Share

Bab 158

Author: Abimana
"Tuan, Tuan, dia memukulmu begitu parah ...." Wulan mendongak, lalu dia berteriak marah kepada Arjuna. "Bayar! Paling sedikit ...."

Jairo mengangkat tiga jari.

Wulan melirik tangan Jairo lalu berkata, "Tiga tael perak!"

Ekspresi Jairo langsung berubah dari kesakitan hingga menyengir semangat.

Wanita ini bahkan lebih kejam darinya.

Tiga jari yang dia maksud adalah tiga ratus sen.

Semua yang mereka hasilkan sepanjang tahun ini, totalnya bahkan kurang dari tiga tael perak.

Penduduk desa yang ada di luar juga terkejut.

Tiga tael perak!

Banyak sekali, Wulan jelas-jelas serakah.

Tak lama kemudian, perhatian penduduk desa beralih dari Wulan ke Arjuna untuk melihat apakah pria itu akan memberikan uang sebanyak itu.

Pendapat pertama adalah, permintaan itu terlalu banyak. Arjuna tidak bisa memberinya.

Pendapat kedua adalah, Arjuna dapat membeli begitu banyak barang sekaligus, dia pasti bisa.

Lambat laun, lebih banyak orang yang setuju dengan pendapat kedua daripada yang pertama.

Setelah itu, beb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lidia Muk
lama amat sih jedanya cepetan lanjut dong ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 159

    Jairo memegang tangannya yang patah. Rasa sakit membuat wajahnya terlihat menyeramkan dan ganas. "Kamu benar-benar arogan. Apakah kamu pikir dengan memiliki sedikit uang, kamu bisa menyelesaikan semuanya?"Arjuna tersenyum dingin. "Benar sekali. Hari ini aku memang akan memberimu pelajaran dengan uang."Kalau begitu lihat saja! Ayo!"Jairo bersandar pada Wulan. "Bawa aku ke kantor pemerintahan daerah!"Tepat saat dia sampai di depan pintu, Jairo berbalik untuk menatap Arjuna yang masih duduk di dekat tungku. "Kenapa kamu tidak pergi? Takut? Bukankah kamu mau memberiku pelajaran dengan uang? Ayo, tunjukkan kepadaku bagaimana kamu melakukannya.""Tidak apa-apa!" Arjuna menepuk pelan Daisha yang gelisah. "Aku keluar sebentar. Kamu takut dingin, jadi tunggu saja di sini."Arjuna berdiri, kemudian berjalan keluar, lalu membungkuk kepada penduduk desa yang menonton di luar pintu."Halo, aku Arjuna dari Desa Embun. Aku ingin meminta kalian bertiga untuk menjadi saksi. Orang yang bersedia akan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 160

    "Halaman keenam dari 'Hukum Pengadilan Bratajaya' menyatakan: Barangsiapa memasuki sebuah rumah atau menggunakan kendaraan orang lain tanpa izin dari pemiliknya, bila dipukul sampai mati, orang yang memukul tidak salah.""Paman Jairo, kamu yang duluan masuk ke rumah Kakek dan ingin memukuli kami. Tuan kami memukulmu demi melindungi kami. Berdasarkan hukum Bratajaya, tuan kami tidak salah."Dinda mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Dia tampak bangga dan percaya diri, suaranya sangat jernih dan keras.Sementara mengagumi pandangan Arjuna yang jauh ke depan, Dinda juga berterima kasih kepada mendiang ibunya.Ibunya Alsava bersaudari berbeda dengan wanita desa lainnya. Dia bisa membaca dan menulis, mengajari kakak-kakak Dinda membaca. Sebelum meninggal, mendiang ibunya berpesan kepada kakak-kakaknya untuk mengajari Dinda membaca."Memukul kalian? Kapan aku memukul kalian?"Meski nada bicara Jairo galak, dia terdengar sedikit takut.Ini juga alasan mengapa Jairo sangat tidak menyukai Alsava

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 161

    "Arjuna, keponakan menantuku yang baik." Wulan memeluk kaki Arjuna sambil memohon. "Paman Jairo-mu khilaf karena tangannya sakit. Tante mohon, ampunilah kami."Arjuna menggoyangkan kakinya. "Aku mana punya tante di desa ini?""Arjuna!" Wulan memeluk kaki Arjuna lebih erat. "Aku minta maaf padamu. Kami salah. Tolong jangan tuntut kami. Jangan tuntut kami!"Cuaca makin dingin, tangan Jairo patah pula. Jika dia dijebloskan ke penjara saat ini, dia akan cacat saat dibebaskan dari penjara."Minta maaf? Apa nilai dari permintaan maafmu?""Kami salah. Bagaimana dengan nasib kami kalau tuanku dijebloskan ke penjara? Putraku masih kecil.""Kamu juga tahu bahwa anakmu masih kecil dan tak bisa hidup tanpa seorang ayah? Bagaimana dengan istri-istriku dulu? Apakah mereka tidak kecil saat itu?"Mengingat bagaimana Jairo menyebut mereka sebagai wanita jalang tadi, serta laporan penduduk desa tentang penyiksaan sebelumnya, Arjuna tidak bisa memaafkan pasangan itu."Aku ...."Wulan tidak pernah menyang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 162

    Setelah Esha selesai berbicara, dia menarik suaminya. Meskipun Dipta sangat enggan, dia akhirnya menurut juga."Ayah, Ibu, anak-anak, Paman dan Tante minta maaf kepada kalian."Melihat ini, Wulan juga menarik Jairo untuk meminta maaf kepada Yusuf, Disa dan yang lainnya. Mereka bersujud dengan keras.Arjuna tidak bersuara, tidak ada seorang pun yang berani memaafkan Jairo, Dipta dan yang lainnya.Makin lama waktu berlalu, Jairo tampak makin lemas. Akhirnya dia jatuh ke lantai."Tuan, Tuan, ada apa denganmu?" Wulan memeluk Jairo dengan panik."Ayah, Ibu, anak-anak ...." Wulan memohon, "Jairo sudah begini, maafkanlah kami.""Disa, Daisha." Wajah Saira menunjukkan kecemasan. "Maafkanlah paman-paman kalian.""Sudah waktunya berakhir. Penduduk desa sudah menonton kita begitu lama." Yusuf pun akhirnya berbicara.Tidak peduli apa yang dilakukan Jairo dan yang lainnya di masa lalu, mereka tetaplah putra mereka. Bohong jika mengatakan bahwa Yusuf dan Saira sama sekali tidak merasa kasihan."Tuan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 163

    "Terima kasih, Nak Arjuna."Ucapan-ucapan terima kasih menyelimuti Arjuna.Arjuna melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa. "Sama-sama. Tadi kalian membantuku, sudah seharusnya aku melakukan ini.""Bantuan kami tak seberapa, hanya mengandalkan mulut. Terima kasih atas kemurahan hatimu."" Kalau begitu ... karena kalian memanggilku 'nak', kalian seharusnya berterima kasih kepada istri-istriku dan kakek-nenek yang telah membesarkan mereka.""Nak Arjuna benar."Penduduk desa mengucapkan terima kasih kepada Yusuf dan lainnya."Aku, Disa dan yang lainnya tidak bisa kembali setiap hari. Lain kali mohon bantuan kalian semua untuk lebih memperhatikan kakek-nenek kami.""Tentu saja, tentu saja.""Yusuf." Mata Saira sudah berkaca-kaca. "Memiliki Arjuna sebagai cucu menantu adalah berkah yang luar biasa bagi kita berdua."Arjuna tampaknya hanya melakukan satu hal, tetapi sebenarnya dia melakukan dua hal. Dua hal yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan tenang.Pertama, ada begitu banyak pend

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 164

    Fenomena di Desa Embun benar-benar berbeda dengan Desa Sava.Di Desa Sava, Alsava bersaudari dipuji oleh seluruh desa, tetapi di Desa Embun sebaliknya.Ketika orang-orang melewati pohon besar di gerbang desa, mulai terdengar beberapa gosip.Seperti: "Tidak tahu malu. Membawa beras dan uang dari suami untuk dibawa pulang ke rumah orang tua sendiri, tapi tidak memberikannya untuk keluarga suami." Lalu, "Merayu pria hingga membuatnya melupakan orang tua sendiri setelah memiliki istri."Walaupun gosip-gosip ini tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang tahu bahwa mereka sedang membicarakan Alsava bersaudari.Berita bahwa Arjuna menarik gerobak besar berisi barang-barang ke Desa Sava telah menyebar ke seluruh desa. Hal itu mengundang rasa iri, tetapi lebih banyak rasa dengki.Terutama ketika berita itu sampai ke rumah Shaka, Oki dan Ranjani merasa lebih buruk.Sebagai kakek-nenek Arjuna, mereka seharusnya menjadi orang pertama yang menikmati uang yang diperoleh cucu mereka. Namun, sekar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 165

    "Kakekku memberitahuku lewat mimpi."Kalau Herman mengakui bahwa dia melebih-lebihkan, dia bukan lagi orang yang bermulut besar."Kakekmu juga memberitahuku untuk memberimu pelajaran lewat mimpi."Magano mengangkat tongkat kayu yang ada di tangannya untuk memukul kepala Herman.Herman memegang kepala sambil menyangkal."Aku tidak membual. Aku mengatakan yang sebenarnya. Kakekku memberitahuku lewat mimpi.""Persetan. Mana ada hantu dan setan di dunia? Kalau ada, kenapa aku tidak pernah melihatnya?""Kamu tidak pernah melihatnya, bukan berarti orang lain tidak pernah.""Oh." Magano mengangguk lalu bertanya kepada Herman. "Kalau begitu apakah kamu pernah melihatnya? Coba katakan, seperti apa rupa mereka?""Aku ...." Kedua mata Herman berputar ragu. "Aku memang tidak pernah melihatnya, tapi itu bukan berarti orang lain tidak pernah melihatnya.""Hm. Kamu tidak pernah melihatnya, begitu pula aku. Kalau begitu ...." Magano mengalihkan pandangannya ke penduduk desa lain. "Apakah ada di antara

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 166

    "Aish ...." Herman menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Orang yang bersekolah memang berbeda, istrinya saja berbicara dengan begitu elegan.""Benar sekali. Kelak Kak Shaka akan menjadi pejabat tinggi, Kak Naura akan menjadi istri pejabat. Tentu saja, sudut pandang mereka berbeda dengan sudut pandang kalian.""Benar, Naura memang berbeda. Kita tidak boleh menista dewa.""Ya, ya, untung Naura mengingatkan kita. Kalau tidak, hari ini kita akan menyinggung dewa dan tidak menyadarinya."Di tengah hujan pujian, ada sedikit kebanggaan dalam tatapan mata Naura.Sebenarnya kata-kata itu tidak sepenuhnya berasal dari dirinya.Setiap orang diawasi oleh dewa, orang yang bersekolah berdoa pada tokoh cendekiawan, serta kaisar yang melakukan persembahan setiap musim semi. Naura mendengar semua itu dari Shaka yang belajar selama beberapa hari terakhir."Meskipun kata-kata Herman, tidak akurat, dia sangat menghormati leluhurnya.""Ya, apa yang dikatakan Naura benar. Selain mempersembahkan kurban pada

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 402

    "Jangan memaki lagi, aku akan tinggal di sini, oke ....""Kalau begitu sepakat! Kalender menunjukkan bahwa hari ini adalah hari yang tepat untuk pindah rumah. Daripada cari hari lagi, pindah saja hari ini. Aku akan menyuruh seseorang untuk membantumu memindahkan barang-barangmu sekarang."Sebelum Arjuna selesai berbicara, Tamael sudah berbicara panjang lebar. Dia takut Arjuna akan menarik kembali kata-katanya.Setelah berkata demikian, dia pun kembali ke rumahnya untuk meminta bantuan.Rumah Tamael tepat di sebelah. Dalam sekejap, Tamael telah membawa orang untuk memindahkan semua barang milik Arjuna dari rumah kecil itu.Melihat bungkusan barang yang berserakan di lantai dan sosok Tamael yang sibuk. Entah kenapa, Arjuna merasa seperti dijebak."Tamael!" Arjuna memanggil Tamael dengan nama."Hadir!"Tamael terkejut. Ini adalah pertama kalinya Arjuna memanggilnya seperti itu setelah sekian lama mereka saling kenal."Kamu memberiku rumah dan membantuku pindah. Kamu tiba-tiba bersikap bai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 401

    "Kak Tamael, aku sudah mau kembali ke desa sekarang. Aku tidak minum lagi." Arjuna mengira Tamael akan mengajaknya pergi minum-minum."Kita bukan mau pergi minum. Aku akan mengajakmu melihat rumah barumu.""Rumah baruku? Kak Tamael, aku tidak menginginkan barang darimu lagi."Arjuna telah mandiri sejak kecil. Dia merasa aman dengan apa yang dia hasilkan sendiri."Rumah itu memang milikmu. Kalau kamu tidak tinggal di sana, bukankah rumah itu akan terbengkalai?""Disa, Daisha, Dinda, ayo kita pergi melihat rumah itu."Istri-istri Tamael juga menarik Alsava bersaudari pergi....Rumah ini adalah rumah besar dengan tiga halaman, di sebelah rumah Tamael.Ada koridor panjang, paviliun, hamparan bebatuan, serta gunung buatan di tepi air dalam rumah itu, persis seperti rumah-rumah kuno yang pernah Arjuna lihat di TV.Rumahnya besar, halaman dalamnya megah, semuanya bagus. Hanya saja tidak ada tanda-tanda kehidupan.Arjuna melihat sekeliling lalu menarik pandangannya kembali. "Sepertinya sudah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 400

    Semua istri Tamael mengatakan bahwa itu akan sangat menyakitkan pada awal.Daisha mengatakan bahwa untungnya dia minum alkohol, jadi dia tidak merasakan banyak rasa sakit malam itu. Akan tetapi, ketika dia bangun keesokan paginya, dia masih merasa sangat tidak nyaman.Akhir-akhir ini, Disa memikirkan sebuah pertanyaan, yaitu berapa banyak anggur yang harus dia minum sebelum berhubungan intim dengan Arjuna. Toleransi alkoholnya lebih baik daripada Daisha. Daisha mengatakan bahwa dia minum setidaknya setengah kati anggur beras malam itu, jadi Disa harus minum setidaknya dua kati.Itulah sebabnya Disa selalu membawa dua kendi anggur bersamanya akhir-akhir ini.Baik pria maupun wanita di Dinasti Bratajaya gemar minum. Arjuna bahkan berpikir bahwa Disa kecanduan alkohol.Sungguh, Arjuna tidak akan menyangka bahwa istrinya menggantung dua kendi anggur di pinggang sebagai persiapan untuk berhubungan intim dengannya."Arjuna, usiamu hampir dua puluh tahun, 'kan? Kamu harus berusaha lebih keras

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 399

    Saat Daisha menyimpan kontrak itu, Arjuna tiba-tiba merasakan beban di pundaknya menjadi lebih berat.Segala sesuatu di dunia ini memiliki dua sisi.Dia memperoleh kekayaan tetapi juga beban. Sejak saat itu, keluarga Tamael terikat padanya.Namun, karakter keluarga Tamael masih baik. Arjuna dapat menerima beban ini dan bersedia terikat pada Tamael.Bagaimanapun, apa pun aspeknya, jika dua ingin menjadi lebih besar dan lebih kuat, Arjuna tidak dapat melakukannya sendiri. Tamael adalah asisten yang cakap.Rumor tentang kemandulan sungguh menyelamatkan Arjuna dari banyak masalah.Banyak orang hanya menyanjung beberapa patah kata, lalu pergi begitu saja.Kaisar Bratajaya mengeluarkan dekrit baru, yaitu memberikan prioritas kepada pelajar yang memiliki putra dalam ujian kekaisaran, juga memberikan prioritas kepada peserta ujian kekaisaran tingkat tertinggi yang memiliki putra dalam pengangkatan pejabat baru.Jangankan putra, Arjuna bahkan tidak bisa melahirkan seorang putri. Orang seperti i

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 398

    Arjuna benar-benar tidak mempermasalahkan rumor ini yang tidak memiliki bukti sama sekali.Sebaliknya, dia cukup menyukai rumor tersebut.Jika tidak, dia akan dikelilingi sekelompok orang munafik yang ingin menyodorkan anak perempuan kepadanya.Meskipun orang-orang ini kaya dan berkuasa.Mereka sangat plin-plan. Saat kamu kuat, mereka akan menempelimu. Begitu kamu kehilangan kekuatan, mereka akan segera menjatuhkan dan mengkhianatimu."Arjuna, sini!" Eshan mengundang Arjuna ke meja utama.Begitu mereka duduk, Tamael memimpin seluruh keluarga Tamael untuk berlutut di depan Arjuna."Hei, apa yang kalian lakukan?" Arjuna berdiri untuk memapah Tamael berdiri, tetapi Tamael menolak untuk bangun."Arjuna, tanpa kamu, usaha keluarga kami yang telah berdiri selama seabad ini akan hancur. Sekarang, kamu adalah dermawan terbesar kami!"Setelah Tamael berbicara, dia mulai bersujud kepada Arjuna, anggota keluarga lain di belakangnya mengikutinya."Tamael, Arjuna telah melakukan kebaikan yang begit

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 397

    "Semuanya, kesalahpahaman sudah diluruskan." Eshan maju untuk menengahi. "Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi Kabupaten Damai. Aku memutuskan untuk membagi beras secara gratis. Masing-masing keluarga boleh mendapat setengah kilo.""Bagus sekali! Terima kasih, Yang Mulia!""Terima kasih, Yang Mulia!""Tidak perlu berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Arjuna.""Terima kasih, Arjuna. Terima kasih, Arjuna!"Tempat itu dipenuhi dengan kegembiraan, kontroversi mengenai Arjuna yang tidak bisa memiliki anak pun mereda.Akan tetapi, sebagian orang tidak berpikir demikian.Setelah hampir satu setengah tahun menikah, tidak ada satu pun istrinya yang hamil.Benarkah seperti yang dikatakan Disa?...Begitu Arjuna kembali ke rumah kecil di kota, Eshan membawakannya akta kepemilikan aset keluarga Tamael dan dua toko daging milik Bani.Semua itu dimenangkan oleh Arjuna dan menjadi miliknya sekarang.Aset-aset ini merupakan sumber sebagian besar pendapatan pajak Kabupaten Damai. Esh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 396

    "Puih, puih, puih, apa yang kamu bicarakan? Kamu tidak boleh menikahinya!"Ibu gadis itu tiba-tiba menarik dan memarahinya dengan kasar."Ibu." Gadis itu menatap ibunya sambil bertanya dengan bingung. "Bukankah Ibu ingin aku menikah dengan pria yang hebat? Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian pemerintah Kabupaten Damai beberapa waktu lalu, sekarang dia mengalahkan orang-orang Kabupaten Sentosa dan mengambil kembali harta keluarga Tamael. Kenapa Ibu melarang aku menikahi pria sehebat itu? Seolah-olah dia adalah pecundang saja.""Kamu benar." Ibu gadis itu menarik gadis itu mendekat, lalu merendahkan suaranya. "Dia memang pecundang!""Ibu, apa yang kamu bicarakan? Arjuna sangat hebat, bagaimana mungkin dia pecundang?" Gadis itu memelotot marah pada ibunya.Ibu gadis itu cemberut, kemudian berkata dengan nada tidak setuju. "Memangnya kenapa kalau dia hebat? Kalau dia tidak bisa memiliki anak, dia hanya pecundang!""Apa hubungannya Arjuna dengan ketidakmampuannya untuk memiliki an

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 395

    "Kalian berdua punya pembelaan masing-masing, sulit untuk membedakannya saat ini. Saya sarankan Yang Mulia Sugi dan Yang Mulia Eshan mengutus lebih banyak orang untuk menyelidiki dan mencari tahu dari mana pembunuh itu berasal.""T ...."Sugi ingin berbicara, tetapi begitu dia membuka mulut, Tomo juga berbicara."Yang Mulia Sugi, Yang Mulia Gubernur mengutusku ke sini untuk memimpin pertandingan antara Kabupaten Sentosa dan Kabupaten Damai. Sekarang hasilnya sudah keluar. Kabupaten Damai memenangkan dua dari tiga pertandingan, Kabupaten Sentosa kalah. Kalian harus menepati janji kalian sebelumnya."Sugi masih ingin berbicara, tetapi Tomo tidak memberinya kesempatan. Dia mengeluarkan lencana gubernur. "Yang Mulia Gubernur memerintahku untuk kembali ke Kota Perai hari ini. Sekarang sudah larut. Yang Mulia Sugi, mohon penuhi janjimu segera!"Tomo sudah mengeluarkan lencana gubernur, jadi Sugi tidak berani menentang.Semua harta keluarga Tamael dikembalikan, dua toko daging milik keluarga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 394

    "Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status