Home / Young Adult / Pesona Istri Presdir Posesif / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pesona Istri Presdir Posesif: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

031 || Makan Malam

"Maaf, Ivander udah buat kamu nunggu lama." Kanaya tersenyum tak enak pada Ivander yang kini bangkit dari duduknya. Menyambut kedatangan Kanaya, Ardiaz dan juga Anindya. "Nggak papa, saya yang datang terlalu cepat."Ivander tersenyum tipis membalas ucapan Kanaya. Mata segelap obsidian milik Ivander melirik samar pada Anindya yang berdiri di belakang Ardiaz. Ivander kembali duduk di tempat semula. Lalu, dia mempersilahkan mereka untuk duduk. "Silakan duduk." Kanaya dan Ardiaz mengambil duduk di depan Ivander. Sedangkan, Anindya masih setia berdiri. Kursi yang tersisa, adalah kursi yang berada tepat di samping Ivander. "Anindya, kamu kenapa diem aja? Cepet duduk, sayang!" Kanaya memberi kode lewat tatapannya agar Anindya segera duduk dan tidak bertingkah di depan Ivander. Dengan sangat terpaksa, Anindya menarik tungkainya mendekati kursi di samping Ivander. Dia mendudukan diri di sana dengan bibir yang setia bungkam. Bahkan, Anindya tidak melirik Ivander sedikitpun tatapannya han
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

032 || Rooftop

"Kamu jangan kaya gitu dong, Sayang. Kamu yang mau nikah masa terserah, Mama." 'Kan, Mama yang antusias dari awal. Mama aja yang milih konsep pernikahan sekalian Mama nikah sama Ivander' Ingin sekali Anindya menjawab seperti itu, tapi dia tidak memiliki keberanian di depan Kanaya. Dia tidak ingin terlihat kurang ajar pada Kanaya. "Aku nggak bisa mikir, Mama aja yang nentuin aku pasti terima." Anindya ingin sekali pergi dari ruangan ini. Rasamya terjebak bersama orang-orang yang egois, tidak memperdulikan pendapat dirinya itu sangat menyebalkan. Namun, siapa yang peduli pada dirinya? Ivander yang sejak tadi mendengarkan perdebatan kecil dari Ibu dan anak itu mengerti. Dia tahu bahwa Anindya menolak keras pernikahan ini. Dia tahu, Animdya terus mendorong Ivander untuk segera pergi dari hidupnya. Bahkan, penolakan Anindya kemarin masih begitu jelas dipendengarannya. Ivander kali ini ingin egois, dia tidak ingin kehilangan Anindya untuk kedua kalinya. 3 tahun yang lalu, Anindya menol
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

033 || Berdebat

"Saya udah mikirin semua ini secara matang, Anindya. Kalo kamu mikir saya bertindak terlalu terburu-buru, kamu salah besar." Kedua netra Ivander menyusuri setiap inchi wajah cantik Anindya. Mata bulat milik Anindya dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum berwarna merah ceri, dan terakhir pipi chuby membuat Anindya terlihat imut. Gaun putih polos selutut yang terlihat sederhana itu melekat di tubuh rampingnya. Rambut panjang yang dibiarkan tergerai indah, tampak bertebrangan saat diterpa oleh angin malam. Tangan Ivander terulur merapihkan rambut Anindya yang menutupi sebagian wajahnya, tapi Anindya dengan cepat menepisnya. "Kenapa kamu nggak mau coba dulu jalanin hubungan sama saya?" Ivander kembali mengeluarkan suara saat tidak ada respon dari Anindya. Anindya terkekeh samar mendengar pertanyaan Ivander. "Kamu pikir pernikahan sebercanda itu? Sampe kamu jadiin pernikahan ini sebagai percobaan?" Ivander tergagap seketika. Dia telah salah berbicara pada Anindya, detik
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

034 || Menemui Wartawan

"Saya sama Lingga udah menikah selama 3 tahun, sebelum pernikahan Anindya dan Lingga terjadi. Di sini yang merusak rumah tangga orang itu Anindya bukan saya!" Penjelasan Melani di depan para wartawan membuat semua orang terkejut. "Jadi, Bu Melani yang udah bersama Pak Lingga sebelum sama Bu Anindya?" Salah seorang wartawan kembali melempar pertanyaan. Lingga mengangguk, dia ikut menanggapi pertanyaan wartawan tersebut. "Saya memang menikah dengan Melani terlebih dahulu, saya mempunyai kedua anak kembar bersama Melani. Sebelum akhirnya Anindya datang dan mulai merusak rumah tangga saya sama Melani.""Saya sama Melani menikah secara agama, alasannya karena saat itu karir Melani sedang berada di puncak. Saya menyembunyikan pernikahan saya dengan Melani di depan banyak orang," lanjut Lingga memberikan penjelasan yang sudah dia siapkan dari semalam. "Lalu, kenapa Pak Lingga menjalin hubungan dengan Bu Anindya?" Wartawan mulai mencecar Lingga dengan banyak pertanyaan. Setelah 3 hari me
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

035 || Ajakan Makan Malam

"Anindya, lihat kelakuan mantan suami kamu sama wanita jalang itu!" Anindya yang sedang menuruni anak tangga terkejut mendengar teriakan Kanaya di ruang keluarga. Sambil menyentuh dadanya yang berdebar karena terkejut, dia menarik tungkai kakinya mendekat pada Kanaya. "Ada apa, Ma? Kenapa harus teriak-teriak?" Anindya mengambil duduk di samping Kanaya yang tengah fokus menatap layar televisinya. "Anindya, mantan suami kamu sama jalang itu nyebarin fitnah kalo selama ini kamu yang rebut Lingga dari Melani!" Kanaya berucap menggebu-gebu, dia tidak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari layar televisi. Anindya dengan cepat mengalihkan pandang dari Kanaya pada layar televisi. Kedua matanya membulat sempurna melihat berita di mana Melani dan Lingga sedang diwawancarai perihal skandalnya 3 hari yang lalu. Mereka begitu pengecut, setelah 3 hari hanya bisa berlindung di dalam rumah tidak berani menemui wartawan. Kini, Melani dan Lingga memberanikan diri untuk menemui wartawan
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

036 || Kencan?

"Semua orang kini menghujatku, karena Melani."Anindya menutup layar ponselnya dengan malas. Semua berita masih dipenuhi oleh skandal Lingga dan Melani. Namun, kali ini lebih panas karena perkataan Melani saat diwawancarai tadi. Anindya sangat kesal, bahkan marah pada Lingga dan Melani. Tapi, untuk kali ini dia ingin diam terlebih dahulu. Seolah apa yang terjadi hari ini tidak mempengaruhi Anindya sama sekali. Anindya juga tidak peduli saat orang-orang menghujatnya di sosial media. Beruntung, akun sosial media milik Anindya terkunci sehingga tidak ada yang bisa sembarang mengirim pesan atau mengomentari postingannya. "Daripada memikirkan berita ini, lebih baik aku bersiap untuk menemui Lingga." Anindya kembali membuka ponselnya untuk mengirim pesan singkat pada Ivander. Pesan itu berisi lokasi restoran untuk makan malam mereka nanti. "Sayang, Mama masuk, ya?" Setelah mendengar teriakan Kanaya, wanita itu membuka pintu kamar Anindya. Dia kembali menutup pintu kamarnya, lalu melang
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

037 || Menjemput Anindya

"Pak Ivander, saya nerima pernikahan ini." Anindya menatap pantulan diri di depan cermin, di mana tubuhnya yang terbalut dress merah ceri dengan wajah yang terpoles make up tipis.Dia sedang mencoba berbicara di depan cermin seorang diri. Agar nanti ketika di depan Ivander, dia tidak begitu gugup. Sejak awal Ivander ingin menikahinya, Anindya bersikeras menolak meskipun berakhir menerima dengan sangat terpaksa. "Ah, sial! Seharusnya kamu nggak usah gugup, Nindy!" Anindya kembali menarik kursi di depan meja rias, dan mendudukkan diri di sana. Anindya hanya takut Ivander akan berubah pikiran nanti setelah Anindya mengatakan itu. Ivander pasti akan menertawainya melihat Anindya menerima pernikahan ini pada akhirnya. "Ma—" Bibir Anindya terkatup kembali mendengar suara ketukan pintu kamarnya, disusul teriakan Kanaya dari luar pintu. "Anindya, buka pintunya. Ivander udah nunggu kamu di ruang tamu!" Teriakan Kanaya mengejutkan Anindya. Dia reflek bangkit dari posisi duduknya dan ber
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

038 || Penghinaan Anindya

"Saya nggak ada minta buat kamu jemput, Pak Ivander." Anindya menoleh pada Ivander yang sedang fokus menyetir. Ivander bukan orang yang suka menggunakan sopir pribadinya untuk pergi kemanapun. Pria itu lebih suka mengendarai mobil seorang diri. Terkecuali, bersama Anindya malam ini dan beberapa hari yang lalu."Saya inisiatif buat jemput kamu." Ivander menghentikan laju mobilnya di dekat lampu merah. Dia menoleh pada Anindya yang duduk di sampingnya memasang ekspresi masam. Sejak awal, pertemuan mereka setelah melewati malam panjang bersama. Anindya tidak pernah senang jika bersamanya, ekspresi wanita itu selalu suram.'Apakah aku terlalu memaksanya?' batin Ivander mulai berpikir. Sedikit rasa bersalah mulai muncul saat mengingat perlakuan dirinya yang begitu mendesak Anindya untuk menerima pernikahan ini. Ivander bersama kedua orang tua Anindya, mengabaikan keinginan Anindya yang meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Mereka mengambil keputusan secara sepihak, tanpa memikir
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

039 || Bertemu Kedua Preman

"Saya nggak butuh uang ini!" Dengan emosi memuncak, Ivander mengantamkan tinju pada dashboard mobil. Membuat beberapa lembar uang yang diberikan oleh Anindya tadi bertebrangan. Beberapa lembaran uang itu tidak berarti untuk Ivander. Anindya sangat keterlaluan, dia berhasil membuat Ivander merasa terhina karena perbuatan Anindya. "Kamu terlalu berani, Anindya."Ivander mendesis penuh emosi. Garis rahangnya mengetat sempurna, urat-urat pada lehernya menonjol. Ivander segera keluar dari mobilnya untuk mengejar Anindya yang belum terlalu jauh. Ivander tidak akan pernah melepaskan Anindya begitu saja. Wanita kurang ajar seperti Anindya harus mendapatkan pelajaran agar tidak kurang ajar lagi ke depannya.Dengan kemarahan yang berada di puncak kepalanya, Ivander berlari menyusuri trotoar jalanan kota Pandora untuk mencari keberadaan Anindya. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, jalanan kota saat ini tampak sepi. Di ujung sana terdapat sebuah jembatan besar yang tampak gelap.
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

040 || Perasaan Ivander

"Lepasin saya, Ivander!" Anindya berontak saat Ivander mencekal pergelangan tangannya. Dia berusaha untuk kabur saat ini melihat ekspresi menyeramkan yang tergambar pada wajah Ivander. Anindya begitu ketakutan melihat Ivander yang seperti ini. Ivander yang dia kenal sebelumnya tampak dingin, misterius, dan sedikit hangat. Tidak seperti Ivander yang berada di depannya saat ini, tampak menyeramkan dengan seringai yang menghiasi wajah tampannya. Pria itu tampak seperti predator yang sudah siap memangsa targetnya yang sudah dia intai sejak tadi. Sungguh mengerikan, sehingga Anindya ingin segera berlari menghindari Ivander. "Lepas, Anindya?" Ivander terkekeh samar di tengah kesunyian malam. "Saya udah pernah lepasin kamu sebelumnya, tapi jalan yang kamu pilih salah." Anindya mengerutkan dahinya dengan bingung, dia tidak memahami sedikitpun apa yang Ivander ucapkan. "Maksud kamu apa?" tanya Anindya menuntut penjelasan pada Ivander. Tangan Ivander terulur mengusap pipi kanan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status