Home / Romansa / Ditinggal Suami, Dinikahi CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ditinggal Suami, Dinikahi CEO: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

Bab 21

Sudut bibir Tuan Noh naik sedikit, seolah menyimpan rahasia yang sudah lama terpendam. Namun, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Hana yang terlihat kebingungan.Alih-alih, ia bangkit dari sofa dengan tenang, tongkat kayu di tangannya mengetuk lantai dengan ritmis."Mari ikut aku ke ruang kerja," katanya singkat, suaranya mantap namun penuh misteri. Tanpa menunggu jawaban, ia mulai melangkah pelan, dibantu tongkatnya.Hana menatap Rey sejenak, kebingungannya semakin bertambah, tetapi ia memilih untuk mengikuti Tuan Noh. Rey berjalan di sampingnya, dan Hana tak kuasa menahan rasa penasaran yang terus mengusik pikirannya."Apa Anda juga tahu sesuatu, Tuan Rey?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik, berharap mendapatkan petunjuk lebih dari pria di sampingnya.Rey meliriknya sekilas, ekspresinya tetap tenang. "Tidak," jawabnya singkat, tapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia juga penasaran dengan apa yang akan terjadi.Mere
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 22

Tuan Noh tertawa kecil, kali ini terdengar lebih bangga daripada sebelumnya. "Aku suka semangatmu, Hana," katanya dengan tatapan penuh apresiasi. "Jika kau membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku ... atau Rey," lanjutnya, melirik ke arah cucunya yang masih duduk di samping Hana. Hana menatap pria tua itu dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Tuan," jawabnya tulus. "Bantuanmu ini lebih dari apapun yang pernah kuduga. Rasanya tidak cukup hanya mengucapkan terima kasih." Tuan Noh mengangguk pelan, menyadari betapa seriusnya ucapan Hana. Namun, sorot matanya kemudian berubah lebih ringan, seolah ada hal lain yang ingin ia sampaikan. "Oh iya, bulan depan adalah ulang tahun perusahaan First Food," ujarnya tiba-tiba, "Apa kau akan hadir?" Hana termenung sejenak, namun kemudian bibirnya melengkungkan senyum tipis yang penuh arti.
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 23

Hana beranjak dari kursinya, langkahnya perlahan tapi pasti menuju ujung balkon. Punggungnya terlihat tegar, tetapi Rey tahu ada badai yang berkecamuk di dalam dirinya. Ia hanya menyesap kopi tanpa niat mengejarnya, membiarkan Hana menghadapi emosinya sendiri.Kakinya masih perih akibat kejadian sebelumnya, namun kini rasa sakit itu tak ada artinya dibandingkan dengan perih di hatinya. Ucapan Rey barusan, dingin dan tajam, seolah menyiram luka itu dengan air garam, memperburuk keadaan.Hana terpaku menatap malam yang indah di kafe itu. Pemandangan bukit yang membentang di hadapannya dihiasi gemerlap lampu-lampu kecil dari kejauhan.Angin malam yang lembut menyentuh kulitnya, seakan berusaha menghiburnya, namun gagal. Kehangatan dari pemandangan itu tak mampu mencairkan hatinya yang kini membeku.Tangannya menggenggam railing balkon. Semakin lama, genggamannya berubah menjadi remasan yang kuat, meluapkan amarah yang tak bisa ia ungkapkan dengan kat
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 24

Hari libur terasa berlalu secepat desiran angin. Pagi ini, Hana terbangun dengan enggan, suara alarm ponselnya memecah keheningan dan menyeruak di antara kantuk yang masih berat menggantung di kelopak matanya.Dengan gerakan malas, tangannya meraba-raba nakas di samping tempat tidur, mencari ponsel yang terus berbunyi. Ketika layar ponsel menyala, cahaya birunya langsung menusuk mata yang masih setengah terbuka. Waktu dan sebuah catatan kecil terpampang jelas di sana."Table Reading - 08:00 AM"Hana terjaga seketika. Mata yang tadi sayu kini membelalak penuh kesadaran. “Ya ampun! Aku hampir lupa!” serunya panik. Ia melompat dari tempat tidur, rambutnya kusut seperti habis ditiup badai, tapi otaknya sudah bekerja lebih cepat daripada tubuhnya.Bayangan pekerjaan yang menumpuk sejak kemarin mulai memenuhi pikirannya. Laporan hasil casting sudah dibagikan ke grup semalam, dan pagi ini, seluruh pemain yang terpilih bersama tim produksi akan berkumpul
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 25

Table reading pun dimulai. Suasana ruang meeting yang semula diwarnai obrolan ringan seketika berubah serius. Para aktor dan tim produksi telah membuka naskah mereka, menyiapkan diri untuk menghidupkan drama yang selama ini hanya ada di atas kertas. Pada babak pembuka, konflik langsung menghantam keras. Dialog pertama menyuguhkan adegan seorang wanita memergoki pasangannya berselingkuh di apartemen mewah, persis seperti yang Hana alami di masa lalu dengan Juna. Hana duduk tegap di kursinya, mengamati para aktor yang memerankan adegan itu dengan penuh konsentrasi. Sebuah senyum tipis terbit di bibirnya, seolah merasa puas melihat perasaannya kala itu diterjemahkan ke dalam adegan yang begitu nyata. Para pemain benar-benar bertalenta. Setiap ucapan, setiap intonasi, setiap ekspresi mereka seakan membawa semua orang di ruangan itu masuk ke dalam dunia drama. Bahkan beberapa kru di ujung ruangan tampak saling berbisik, terpukau deng
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 26

Setelah table reading selesai, para kru dan pemain beranjak menuju kantin kantor untuk makan siang. Suasana perlahan mencair, dipenuhi obrolan ringan dan tawa di antara mereka. Hana berjalan di belakang rombongan timnya, melangkah tenang sambil memegang naskahnya. Di kantin, semua orang berbaris untuk mengambil makanan dari meja prasmanan yang telah disiapkan. Hana mengikuti antrean dengan sabar, pandangannya sesekali melirik pilihan makanan di depannya. Namun, suasana hening itu berubah saat Juna muncul dan dengan sengaja menyela antrean orang lain untuk berdiri tepat di sebelah Hana. “Aku rasa naskah tadi cukup ... menarik,” ujar Juna dengan nada lembut, namun ada nada sindiran yang jelas terasa di dalamnya. “Khususnya bagian tentang perselingkuhan. Kau sungguh pandai memilih tema yang bisa menghina seseorang secara halus.” Hana tidak langsung menjawab. Tangannya dengan tenang mengambil sendok nasi dari piring prasmanan,
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 27

Di sudut matanya, Rey menangkap sosok Juna yang duduk di meja lain, memperhatikan ke arah mereka dengan tatapan tajam. Rey membiarkan dirinya tersenyum kecil, penuh arti, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke meja. Ia tahu apa yang sedang terjadi di kepala Juna, dan itu membuatnya semakin tertarik untuk melanjutkan permainan ini.Dengan sengaja, Rey memanggil Hana. "Hana," ucapnya, suaranya rendah namun cukup terdengar di antara keramaian obrolan di meja.Hana mendongak dari makanannya, memandang Rey dengan alis yang sedikit terangkat. Yang lain masih sibuk dengan perbincangan mereka, sesekali tertawa keras, hingga interaksi Rey dan Hana luput dari perhatian."Ya, Tuan?" jawab Hana, nada suaranya formal, tapi kini terasa lebih santai daripada sebelumnya.Rey tersenyum tipis, pandangannya tetap terarah pada Hana. Ada sesuatu di matanya yang sulit dibaca, campuran ketenangan dan sesuatu yang lebih dalam. "Apa kau senggang malam ini?" tanyanya, su
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 28

"Kau bilang ingin lebih santai," ujar Rey sambil merapikan dasinya yang sebelumnya longgar. Gerakannya tenang, tapi ada ketegasan di balik setiap kata yang diucapkannya. "Di luar pekerjaan, panggil saja aku Rey."Hana terdiam sejenak, memproses permintaan itu. "Oh ...," ia bergumam pelan, sedikit kikuk dengan perubahan suasana. "Iya, tentu ... Rey." Suaranya agak ragu saat menyebut nama itu.Ia menyesap kopinya, mencoba menyingkirkan rasa canggung yang mendadak menyerang. "Orang-orang akan percaya kita punya hubungan kalau aku memanggilmu seperti itu."Rey memandang Hana dengan tatapan yang sulit ditebak. Tanpa menjawab langsung, ia berdiri dari posisinya. Jas hitamnya yang tadi tergeletak di sandaran kursi ia raih, lalu dikenakan kembali dengan gerakan santai namun penuh wibawa."Memang itu tujuannya," katanya akhirnya, dengan nada datar yang membuat Hana terkejut. Ia tidak memberikan kesempatan untuk bertanya lebih jauh, hanya melangkah pergi me
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 29

Setelah table reading dan diskusi lainnya selesai, Hana dan timnya kembali ke kantor agensi. Kali ini, ia memilih ikut mobil timnya. Perjalanan mereka berlangsung tanpa banyak percakapan, semua tampak sibuk dengan pikiran masing-masing.Namun, begitu mereka tiba di kantor, suasana terasa berbeda.Hana segera menyadari ada yang aneh. Tatapan orang-orang di lobi seperti melucuti dirinya. Mereka memandangnya dengan mata penuh tanya, bisikan-bisikan halus terdengar, dan beberapa bahkan menunduk untuk melihat layar ponsel mereka setelah menatap Hana."Kenapa mereka menatapku seperti itu?" pikir Hana sambil mempercepat langkahnya. Tapi ia berusaha meyakinkan diri bahwa mungkin itu hanya perasaannya saja.Begitu sampai di meja timnya, keanehan itu semakin terasa. Dina baru saja duduk ketika notifikasi grup obrolan di ponselnya berbunyi bertubi-tubi. Ekspresi Dina berubah serius saat membaca isi pesan-pesan itu."Ada apa?" tanya Rocky, penasaran.
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 30

Malam tiba dengan udara dingin yang membelai kulit. Hana bersiap meninggalkan kantor, tetapi timnya tampak ragu melepaskannya begitu saja.“Kau benar-benar akan datang, 'kan?” tanya Dina dengan nada setengah mengancam.“Tentu saja aku akan datang!” jawab Hana sambil tersenyum, meski dalam hatinya ia dilanda kegelisahan.“Jangan cuma janji.” tambah Rocky, melipat tangannya di dada.“Bener kok aku akan datang,” kata Hana meyakinkan. “Tunggu saja aku di sana.”Dengan langkah cepat, ia bergegas menuju parkiran basement. Di sana, Rey sudah menunggu di mobilnya, duduk di kursi pengemudi dengan sikap tenang namun berwibawa. Hana setengah berlari dan masuk ke mobil, mengatur napasnya yang terengah-engah.“Kau membiarkan atasanmu menunggu,” kata Rey, suaranya datar tapi tajam menusuk telinga Hana.“Maaf, Tuan,” jawab Hana cepat. “Aku benar-benar ada urusan sedikit dengan tim kita.”Rey tidak membalas. Ia hanya mengarahka
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status