Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 74. Tudingan Tak Berdasar

Share

Bab 74. Tudingan Tak Berdasar

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-01-31 13:45:06

“Mau ngapain?” Elena menahan Manda.

“Katanya mau bicara sama keluarga Mbak Ervina, Bu. Sama HRD juga.”

Ia sudah tahu keluarga Ervina tidak datang dengan niat meminta maaf. Jadi, ia sedikit menaikkan dinding pertahanan.

Elena tidak suka anak buahnya menghadapi hal buruk. Terlebih ia tahu Manda punya hubungan khusus dengan presiden direktur mereka.

“Ngapain lagi?!” Suara Elena mulai meninggi.

Staf HRD bernama Wandi itu menggeleng. “Saya cuma diminta manggil Mbak Manda, Bu.”

“Nggak apa-apa, Bu. Saya nggak mungkin nggak datang kalau dipanggil Bu Diandra.” Manda berdiri, bermaksud mengikuti Wandi.

Elena paham. Ia pun memutuskan untuk menyusul. “Saya ikut.”

Ria dan Melly juga sangat ingin ikut menemani.

Membayangkan Manda yang baru beberapa minggu bekerja di sana dan harus berhadapan dengan direktur wanita yang super cerewet itu membuat mereka panik.

Sayang, mereka tidak sebebas Elena yang sudah memiliki jabatan di level manajerial di bawah sekretaris perusahaan.

“Semangat, Bu El!” pek
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 75. Sudah Waktunya

    “Pak Raffael!” sapa Amry penuh hormat.Pria paruh baya berwajah kotak itu cukup kaget dengan kehadirannya. Jadi, ia memutuskan untuk bertanya, “Ada apa, Pak?”“Saya dengar sekretaris pribadi saya dipanggil ke sini.” Dengan santai Raffael duduk di sebelah Manda. “Jadi, apa ada masalah?”Diandra terlihat tak berani mengangkat kepalanya. Namun, ibunda Ervina yang tidak kenal siapa Raffael langsung berkicau. “Saya hanya mau laporan yang dimasukkan oleh sekretaris ini ditarik lagi. Saya nggak mau anak saya masuk penjara.”Manda terdiam tak bicara. Toh ia sudah menjelaskan tadi bahwa bukan dirinya yang melaporkan Ervina.“Bukannya Manda sudah menjelaskan kalau bukan dia yang masukin laporan?” tanya Raffael dengan nada menyindir. “Saya sudah dengar semua tadi.”Tubuh Diandra seperti tersengat. Kaget bahwa presdir itu menguping sejak awal. Semua orang juga tak berani bersuara, membuat si ibu pelaku jadi berpikir dua kali untuk bicara lebih lanjut.Raffael kemudian mulai mengoceh. “Bu Diandra

    Last Updated : 2025-01-31
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 76. Ngambek

    “Kau ….” Camelia memijat jembatan hidungnya. Menghela napas lelah. Putus asa menghadapi kelakuan Raffael yang semakin tak masuk akal.Setelah menghentikan pertemuan tak formal dengan orang tua Ervina tadi, Camelia langsung ke ruang kerja Raffael.“Apa yang kamu lakukan di sini, Camelia?” tanya Raffael tak merasa ia melakukan sesuatu yang layak membuat kakak perempuannya itu terlihat frustasi.Helaan napas panjang sengaja ia keraskan, agar adiknya itu tahu kalau ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana jika sampai berita soal hubungan dengan Manda tersebar luas.‘Yang penting aku sudah memberi mereka peringatan bahwa hal itu adalah rahasia. Mereka nggak boleh menceritakan ini kepada orang lain.’ Camelia mencoba menenangkan diri.“Raffa. Jangan kamu ulangi ini. Kalau sampai ada yang melaporkan ke Mom atau Dad, bahaya untuk Manda. Apa kamu nggak takut?”Raffael mendengus. “Takut? Sudah kubilang, aku bisa hidup tanpa keluarga itu. Kau juga tak perlu ikut campur.”Camelia terdiam. Ia terk

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 77. Yang Paling Tersakiti

    “Jadi, Bapak ini mau gimana, setelah membuat pernyataan seperti tadi di depan semua orang?”Raffael menghela napas panjang, tetapi tetap tersenyum. Ia sedang teheran-heran dengan nasibnya, karena baru sepagi ini sudah harus mendengarkan ocehan 2 orang wanita. “Memangnya mereka orang?” tanya Raffael terkekeh geli. Ia membayangkan isi ruang rapat tadi seperti kebun binatang. “Dari HRD, hanya manajernya yang datang.” Raffael mulai mengoceh. “Dan kamu masih menganggap orang tua-tua itu manusia. Mereka mungkin mayat hidup.”Manda terkesiap mendengar atasannya memberi label tak manusiawi pada mereka.Seolah belum cukup, Raffael melanjutkan, “Diandra pun sama. Kurasa aku harus memecatnya.”Manda hanya bisa terdiam. Mungkin kalau bukan karena dia dekat dengan Raffael, pasti tadi sudah jadi bulan-bulanan mereka di ruang rapat.Dan menyadari kalau Raffael sampai marah seperti ini hanya karena dirinya, membuat Manda tersentuh. Hanya saja, cara pria itu yang membuat Manda pusing tujuh keliling

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 78. Buffalo Gathering

    “Bye, Ma, Pa!” seru Manda dari dalam mobil.Diana melambaikan tangannya. Ia menahan air mata, pedih melepas putrinya. Tangan kekar Rowan merangkul erat dirinya, memberi kekuatan. “Bye, Sayang! Jangan lupa sering-sering pulang!”Suara gemetar sang ibu membuat Manda mencengkram kerah bajunya. Mereka tak pernah terpisah tempat tinggal. Walau banyak kesibukan, tapi mereka selalu pulang ke tempat yang sama.“Raffa,” panggil Manda setelah ia kembali duduk di jok belakang, di samping Raffael. “Apa bisa semua ini selesai dalam waktu kurang dari 1 tahun? Aku sudah ingin pulang.”Suara Manda terdengar lemah. Pada akhirnya ia menyerah pada air mata yang tak lagi bisa dibendung.Raffael merangkul kepala gadis itu dan mendekatkannya ke dalam pelukan. “Maaf, aku membuatmu sedih, Manda.”Mungkin karena tak tahu harus bagaimana meluapkan kesedihannya, ia membalas pelukan Raffael. Tangis pecah, seperti anak kecil. “Tenang saja. Kurasa aku bisa menyelesaikan semua dalam waktu 3 bulan ini.” Raffael be

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 79. Cohabitated?

    “Tega lah,” tukas Manda tegas. “Salah siapa suruh saya cepet-cepet pindah.”Wajah Raffael terlihat seperti anak anjing yang sedang merajuk. Membuat Manda kesulitan menahan tawanya. “Buka dulu, Pak. Kali aja ada tiker buat bapak tidur.” Manda menjahilinya lagi. Sayang, yang dijahili tak tahu apa itu tikar.“Tiker? Apa itu? Aku baru dengar.” Raffael mengerutkan dahi sambil menempelkan kuncinya pada pintu. “Dan kau denda Rp 200 ribu.”Manda tergelak sementara tangannya ikut mendorong pintu masuk. “Jadi nggak seru ih! Tikar tuh apa ya kalau bahasa inggrisnya. Hm … sejenis karpet tapi dari bahan plastik.”Dahi Raffael semakin berkerut. “Kamu mau aku tidur di atas plastik?! Kejam.”Ha! Ha! Ha!Manda hanya tertawa saja. Tak menjawab lagi. Ia memutuskan untuk melihat-lihat apartment-nya itu sekali lagi. Terakhir datang, tak semua tempat ia amati. “Aku mau beresin barang bawaanku dulu.” Manda berjalan menuju kamar yang dipilih Raffael untuknya. Namun, ia terkejut ketika membuka kamar itu,

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 80. Kenangan Buruk yang Menjadi Manis

    Karena tak mungkin menahan tubuh Raffael, Manda memutuskan untuk memutar badannya. Ia tidak mungkin melakukan ciuman itu lagi. Ia tidak berniat memperdalam perasaannya yang sudah mulai mempengaruhi.“Kita nggak akan ngelakuin ciuman di depan orang, jadi nggak perlu dibiasakan, Pak!” pekik Manda berusaha mengubah pikiran Raffael. Namun, Raffael malah terkekeh. “Itu kan salah satu cara agar kita semakin dekat.”Pada akhirnya, Raffael mengecup pipi Manda dan menyerah. “Aku akan tidur di kamar lain,” ungkapnya. “Tenang saja. Aku hanya bercanda soal tidur bersama.”Mengetahui kalau sejak tadi ternyata ia hanya dijahili, Manda menggembungkan pipinya kesal. Baru saja ia berniat membuka mulut untuk protes, suara perutnya membuat Raffael tertegun sejenak sebelum akhirnya tergelak.“Kau belum makan?” tanya Raffael sambil menyeka ujung netranya. Ia tertawa sampai mengeluarkan air mata tadi.Wajah Manda memerah. “Sudah,” jawabnya sambil menutupi wajah. “Tapi karena terlalu tegang, aku nggak

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 81. Adik Bikin Pusing

    “Kau di mana?” Camelia bertanya dengan nada tertahan. Anak pertama dari keluarga Indradjaya itu ingin sekali menghajar Raffael karena tidak kunjung datang. Satu Minggu sebelum perayaan ulang tahun Adam Indradjaya—kepala keluarga juga ayahanda dari Camelia dan Raffael, Seria meminta semua anak cucunya datang untuk membicarakan persiapan pesta.Dan sudah hampir mendekati waktu yang dijadwalkan, tidak ada tanda-tanda Raffael akan datang. Semua pesannya tak ada yang mendapat balasan.“Di rumah.” Suara kantuk Raffael jelas menggambarkan keadaannya. “Ada apa, Camelia?”“Sudah kubilang kemarin!” tukasnya tak sabar. “Hari ini makan siang sama Mom-Dad. Kau sudah gila apa?! Malah baru bangun!”“Ah … video call saja. Tunggu aku mandi dulu. Sekarang aku lagi sama Manda.”Pikiran Camelia spontan menebak hal negatif yang mungkin dilakukan adiknya itu pada Manda. “Kau—”Tut … tut … tut ….Camelia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya ke atas, hingga rambut poninya tertiup. Sang suam

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 82. Atlet Angkat Beban

    “Bos, Tuan Raffael ada di apartment-nya.”Seorang pria kurus dengan tubuh pendek mendekati Reinhart di teras kamar tamu. Masih ada waktu sampai Raffael menghubungi mereka, jadi Reinhart memilih untuk di kamar.CEO perusahaan pengeboran lepas pantai itu mengangguk menerima informasi. Sejurus kemudian, sang pengintai menambahkan, “Mohon maaf, Bos, tapi saya tidak yakin kalau itu benar tuan Raffael. Posisinya seolah sengaja tidak memperlihatkan wajah.”“Ken.” Reinhart menghela napas kemudian tersenyum manis penuh ancaman. “Kalau tahu begitu, telusuri sampai kau yakin. Jangan beri saya informasi setengah matang!”Suara Reinhart mungkin terdengar lembut, tetapi semua anak buahnya tahu ancaman seperti apa yang ada di belakangnya. Si pengintai bergidik ngeri. Ia segera mundur setelah pamit, “Dimengerti, Bos!”Reinhart memijat dahinya yang mulai pusing. ‘Kalau bukan karena Amel pusing ngurusin Raffa, aku nggak akan mau ikut mikirin.’Beberapa menit kemudian, Camelia masuk ke kamar mencariny

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 105. Persistent Soreim

    “Honeymoon itu ke Maldives kek!”Manda menyesap martini-nya dengan wajah judes. Yang disebut Raffael sebagai honeymoon adalah mereka naik pesawat ke Bali, lalu menetap di salah satu hotel mewah yang ada di sana. Raffael terkekeh mendengarnya. “Kalau kau mau ke Maldives, kupastikan kita punya anak sepulang dari sana.”Wajah Manda langsung memerah. Ia belum pernah membayangkan dirinya memiliki keturunan dengan Raffael. Bisa menjadi kekasih seorang Raffael saja sudah di luar logika manusia normal. “Jangan gila!” keluh Manda sambil mengangkat tangan, meminta perhatian staf bar. “Saya mau cheesecake-nya 2 potong.”Raffael memperhatikan Manda. Ini kedua kalinya ia melihat wajah sang kekasih bersinar cerah ketika melihat dan memesan cheese cake. “Tapi ini juga mirip Maldives, Manda.” Raffael beralasan. “At least ada laut.”Manda mendengus. “Ya, ya, ya. Laki-laki dan pemikiran logisnya!”Raffael meraih pinggang Manda dan mendekatkan tubuhnya agar sang gadis bersandar. “Tenang saja. Lain ka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 104. Honeymoon (?)

    “Aku sudah hapus lah!” seru Raffael tiba-tiba penuh percaya diri. Jelas sekali kalau ia baru saja menemukan jawaban yang tepat agar keluar dari masalah. Tidak mungkin ia mengatakan kalau semua itu hanya bualan. Sejak awal, Raffael tidak menyimpan foto apalagi video mengenai pertemuan pertama mereka.Mencoba mengalihkan perhatian, Raffael kembali menunjukkan satu video lagi yang dikirim oleh George. “Hon, ini video penampakan korban kamu.”Dahi Manda berkerut lagi. “Korban aku? Korban apa?”“Korban dipermalukan,” balasnya sambil terkekeh singkat.Tak lama, Manda mendengar suara tawa memenuhi video tersebut. “Oi, Raffa! Kau dicampakkan setelah malam pertama?”“Ini yang namanya George. Sialan kan orang ini,” protes Raffael. Manda mengangguk. Kemarin orang itu juga ada mengantar Raffael saat atasannya mabuk. Ia kemudian melihat kamera mendekat ke arah kasur besar di mana Raffael masih tertidur. Ada beberapa lembar uang Rp 100 ribu di pinggir tempat tidur. Tak sadar, ia terkesiap. “Ah!

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 103. Rekaman Aib Masa Lalu

    “Biarkan aku berpikir—”“Buat apa lagi berpikir, Manda.” Raffael mengulurkan tangan, menyentuh pipi Manda untuk membelainya. “Apa yang kau tunggu, kalau memang cinta nggak bertepuk sebelah tangan.”Manda merasa butuh Yuike untuk menamparnya saat ini. Ia perlu lepas dari jerat nikmat sesaat dan sadar akan kenyataan. Disetujui oleh keluarga Indradjaya sebagai pasangan putra satu-satunya adalah hal yang jauh dari logika. Manda sudah sadar ia akan selalu berjalan menapaki tali tipis yang membentang di atas jurang. Namun, air mata bahagia Manda malah mengingkari semua peringatan bahaya itu. Ia memeluk Raffael, tak lagi bisa membendung tangisnya. “Kamu nangis karena berlian di cincinmu, kan?” ledek Raffael membuat Manda terkekeh di sela tangisnya. Gadis itu mengangguk. “Kurang besar,” keluhnya bergurau.Tak tertebak, Raffael tiba-tiba memutar posisi mereka dan membuat Manda terbaring di atas tempat tidurnya. Saling menatap membuat wajah Manda terasa panas, tetapi kali ini ia tidak meno

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 102. Kejutan!

    Manda menatap pintu kamarnya. Ragu untuk menempelkan kartu dan membuka pintu.‘Bagaimana kalau bukan Raffael yang ada di dalam sana? Apa jangan-jangan pihak Soreim mengejarku sampai sini?’ Pertanyaan-pertanyaan serupa terus muncul dalam benak Manda.Namun, tiba-tiba ponselnya bergetar pendek. Sebuah pesan masuk untuknya.Raffael: Kenapa kau nggak masuk ke kamarmu?Melihat pesan itu, dengan segenap kekuatan Manda menempelkan kartu dan membuka pintu kamarnya. Bersiap untuk memarahi bos dan kaki tangannya itu.“Pak—ha?! Apa ini?!”“Lama banget balik dari

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 101. Intruder! Raffael SUS!

    “Kenapa Pak Raffael?!” Manda segera mengganti celana pendeknya dengan yang panjang, sementara ponsel masih terjepit antara bahu dan telinga.“Sebaiknya Nona ke lobi dulu.”Panik, Manda segera keluar dari kamarnya. “Oke, oke. Saya ke sana.”Dengan langkah cepat ia mencapai lift dan turun menuju lobi. Pikirannya penuh dengan tebakan. ‘Duh! Kayaknya tadi sudah kalem, dia bisa bikin ulah apa ya? Apa dia ngajak berantem orang lewat? Atau menggoda resepsionis? Ah! Jangan-jangan dia mabuk dan naik ke lampu gantung!’Tebakan Manda sudah mulai tak masuk akal.“Argh! Kenapa ya dia nggak bisa tenang sedikit hidupnya. Bikin pusing. Aku kayak babysitter, jagain anak orang kaya yang bengal,” keluh Manda, kesal. Tak sabar menunggu lift menuruni tiap lantai, Manda menepukkan ujung sandalnya ke lantai lift. Ia sedang menimbang juga respon apa yang harus ia berikan kalau benar Raffael terlihat menggantung di atas lampu hotel. Namun, ia malah jadi tertawa membayangkan adegan itu. “Kurasa mending aku

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 100. Logika dan Hati

    “Saya—”Ting! Tong!Manda tercekat. Tatapannya beralih pada pintu kamar. Seseorang sepertinya mencari Raffael. “Abaikan saja, Manda.” Raffael menyentuh pipi Manda dan membawa pandangan gadis itu untuk kembali menatapnya. Kemudian ia meremas lembut tangan Manda seraya berkata, “Jadi, apa berarti kau … juga jatuh cinta padaku?”“Saya—”Ting! Tong!Raffael mengepalkan tangan, kesal dengan interupsi dari siapapun yang sedang berdiri di depan kamarnya. “Saya lihat dulu, Pak.”Kecewa dan frustasi, Raffael melepaskan genggaman tangan mereka. Sambil mengeringkan air mata yang sedikit membasahi wajahnya, Manda turun dari tempat tidur. Kemudian, mengecek siapa tamunya lewat lubang pintu dan terkejut karena Belinda ada di sana. “Mbak Belinda, ada apa?” tanya Manda setelah pintu terbuka. “Ah … maaf, Mbak Manda. Saya tadi sudah mau pulang, tapi resepsionis bilang mereka sudah ke kamar Mbak Manda untuk memberikan kunci tapi nggak ada siapa-siapa di dekat kamar.”Sekretaris milik CEO Han itu m

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 99. Bukan Cinta Sepihak

    Deretan pertanyaan Manda membuat Raffael tertegun. Ia tahu, sekeras apapun ia menolak pertunangannya dengan Catherine, bukan berarti hubungan itu jadi tidak ada. “Yeah. Kau benar soal pertunanganku dengan Catherine, Manda.” Raffael menjawab perlahan semua ucapan sekretarisnya. “Aku berniat membatalkan itu.”Manda tertegun. Ia tak tahu apa makna di balik jawaban Raffael. Apakah ia setuju untuk menyudahi kontrak atau mereka tetap harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih dan menunjukkan pada keluarga dan juga pihak Soreim?Untuk menghindari kesalahpahaman, Manda pun bertanya, “Jadi, apakah kita bisa sudahi kontrak ini, Pak?”Raffael menggeleng. “Tidak.”Manda terlihat lesu. Ia pikir ia tak perlu menyusahkan sang ayah soal biaya untuk vas antik yang pecah itu, kalau sang atasan setuju menganggap kontrak itu tak ada.Namun, kalau Raffael tak menyudahi kontrak, hal yang bisa dilakukan Manda adalah memaksanya dengan perjanjian untuk membayar utang. “Pak, sebenarnya saya membahas ini kar

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 98. Menyelesaikan Kontrak

    Elena: Manda, sudah mau jam 5. Kita lanjut besok.Manda mengerjapkan mata. Ia terlalu fokus bekerja dan tak memperhatikan waktu berlalu cepat.“Astaga! Udah jam 5!” serunya sambil merenggangkan badan yang kaku karena sejak tadi duduk di depan laptop.Ia memutuskan untuk memesan makanan. Dan sementara menunggu ia memilih untuk menyegarkan tubuh dengan mandi. Namun, bel pintu kamarnya malah ditekan oleh seseorang tepat ketika ia hendak memasuki kamar mandi. “Hm? Nggak mungkin kan makanannya datang secepat itu?”Dipakainya lagi baju yang sudah ia tanggalkan dan melangkah menuju pintu. Ia menutup satu matanya untuk melihat dari lubang itu, siapa yang ada di depan kamarnya.“Hm? Pak Damian bukan sih itu?” gumam Manda sedikit ragu. Pasalnya ia tidak tahu kalau atasannya juga punya jadwal bertemu dengan CEO D&D Jewelry. Dengan cepat Manda membuka pintu dan ia terkejut. Tidak hanya ada Damian di sana. Selain Raffael yang berdiri sambil berpegangan dengan Damian, ada 1 orang yang tak perna

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 97. Berubah Jadi Liburan

    “Diam di kamar ini, Manda. Jangan ke mana-mana.” Raffael mengedipkan mata sebelum ia akhirnya keluar dari kamar. Manda pun hanya bisa menghela napas panjang. Lelah dengan kelakuan sang bos. “Ha! Jangan kira aku akan menurut saja,” gumam Manda.Ia menunggu beberapa saat kemudian menarik lepas kunci dari slot listrik dan keluar dari kamar. Gadis itu berencana memesan kamar lain. ‘Kalau cuma 2 juta aku bisa pakai duit sendiri lah! Lagian aku bakal coba minta ganti ke kantor.’Manda berdiri di depan pintu lift, menunggu benda itu terbuka. Ia harus kembali ke resepsionis dan memesan kamar. Namun, ketika lift terbuka, Belinda muncul dengan wajah sedikit panik. Begitu melihat Manda, ia langsung terlihat lega. “Oh God! Syukurlah Anda keluar, Mbak Manda. Saya kepikiran kalau-kalau Anda butuh kamar lain.”Manda terkejut tetapi bersyukur. “Astaga! Iya benar, Mbak Belinda. Saya baru mau ke resepsionis untuk pesan kamar, karena saya nggak tahu cari Mbak di mana.”Belinda meraih tangan Manda dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status