Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjebak Permainan Sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80

185 Chapters

Bab 71. Mengejar Restu Ayah Mertua

Suasana ruang makan sunyi. Kepala keluarga Adinata—Rowan, memanggil Manda setelah ia mendengar cerita dari istrinya. Ia mencoba membuka percakapan, tetapi lagi-lagi yang keluar hanya helaan napas panjang. Berulang kali.“Enam ratus miliar bukan angka main-main.” Rowan akhirnya memecah keheningan. “Papa nggak punya uang segitu. Bahkan kalau harus mencari pinjaman bank, nggak akan turun sebesar itu, Nak.”Manda menunduk. Ia jadi kesal sendiri karena semua ini membuat seolah dirinya yang bersalah. Karena memecahkan vas antik, mereka jadi terjebak permainan sang presdir.Hanya saja, memang tak ada cara lain selain ini. Ia tidak mungkin juga mengatakan semua klaim Raffael yang absurd sejak awal itu.Putri tunggal keluarga Adinata itu angkat bicara. “Makanya lebih mudah kalau Manda turutin mau dia.”Mencari cara agar lebih meyakinkan lagi, ia pun menambahkan, “Manda nggak pakai hati kok. Santai aja sebenarnya. Manda cuma mau kasih tahu soal permintaan Pak Raffael soal pindah ke apartemen.
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 72. Ditolak!

“Kalau aku benar-benar mencintai Manda, apa itu termasuk menyeretnya ke dalam masalah keluargaku?”Rowan tertegun mendengarnya. Mungkin kalau Manda mendengar perkataan atasannya itu, ia bisa mengamuk. Karena tidak sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati—bahwa orang tuanya tahu hubungan mereka hanya sebatas kontrak.Pria tua itu mendengus geli, seolah ia sudah mendengar lelucon paling tak masuk akal. “Jangan bercanda, Pak Raffael,” tegur Rowan. “Anda punya segalanya. Wanita mana yang tidak akan mengejar Anda. Kenapa harus Manda?”“Karena mereka bukan Manda.” Raffael menjawab singkat. “Saya mau Manda, Papa mertua.”Rowan terlihat tak tenang. ‘Ini nggak seperti cerita Manda. Menurutnya hubungan ini nggak berdasarkan cinta, tapi kenapa orang ini—’“Saya tahu.” Raffael membuka mulut, membuat kereta pikiran Rowan terhenti. “Manda menganggap semua ini hanya diatas kertas. Tapi saya memang sudah jatuh cinta padanya.”Rowan berpikir, ‘Kalau seperti ini, lantas bagaimana dengan Manda? Ap
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 73. Dalang Rencana Kriminal

“Gimana, Bu Elena?” tanya Melly, salah satu rekan kerja Manda.Wajah Manda dan juga Ria terlihat mengantisipasi jawaban si kepala sekretaris itu. Ia tidak pernah berpikir ada karyawan kantor yang bermasalah sampai berujung ke penjara. “Apa dia ketahuan korupsi besar-besaran?” tanya Ria lagi. Manda jadi teringat tuduhan Raffael soal korupsi terhadap dirinya dulu. Walau bukan korupsi uang tapi korupsi waktu karena ia pulang lebih cepat saat jam kerja belum selesai. “Bukan. Bukan soal korupsi. Kriminal malah.” Elena mulai bicara. “Saya kaget juga ada yang sampai melakukan itu.”“Korupsi juga kriminal, Bu.” Ria menambahkan. “Iya juga ya. Tapi ini kriminalnya parah. Katanya dia sewa orang buat celakain staf. Bahkan kata orang yang disewa, dia disuruh perkosa staf itu.”Deg!Hati Manda terasa masam. Jantungnya seperti berdetak kencang satu kali pompa. ‘Kenapa kejadiannya kayak yang aku alami. Astaga!”Manda terkesiap ketika menyadari sesuatu. Ia menutup mulutnya, kaget dengan kesadarann
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 74. Tudingan Tak Berdasar

“Mau ngapain?” Elena menahan Manda. “Katanya mau bicara sama keluarga Mbak Ervina, Bu. Sama HRD juga.”Ia sudah tahu keluarga Ervina tidak datang dengan niat meminta maaf. Jadi, ia sedikit menaikkan dinding pertahanan. Elena tidak suka anak buahnya menghadapi hal buruk. Terlebih ia tahu Manda punya hubungan khusus dengan presiden direktur mereka.“Ngapain lagi?!” Suara Elena mulai meninggi. Staf HRD bernama Wandi itu menggeleng. “Saya cuma diminta manggil Mbak Manda, Bu.”“Nggak apa-apa, Bu. Saya nggak mungkin nggak datang kalau dipanggil Bu Diandra.” Manda berdiri, bermaksud mengikuti Wandi.Elena paham. Ia pun memutuskan untuk menyusul. “Saya ikut.”Ria dan Melly juga sangat ingin ikut menemani. Membayangkan Manda yang baru beberapa minggu bekerja di sana dan harus berhadapan dengan direktur wanita yang super cerewet itu membuat mereka panik. Sayang, mereka tidak sebebas Elena yang sudah memiliki jabatan di level manajerial di bawah sekretaris perusahaan.“Semangat, Bu El!” pek
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 75. Sudah Waktunya

“Pak Raffael!” sapa Amry penuh hormat.Pria paruh baya berwajah kotak itu cukup kaget dengan kehadirannya. Jadi, ia memutuskan untuk bertanya, “Ada apa, Pak?”“Saya dengar sekretaris pribadi saya dipanggil ke sini.” Dengan santai Raffael duduk di sebelah Manda. “Jadi, apa ada masalah?”Diandra terlihat tak berani mengangkat kepalanya. Namun, ibunda Ervina yang tidak kenal siapa Raffael langsung berkicau. “Saya hanya mau laporan yang dimasukkan oleh sekretaris ini ditarik lagi. Saya nggak mau anak saya masuk penjara.”Manda terdiam tak bicara. Toh ia sudah menjelaskan tadi bahwa bukan dirinya yang melaporkan Ervina.“Bukannya Manda sudah menjelaskan kalau bukan dia yang masukin laporan?” tanya Raffael dengan nada menyindir. “Saya sudah dengar semua tadi.”Tubuh Diandra seperti tersengat. Kaget bahwa presdir itu menguping sejak awal. Semua orang juga tak berani bersuara, membuat si ibu pelaku jadi berpikir dua kali untuk bicara lebih lanjut.Raffael kemudian mulai mengoceh. “Bu Diandra
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 76. Ngambek

“Kau ….” Camelia memijat jembatan hidungnya. Menghela napas lelah. Putus asa menghadapi kelakuan Raffael yang semakin tak masuk akal.Setelah menghentikan pertemuan tak formal dengan orang tua Ervina tadi, Camelia langsung ke ruang kerja Raffael.“Apa yang kamu lakukan di sini, Camelia?” tanya Raffael tak merasa ia melakukan sesuatu yang layak membuat kakak perempuannya itu terlihat frustasi.Helaan napas panjang sengaja ia keraskan, agar adiknya itu tahu kalau ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana jika sampai berita soal hubungan dengan Manda tersebar luas.‘Yang penting aku sudah memberi mereka peringatan bahwa hal itu adalah rahasia. Mereka nggak boleh menceritakan ini kepada orang lain.’ Camelia mencoba menenangkan diri.“Raffa. Jangan kamu ulangi ini. Kalau sampai ada yang melaporkan ke Mom atau Dad, bahaya untuk Manda. Apa kamu nggak takut?”Raffael mendengus. “Takut? Sudah kubilang, aku bisa hidup tanpa keluarga itu. Kau juga tak perlu ikut campur.”Camelia terdiam. Ia terk
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 77. Yang Paling Tersakiti

“Jadi, Bapak ini mau gimana, setelah membuat pernyataan seperti tadi di depan semua orang?”Raffael menghela napas panjang, tetapi tetap tersenyum. Ia sedang teheran-heran dengan nasibnya, karena baru sepagi ini sudah harus mendengarkan ocehan 2 orang wanita. “Memangnya mereka orang?” tanya Raffael terkekeh geli. Ia membayangkan isi ruang rapat tadi seperti kebun binatang. “Dari HRD, hanya manajernya yang datang.” Raffael mulai mengoceh. “Dan kamu masih menganggap orang tua-tua itu manusia. Mereka mungkin mayat hidup.”Manda terkesiap mendengar atasannya memberi label tak manusiawi pada mereka.Seolah belum cukup, Raffael melanjutkan, “Diandra pun sama. Kurasa aku harus memecatnya.”Manda hanya bisa terdiam. Mungkin kalau bukan karena dia dekat dengan Raffael, pasti tadi sudah jadi bulan-bulanan mereka di ruang rapat.Dan menyadari kalau Raffael sampai marah seperti ini hanya karena dirinya, membuat Manda tersentuh. Hanya saja, cara pria itu yang membuat Manda pusing tujuh keliling
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 78. Buffalo Gathering

“Bye, Ma, Pa!” seru Manda dari dalam mobil.Diana melambaikan tangannya. Ia menahan air mata, pedih melepas putrinya. Tangan kekar Rowan merangkul erat dirinya, memberi kekuatan. “Bye, Sayang! Jangan lupa sering-sering pulang!”Suara gemetar sang ibu membuat Manda mencengkram kerah bajunya. Mereka tak pernah terpisah tempat tinggal. Walau banyak kesibukan, tapi mereka selalu pulang ke tempat yang sama.“Raffa,” panggil Manda setelah ia kembali duduk di jok belakang, di samping Raffael. “Apa bisa semua ini selesai dalam waktu kurang dari 1 tahun? Aku sudah ingin pulang.”Suara Manda terdengar lemah. Pada akhirnya ia menyerah pada air mata yang tak lagi bisa dibendung.Raffael merangkul kepala gadis itu dan mendekatkannya ke dalam pelukan. “Maaf, aku membuatmu sedih, Manda.”Mungkin karena tak tahu harus bagaimana meluapkan kesedihannya, ia membalas pelukan Raffael. Tangis pecah, seperti anak kecil. “Tenang saja. Kurasa aku bisa menyelesaikan semua dalam waktu 3 bulan ini.” Raffael be
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 79. Cohabitated?

“Tega lah,” tukas Manda tegas. “Salah siapa suruh saya cepet-cepet pindah.”Wajah Raffael terlihat seperti anak anjing yang sedang merajuk. Membuat Manda kesulitan menahan tawanya. “Buka dulu, Pak. Kali aja ada tiker buat bapak tidur.” Manda menjahilinya lagi. Sayang, yang dijahili tak tahu apa itu tikar.“Tiker? Apa itu? Aku baru dengar.” Raffael mengerutkan dahi sambil menempelkan kuncinya pada pintu. “Dan kau denda Rp 200 ribu.”Manda tergelak sementara tangannya ikut mendorong pintu masuk. “Jadi nggak seru ih! Tikar tuh apa ya kalau bahasa inggrisnya. Hm … sejenis karpet tapi dari bahan plastik.”Dahi Raffael semakin berkerut. “Kamu mau aku tidur di atas plastik?! Kejam.”Ha! Ha! Ha!Manda hanya tertawa saja. Tak menjawab lagi. Ia memutuskan untuk melihat-lihat apartment-nya itu sekali lagi. Terakhir datang, tak semua tempat ia amati. “Aku mau beresin barang bawaanku dulu.” Manda berjalan menuju kamar yang dipilih Raffael untuknya. Namun, ia terkejut ketika membuka kamar itu,
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 80. Kenangan Buruk yang Menjadi Manis

Karena tak mungkin menahan tubuh Raffael, Manda memutuskan untuk memutar badannya. Ia tidak mungkin melakukan ciuman itu lagi. Ia tidak berniat memperdalam perasaannya yang sudah mulai mempengaruhi.“Kita nggak akan ngelakuin ciuman di depan orang, jadi nggak perlu dibiasakan, Pak!” pekik Manda berusaha mengubah pikiran Raffael. Namun, Raffael malah terkekeh. “Itu kan salah satu cara agar kita semakin dekat.”Pada akhirnya, Raffael mengecup pipi Manda dan menyerah. “Aku akan tidur di kamar lain,” ungkapnya. “Tenang saja. Aku hanya bercanda soal tidur bersama.”Mengetahui kalau sejak tadi ternyata ia hanya dijahili, Manda menggembungkan pipinya kesal. Baru saja ia berniat membuka mulut untuk protes, suara perutnya membuat Raffael tertegun sejenak sebelum akhirnya tergelak.“Kau belum makan?” tanya Raffael sambil menyeka ujung netranya. Ia tertawa sampai mengeluarkan air mata tadi.Wajah Manda memerah. “Sudah,” jawabnya sambil menutupi wajah. “Tapi karena terlalu tegang, aku nggak
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status