Home / Romansa / Ditinggal Suami, Dinikahi CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ditinggal Suami, Dinikahi CEO: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Bab 31

Felix tersenyum tipis, tapi di balik senyumnya itu tampak jelas ia sedang mempertimbangkan sesuatu. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan melipat tangannya di depan dada.“Nona Hana, secara teknis itu sangat mungkin dilakukan. Namun, proses penarikan investasi dari perusahaan sebesar Anderson Group tidak semudah membalikkan telapak tangan.”Hana mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya tajam. “Apa kendalanya?”Felix mengangguk pelan, seperti sudah menduga pertanyaan itu. “Pertama, dana yang diinvestasikan dalam proyek mereka cukup besar dan sudah dialokasikan ke dalam beberapa sektor, termasuk produksi dan marketing. Jika kita menarik dana itu sekarang, ada risiko konflik kontrak dan penalti besar yang harus kita bayarkan.”Hana menggigit bibirnya, matanya menatap kosong ke arah gelas anggur yang ada di depannya. “Penalti besar seperti apa?”“Sesuai perjanjian awal, jika kita menarik dana sebelum masa kontrak berakhir, kita harus me
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 32

Rey duduk santai di kursinya, menghabiskan sisa anggurnya perlahan. Namun, seiring waktu berlalu, kesabarannya mulai menipis. Ini sudah terlalu lama hanya untuk mengambil sebuah tas.Matanya melirik ke arah belakang, ke area tempat toilet berada. Namun, Hana tak kunjung keluar. Keheningan mulai terasa aneh.Dengan satu tarikan napas, Rey merogoh ponselnya, berniat menghubungi Hana. Namun, sebelum sempat mengetikkan namanya, sebuah notifikasi muncul di layar.Sebuah unggahan dari akun sosial media Rocky.Alisnya sedikit berkerut saat membukanya. Dalam foto itu, Rocky terlihat bersama teman-temannya, duduk santai di sebuah bar. Dan di antara mereka, ada Hana, masih dengan pakaian yang sama persis seperti yang ia kenakan malam ini.Tatapan Rey menggelap saat membaca caption di bawah foto:"Mari bersenang-senang, lupakan pekerjaan semalam saja!"Sebuah senyum kecil terangkat di sudut bibirnya. Namun, itu bukan senyum yang ha
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 33

Rocky dan kawan-kawan melihat kepergian Rey seolah nyawa mereka juga ikut terbang meninggalkan raga."Kalau aku jadi Hana, besok aku langsung resign, nggak pakai mikir!" ujar Dina dengan ekspresi syok."Nyalinya besar dia ..." Steve menatap kosong, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."Taruhan, besok dia masih ada di kantor atau nggak?" sahut Chriss dengan antusias."Kayaknya dia tetap masuk, tapi Tuan Rey bakal ngasih kerjaan banyak ke dia." Rocky ikut menimpali, mencoba menebak kemungkinan terburuk.Namun, yang lain lebih pesimis. Mereka yakin Hana tidak akan ada di kantor besok. Entah diskors, dipecat, atau bahkan langsung dimutasi ke cabang lain yang jauh.Sementara itu, di luar bar, Hana malah berjongkok di trotoar. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Perutnya terasa bergejolak, dan akhirnya, ia tak bisa menahannya lagi, mualnya memuncak, membuatnya mengeluarkan isi perut di drainase pingg
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab. 34

Hana menatap Rey yang berada di atasnya, tetapi dalam pikirannya yang sudah kacau karena alkohol, ia mengira ini hanya mimpi.Alih-alih panik atau terkejut, ia justru tersenyum samar, lalu dengan tangan yang masih lemas, ia meraih dasi Rey dan menariknya perlahan. Rey sempat membelalak, tapi tak segera bergerak. Jarak di antara mereka semakin mengecil, hingga ia bisa merasakan napas hangat Hana menyentuh kulitnya.Hana memainkan ujung dasi itu dengan jemarinya, melonggarkan ikatan dasi di leher Rey sebelum terkekeh."Santailah, Tuan ...," bisiknya dengan suara bergetar. "Ups, maksudku ... Rey. Kau bilang kita harus santai saat berdua, kan?"Rey diam, tatapannya mengunci ke wajah wanita di depannya ini. Bibir Hana yang lembap masih bergerak, terus meracau dalam gumaman yang nyaris seperti bisikan.Setiap ekspresi yang Hana tunjukkan sekarang terasa begitu jujur. Tawanya, caranya berbicara, semua tanpa filter. Menampilkan sisi lai
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 35

Hana berdiri terpaku di depan cermin, matanya menelusuri bayangannya sendiri dengan ekspresi campur aduk, kaget, panik, dan frustasi.Bajunya masih sama seperti semalam, kusut dan berantakan. Bahkan kancing atasnya terbuka lebar."Astaga!"Tangannya refleks menutup bagian depan bajunya sambil menggigit bibir. Ia benar-benar tidak bisa mengingat apa pun yang terjadi semalam. Dan sekarang, ia harus segera berangkat kerja, tapi ...Ia tidak membawa baju ganti!Hana mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Kalau dia datang ke kantor dengan pakaian ini, teman-temannya pasti langsung curiga!"Mampus aku ..." gumamnya pelan.Tidak ada pilihan lain. Mau tak mau, ia harus meminta izin terlambat pada Rey.Hana melirik ke arah ruang ganti, menunggu Rey selesai berganti pakaian. Tangannya sibuk menyisir rambutnya dengan gelisah, berharap setidaknya wajahnya tidak terlihat seperti orang yang baru mengalami kejadian ... men
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 36

Rey sudah duduk di dalam mobilnya, baru saja berhenti di depan lobi apartemen. Tangannya terangkat untuk melihat jam. Tepat sepuluh menit.Dari kaca depan, ia melihat Hana berlari kecil mendekat dengan napas terengah-engah, wajah polos tanpa riasan. Begitu masuk ke dalam mobil, Hana langsung bersandar lega, tangannya menekan dadanya, masih berusaha menstabilkan napasnya yang tersengal.Rey menoleh dan menatapnya diam-diam. Lalu tanpa peringatan, tubuhnya condong lebih dekat, wajahnya mendekati wajah Hana.Hana terkesiap, punggungnya otomatis menegang."T-Tuan...," rintihnya lirih, tangannya meremas jok mobil dengan gugup.Jarak di antara mereka semakin menipis. Hana bahkan bisa merasakan hembusan napas Rey begitu dekat. Jantungnya berpacu liar, pikirannya mulai dipenuhi berbagai kemungkinan.Namun, alih-alih melakukan sesuatu seperti yang Hana pikirkan, Rey hanya mengulurkan tangannya untuk ... memakaikan sabuk pengaman.
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 37

Lift pun berhenti di lantai demi lantai, mengurangi jumlah orang di dalamnya. Perlahan suasana menjadi lebih lenggang, memberi ruang untuk bergerak.Rey tentu saja langsung menarik diri dari Hana begitu ada celah. Ia kembali berdiri tegak di sampingnya dengan sikap santai, seolah tidak pernah terjadi apa pun.Sementara itu, Hana menundukkan kepala. Wajahnya terasa panas, bahkan telinganya pun ikut memerah. Ia masih bisa merasakan hawa tubuh Rey begitu dekat tadi.Napasnya belum sepenuhnya stabil, dan jari-jarinya tanpa sadar memilin ujung blouse-nya, sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan saat gugup.Rey, di sisi lain, tampak menikmati ekspresi canggung yang ditunjukkan Hana. Bahkan, senyum tipis masih tersungging di bibirnya, meski samar.Ketika akhirnya lift sampai di lantai yang dituju, mereka berdua keluar tanpa kata. Rey berjalan lebih dulu, langkahnya tegap dan penuh percaya diri, meninggalkan Hana yang masih berusaha menenangkan d
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 38

Setibanya di lokasi syuting, Hana langsung mencari rekan-rekan satu timnya. Area itu sudah dipenuhi oleh kru produksi yang sibuk mempersiapkan peralatan dan memastikan semua berjalan lancar. Beberapa anggota tim agensi tengah mengurus artis mereka, ada yang membantu wardrobe, memastikan kostum para pemeran sesuai dengan karakter mereka, ada pula yang bertanggung jawab dalam makeup dan hairstyling, membuat para aktor dan aktris tampak sempurna di depan kamera. Yang lain sibuk berkoordinasi dengan sutradara dan manajer produksi, mengatur jadwal syuting, serta memastikan kebutuhan para artis terpenuhi. Hana, sebagai penulis, memiliki tugasnya sendiri. Ia berdiri di dekat monitor, memperhatikan bagaimana adegan demi adegan diambil, memastikan dialog yang diucapkan para pemeran sesuai dengan naskah yang telah ia susun. Ia juga mengamati latar belakang, set dekorasi, dan properti yang disorot kamera, semua harus sesuai dengan kon
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 39

Dara berjalan keluar dari toilet dengan langkah cepat, napasnya memburu menahan amarah yang bergolak di dadanya. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, jari-jarinya gemetar akibat emosi yang nyaris tak bisa ia kendalikan. Hana. Perempuan itu benar-benar berani menantangnya! Dengan wajah kesal, pandangan Dara menyapu lokasi syuting, mencari sosok yang bisa melampiaskan emosinya. Matanya dengan cepat menangkap keberadaan Juna yang masih berdiri di tempat yang sama, bersandar santai pada pagar pembatas area syuting. Namun, yang membuat darah Dara semakin mendidih adalah arah tatapan Juna, pria itu sedang memperhatikan Hana dari kejauhan. Hana, yang berjalan di antara kru dan tim produksi, tampak tidak peduli dengan keberadaan mereka berdua. Ia sibuk berbicara dengan rekan-rekannya, fokus pada pekerjaannya, seolah Juna bukan siapa-siapa lagi baginya. Dada Dara naik turun dengan cepat. Napasnya tersengal menah
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 40

Break syuting akhirnya tiba. Kru dan para pemain berbondong-bondong menuju meja tempat makanan kotak dibagikan. Suasana sedikit riuh dengan suara mereka yang bercengkerama, membahas adegan yang baru saja mereka lakukan atau sekadar mengeluhkan betapa panasnya cuaca hari ini. Hana ikut mengambil jatahnya. Begitu membuka kotak, ia melihat deretan sushi tertata rapi di dalamnya. Alisnya mengernyit sejenak sebelum beralih ke pilihan lainnya, bulgogi. "Ah, ini sushi. Aku tak suka," gumamnya, lalu segera mengganti pilihannya dengan bulgogi. Ia pun beranjak pergi menuju meja tempat teman-temannya duduk, tanpa sadar bahwa seseorang berdiri tak jauh darinya. Juna. Pria itu juga baru saja mengambil makan siangnya, tanpa sengaja berdiri di samping Hana saat memilih. Tatapannya mengikuti sosok wanita itu yang pergi tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Ia menurunkan pandangan ke kotak sushi di tangannya, m
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status