Home / Historical / Sang Menantu Perkasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Sang Menantu Perkasa: Chapter 151 - Chapter 160

398 Chapters

Bab 151

"Nenek, Kak Disa tidak berbohong." Daisha pun buru-buru menjelaskan, "Sekarang Tuan tidak lagi memukul kami, dia juga sangat pandai menghasilkan uang. Lihat, Nek!"Daisha menarik mantel lembut yang dia kenakan.Nadanya terdengar santai sekaligus gembira."Baju ini terbuat dari bahan terbaik. Tuan yang membelikannya untuk kami. Bukan hanya aku, baju Kak Disa dan Dinda juga terbuat dari bahan ini.""Bahan terbaik?""Benar. Lihat, Nek!"Penglihatan Saira tidak bagus, jadi Daisha mengangkat tangannya ke depan mata Saira. Tepat saat Saira hendak melihat, Yusuf berjalan masuk dari luar.Yusuf membawa kantong kain yang penuh dengan tambalan. Dia berjalan ke arah Arjuna, kemudian menyerahkan kantong yang penuh tambalan itu kepada Arjuna.Arjuna menatap kantong kain itu dengan bingung tanpa mengambilnya.Daisha yang bermata tajam spontan berdiri. "Kakek, kami punya banyak beras di rumah sekarang. Kakek tidak perlu memberi kami lagi."Yusuf seolah tidak mendengar perkataan Daisha, dia bersikeras
Read more

Bab 152

"Cepat, aku dengar mereka sudah masuk ke dalam rumah!"Sebelum Yusuf menjawab, terdengar suara keras dari luar pintu, diikuti oleh dua pasang pria dan wanita.Beberapa dari mereka ada yang memegang tongkat, ada yang memegang cangkul, ada yang memegang sapu, bahkan ada yang memegang pisau.Begitu mereka masuk, mereka menatap Arjuna dan yang lainnya dengan tajam.Disa refleks melindungi kedua adik perempuannya di belakangnya."Paman, Tante ....""Siapa paman-tantemu?!"Begitu Disa menyapa, dia dimarahi oleh laki-laki yang berdiri di paling depan di antara keempat orang itu.Pria itu adalah paman keduanya Alsava bersaudari, Jairo Alsava."Dasar bajingan-bajingan merugi, siapa yang mengizinkan kalian pulang? Pergi sekarang juga, kalau tidak ....""Kalau tidak apa?"Arjuna menyambung kata-kata Jairo dengan tenang.Jairo menggoyangkan pisau dapur yang ada di tangannya. "Bagaimana?""Jairo."Yusuf berlari ke depan Arjuna, kemudian buru-buru menjelaskan kepada Jairo. "Mereka hanya merindukan k
Read more

Bab 153

Arjuna menggenggam lima koin tembaga yang diberikan secara paksa oleh Yusuf kepadanya. Sebelum dia mengembalikannya, orang-orang ini sudah masuk.Wulan menatap tangan Arjuna dengan keserakahan di matanya, "Perak, itu pasti perak!"Dia berjalan mendekat, ingin merebutnya dari Arjuna."Apa yang akan kamu lakukan?"Suara Arjuna tenang, tetapi tatapannya tajam.Wulan yang arogan tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna tanpa berani melangkah maju.Tatapan pria ini sungguh menakutkan.Tubuhnya tidak berani bergerak, tetapi mulutnya tidak mau menyerah. Dia bersikap makin sarkastik."Kenapa bisa ada pria muda nan kuat yang belum kepala dua membawa beberapa istri yang sama mudanya untuk meminta uang dari dua orang tua? Kalau itu aku, aku akan bunuh diri saja karena terlalu malu untuk hidup di dunia ini.""Cuih!" Wulan meludah ke lantai. "Dasar pecundang!""Siapa pecundang? Katakan dengan jelas!"Disa melangkah maju sambil menatap Wulan dengan tatapan dingin.Dia bisa menoleransi orang
Read more

Bab 154

"Ya ....""Astaga!"Pertama, seseorang menjawab pertanyaan Ravin, kemudian seruan lain menyusul."Cepat lihat apa isi kereta itu.""Wah, setengah gerobak kayu bakar. Kayu bakarnya sangat mirip dengan yang ada di toko kayu bakar di kabupaten.""Bukan mirip, itu memang kayu bakar dari Toko Kayu Bakar Sentosa yang ada di kabupaten.""Toko Kayu Bakar Sentosa? Apakah kamu tidak salah baca? Kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah yang terbaik dan termahal. Umumnya, hanya orang kaya dan pejabat berkuasa yang membeli kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa.""Tidak mungkin salah, aku bekerja Toko Kayu Bakar Sentosa akhir-akhir ini.""Wah, kamu bekerja di Toko Kayu Bakar Sentosa? Kamu pasti sudah kaya. Dengar-dengar, gaji sehari di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah lima sen.""Tidak, tidak semudah itu masuk ke Toko Kayu Bakar Sentosa. Pamanku yang bekerja di sana. Dia tidak enak badan beberapa hari terakhir ini, jadi aku membantunya selama beberapa hari. Satu hari lima sen, aku selalu bermimpi
Read more

Bab 155

"Dari Arjuna? Kalau kamu bilang dari aku, mungkin lebih bisa dipercaya.""Haha, benar, benar.""Jangankan Arjuna, menantu kepala desa saja mustahil.""Ya, zaman sekarang hanya menantu laki-laki yang diberi barang, mana ada menantu laki-laki yang memberi barang untuk mertua? Apalagi Arjuna itu seorang pecundang. Kalau dia tidak pulang untuk meminta barang, itu sudah bersyukur.""Siapa yang kamu sebut pecundang?"Ketika Ravin mendengar penduduk Desa Sava mengatakan bahwa Arjuna adalah seorang pecundang, dia langsung turun dari gerobak sapi, kemudian mencengkeram kerah orang tersebut."Tentu saja Arjuna ....""Buk!"Sebelum lelaki itu menyelesaikan kata-katanya, tinju Ravin menghantam wajahnya dengan keras."Ah!" Lelaki itu menyentuh separuh wajahnya yang terkena pukulan, kemudian menunjuk Ravin sambil mengumpat, "Kamu memukulku? Kamu masuk ke desa orang lain dan memukul orang?"Penduduk desa sekitar berkumpul.Pada zaman itu, jika ada orang dari desa lain datang ke sebuah desa dan memuku
Read more

Bab 156

Melihat beras, mi, minyak dan bahan makanan dibawa ke dalam rumah satu per satu, Jairo dan Dipta yang tadi mengejek Arjuna sebagai pecundang, serta mengancam akan mengusirnya dari Desa Sava pun tercengang.Terutama Wulan yang paling sinis.Dia menatap kayu bakar, beras, mi, serta kain-kain dengan lekat.Ketika tatapannya akhirnya tertuju pada daging, air liur tanpa sadar mengalir dari sudut mulutnya.Sungguh tak disangka cucu-cucu merugi yang dibesarkan oleh kedua tua bangka itu benar-benar mendapat seorang suami kaya."Hei, bung, kamu pasti lelah datang jauh-jauh ke sini. Ayo, biar aku bantu mengambilnya."Sebagai orang yang rakus dan tak tahu malu, Wulan berlari ke depan Ravin, ingin mengambil daging dari tangannya."Tidak perlu."Meskipun Ravin tidak tahu siapa Wulan bagi Alsava bersaudari, dia dapat menebak bahwa mereka adalah saudara. Entah apa saja yang terjadi di rumah ini tadi.Namun sebelum dia tiba, suasana di rumah ini pasti sudah buruk. Para kerabat Alsava bersaudari pasti
Read more

Bab 157

"Siapa satu keluarga dengan kalian? Keluar! Kalau tidak, jangan salahkan anak panahku melayang sembarangan!""Tadi kalian sudah tanda tangan dan resmi memutuskan hubungan kalian dengan kakek-nenek. Kalau kalian tidak pergi, artinya kalian melanggar hukum Kerajaan Bratajaya. Kami bisa menuntut kalian.""Sebelum beras dan mi kami tiba, bukankah Paman Jairo dan Paman Dipta keluar dari batu? Begitu beras dan mi tiba, kalian jadi keluar dari perut Nenek?""Intinya, kalian adalah manusia sampah yang ingin menelantarkan orang tua sendiri ketika tidak ada makanan. Begitu ada makanan baru mengakui orang tua sendiri. Satu keluarga? Itu hanya alasan kalian untuk kebagian beras, mi, daging dan bahan-bahan makanan ini."Ketiga saudari itu mengusir orang secara bergantian.Disa adalah orang pertama yang berbicara, kemudian diikuti oleh Dinda dan Daisha.Suara Disa adalah yang paling sederhana dan brutal. Jika mereka tidak mau pergi, maka mereka semua akan bertarung.Keahliannya sudah cukup bagus. Se
Read more

Bab 158

"Tuan, Tuan, dia memukulmu begitu parah ...." Wulan mendongak, lalu dia berteriak marah kepada Arjuna. "Bayar! Paling sedikit ...."Jairo mengangkat tiga jari.Wulan melirik tangan Jairo lalu berkata, "Tiga tael perak!"Ekspresi Jairo langsung berubah dari kesakitan hingga menyengir semangat.Wanita ini bahkan lebih kejam darinya.Tiga jari yang dia maksud adalah tiga ratus sen.Semua yang mereka hasilkan sepanjang tahun ini, totalnya bahkan kurang dari tiga tael perak.Penduduk desa yang ada di luar juga terkejut.Tiga tael perak!Banyak sekali, Wulan jelas-jelas serakah.Tak lama kemudian, perhatian penduduk desa beralih dari Wulan ke Arjuna untuk melihat apakah pria itu akan memberikan uang sebanyak itu.Pendapat pertama adalah, permintaan itu terlalu banyak. Arjuna tidak bisa memberinya.Pendapat kedua adalah, Arjuna dapat membeli begitu banyak barang sekaligus, dia pasti bisa.Lambat laun, lebih banyak orang yang setuju dengan pendapat kedua daripada yang pertama.Setelah itu, beb
Read more

Bab 159

Jairo memegang tangannya yang patah. Rasa sakit membuat wajahnya terlihat menyeramkan dan ganas. "Kamu benar-benar arogan. Apakah kamu pikir dengan memiliki sedikit uang, kamu bisa menyelesaikan semuanya?"Arjuna tersenyum dingin. "Benar sekali. Hari ini aku memang akan memberimu pelajaran dengan uang."Kalau begitu lihat saja! Ayo!"Jairo bersandar pada Wulan. "Bawa aku ke kantor pemerintahan daerah!"Tepat saat dia sampai di depan pintu, Jairo berbalik untuk menatap Arjuna yang masih duduk di dekat tungku. "Kenapa kamu tidak pergi? Takut? Bukankah kamu mau memberiku pelajaran dengan uang? Ayo, tunjukkan kepadaku bagaimana kamu melakukannya.""Tidak apa-apa!" Arjuna menepuk pelan Daisha yang gelisah. "Aku keluar sebentar. Kamu takut dingin, jadi tunggu saja di sini."Arjuna berdiri, kemudian berjalan keluar, lalu membungkuk kepada penduduk desa yang menonton di luar pintu."Halo, aku Arjuna dari Desa Embun. Aku ingin meminta kalian bertiga untuk menjadi saksi. Orang yang bersedia akan
Read more

Bab 160

"Halaman keenam dari 'Hukum Pengadilan Bratajaya' menyatakan: Barangsiapa memasuki sebuah rumah atau menggunakan kendaraan orang lain tanpa izin dari pemiliknya, bila dipukul sampai mati, orang yang memukul tidak salah.""Paman Jairo, kamu yang duluan masuk ke rumah Kakek dan ingin memukuli kami. Tuan kami memukulmu demi melindungi kami. Berdasarkan hukum Bratajaya, tuan kami tidak salah."Dinda mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Dia tampak bangga dan percaya diri, suaranya sangat jernih dan keras.Sementara mengagumi pandangan Arjuna yang jauh ke depan, Dinda juga berterima kasih kepada mendiang ibunya.Ibunya Alsava bersaudari berbeda dengan wanita desa lainnya. Dia bisa membaca dan menulis, mengajari kakak-kakak Dinda membaca. Sebelum meninggal, mendiang ibunya berpesan kepada kakak-kakaknya untuk mengajari Dinda membaca."Memukul kalian? Kapan aku memukul kalian?"Meski nada bicara Jairo galak, dia terdengar sedikit takut.Ini juga alasan mengapa Jairo sangat tidak menyukai Alsava
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
40
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status