. Papamu terlalu gila. Mama kesal, Mama tidak suka," keluh Santi seolah mengadu pada bingkai foto tersebut. "Mama nggak rela kamu pergi duluan seperti ini. Ini semua gara-gara Hanifa yang terlalu belagu. Mentang-mentang sudah cantik langsung seperti itu. Mama tidak rela pokoknya. Perempuan itu harus mati juga. Mama tidak mau hanya kamu yang tersakiti di sin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status