"Terima kasih, Nak Arjuna."Ucapan-ucapan terima kasih menyelimuti Arjuna.Arjuna melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa. "Sama-sama. Tadi kalian membantuku, sudah seharusnya aku melakukan ini.""Bantuan kami tak seberapa, hanya mengandalkan mulut. Terima kasih atas kemurahan hatimu."" Kalau begitu ... karena kalian memanggilku 'nak', kalian seharusnya berterima kasih kepada istri-istriku dan kakek-nenek yang telah membesarkan mereka.""Nak Arjuna benar."Penduduk desa mengucapkan terima kasih kepada Yusuf dan lainnya."Aku, Disa dan yang lainnya tidak bisa kembali setiap hari. Lain kali mohon bantuan kalian semua untuk lebih memperhatikan kakek-nenek kami.""Tentu saja, tentu saja.""Yusuf." Mata Saira sudah berkaca-kaca. "Memiliki Arjuna sebagai cucu menantu adalah berkah yang luar biasa bagi kita berdua."Arjuna tampaknya hanya melakukan satu hal, tetapi sebenarnya dia melakukan dua hal. Dua hal yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan tenang.Pertama, ada begitu banyak pend
Fenomena di Desa Embun benar-benar berbeda dengan Desa Sava.Di Desa Sava, Alsava bersaudari dipuji oleh seluruh desa, tetapi di Desa Embun sebaliknya.Ketika orang-orang melewati pohon besar di gerbang desa, mulai terdengar beberapa gosip.Seperti: "Tidak tahu malu. Membawa beras dan uang dari suami untuk dibawa pulang ke rumah orang tua sendiri, tapi tidak memberikannya untuk keluarga suami." Lalu, "Merayu pria hingga membuatnya melupakan orang tua sendiri setelah memiliki istri."Walaupun gosip-gosip ini tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang tahu bahwa mereka sedang membicarakan Alsava bersaudari.Berita bahwa Arjuna menarik gerobak besar berisi barang-barang ke Desa Sava telah menyebar ke seluruh desa. Hal itu mengundang rasa iri, tetapi lebih banyak rasa dengki.Terutama ketika berita itu sampai ke rumah Shaka, Oki dan Ranjani merasa lebih buruk.Sebagai kakek-nenek Arjuna, mereka seharusnya menjadi orang pertama yang menikmati uang yang diperoleh cucu mereka. Namun, sekar
"Kakekku memberitahuku lewat mimpi."Kalau Herman mengakui bahwa dia melebih-lebihkan, dia bukan lagi orang yang bermulut besar."Kakekmu juga memberitahuku untuk memberimu pelajaran lewat mimpi."Magano mengangkat tongkat kayu yang ada di tangannya untuk memukul kepala Herman.Herman memegang kepala sambil menyangkal."Aku tidak membual. Aku mengatakan yang sebenarnya. Kakekku memberitahuku lewat mimpi.""Persetan. Mana ada hantu dan setan di dunia? Kalau ada, kenapa aku tidak pernah melihatnya?""Kamu tidak pernah melihatnya, bukan berarti orang lain tidak pernah.""Oh." Magano mengangguk lalu bertanya kepada Herman. "Kalau begitu apakah kamu pernah melihatnya? Coba katakan, seperti apa rupa mereka?""Aku ...." Kedua mata Herman berputar ragu. "Aku memang tidak pernah melihatnya, tapi itu bukan berarti orang lain tidak pernah melihatnya.""Hm. Kamu tidak pernah melihatnya, begitu pula aku. Kalau begitu ...." Magano mengalihkan pandangannya ke penduduk desa lain. "Apakah ada di antara
"Aish ...." Herman menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Orang yang bersekolah memang berbeda, istrinya saja berbicara dengan begitu elegan.""Benar sekali. Kelak Kak Shaka akan menjadi pejabat tinggi, Kak Naura akan menjadi istri pejabat. Tentu saja, sudut pandang mereka berbeda dengan sudut pandang kalian.""Benar, Naura memang berbeda. Kita tidak boleh menista dewa.""Ya, ya, untung Naura mengingatkan kita. Kalau tidak, hari ini kita akan menyinggung dewa dan tidak menyadarinya."Di tengah hujan pujian, ada sedikit kebanggaan dalam tatapan mata Naura.Sebenarnya kata-kata itu tidak sepenuhnya berasal dari dirinya.Setiap orang diawasi oleh dewa, orang yang bersekolah berdoa pada tokoh cendekiawan, serta kaisar yang melakukan persembahan setiap musim semi. Naura mendengar semua itu dari Shaka yang belajar selama beberapa hari terakhir."Meskipun kata-kata Herman, tidak akurat, dia sangat menghormati leluhurnya.""Ya, apa yang dikatakan Naura benar. Selain mempersembahkan kurban pada
Vian menghela napas sambil menggelengkan kepalanya."Dulu aku mendengar ibuku mengatakan bahwa hamil membuat wanita menjadi bodoh selama tiga tahun, aku tidak percaya. Sekarang setelah mendengar ucapan Tante, aku benar-benar memercayainya. Tante, kamu harus segera mencari tabib. Kalau tidak, kondisimu akan makin parah.""Kak Naura." Citra mendekati Naura untuk berbisik, "Dia sepertinya sedang mengataimu bodoh dan harus segera diobati."Citra mengira suaranya sangat kecil, tetapi sebenarnya penduduk desa dapat mendengarnya dengan jelas."Hft!"Beberapa orang tidak dapat menahan tawa.Naura merasa marah sekaligus malu. "Vian, apa maksudmu?"Vian berhasil membuat Shaka menceraikan Praya, bagaimana mungkin dia dengan mudah takut pada Naura? Dia berpura-pura polos dan sedih."Tante, kenapa kamu marah? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Cepat cari tabib agar cepat sembuh. Jangan menunda-nunda."Naura juga pernah mengalahkan Praya. Dia segera tenang, kemudian dia bertanya pada Vian."Kalau be
Semua ubin dan balok yang dipesan beberapa hari lalu telah dikirim ke desa. Setelah menyerahkan tugas pengiriman ikan harian kepada Arkana dan Magano, Arjuna menyibukkan diri dengan memperbaiki rumah.Selain rumahnya sendiri, ada juga rumah Yusuf. Yusuf masih tinggal di rumah yang dulu dia tinggali.Untungnya, mereka hanya berdua, jadi dua rumah kecil sudah cukup untuk mereka tinggali. Kalau tidak, waktu maupun uang tidak akan cukup.Arjuna melakukan perjalanan bolak-balik antara Desa Embun dan Desa Sava selama belasan hari. Akhirnya dia selesai memperbaiki kedua rumah sebelum salju tebal menghalangi jalan.Selama renovasi rumah, Arjuna dan keluarganya tinggal di rumah Arkana. Hari ini, mereka akhirnya dapat pindah kembali.Setelah mandi.Dinda adalah orang pertama yang naik ke atas tungku, dia berguling-guling di atas tungku baru dengan gembira.Selama beberapa hari ini, di bawah perawatan Arjuna, Disa dan Daisha, serta ditemani Naya, Dinda pun menjadi ceria layaknya gadis berusia sep
Meskipun kedua kakaknya tidak mengatakan apa-apa. Dari Naya, Dinda tahu bahwa kedua kakaknya yang pernah dia benci karena tidak menyelamatkan dirinya, tidak hidup lebih baik dari dirinya.Dinda dipukuli sampai patah kaki dan hampir dijual ke Rumah Bordil Prianka.Kendati Disa ahli dalam seni bela diri, dia tidak berani melawan. Dia hanya bisa dipukul bersama dengan Daisha. Dia sering memasang tubuh untuk Daisha sehingga luka di tubuhnya lebih banyak daripada Daisha.Hanya saja dia memiliki fondasi fisik yang baik sehingga tidak menjadi cacat."Kak Disa, Kak Daisha, aku seharusnya tidak menyalahkan kalian sebelumnya. Kalian juga hidup susah sebelumnya."Setelah Dinda mengatakan hal ini, Daisha tidak dapat menahannya lagi. Air matanya mulai mengalir, dia terisak-isak.Begitu dia menangis, Dinda pun ikut menangis.Mata Disa juga memerah, tetapi dia segera sadar."Oh, kalian benar-benar menyebalkan." Disa menepuk kedua saudara perempuannya."Hari ini kita pindah ke rumah baru. Pada hari ya
"Peralatan makan di rumah tidak banyak dan sudah lama dipakai, harus beli satu set yang baru.""Boleh.""Tong beras juga harus ....""Kak Daisha, kenapa kamu terus yang bicara? Aku juga punya barang yang ingin dibeli," protes Dinda dengan bibir cemberut."Oke, oke. Daisha, kamu berhenti dulu, giliran Dinda yang bicara."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dasar bocah."Tuan, aku ingin membeli lemari. Hanya ada satu lemari di rumah sekarang. Selain itu, lemarinya juga sudah lama dan kecil, tidak muat untuk menyimpan pakaian."Daisha dan Dinda mencuci pakaian di rumah bersama. Namun, Dinda melakukan pekerjaan yang lebih ringan seperti menjemur pakaian, mengangkat jemuran, serta melipat pakaian."Hm, Dinda benar. Kita memang perlu membeli lemari, tapi ...." Arjuna menatap ketiga saudari itu. "Satu saja tidak cukup. Kita perlu membeli setidaknya lima lemari.""Lima?" Ketiga saudari itu terkejut. "Apakah tidak terlali banyak?""Tuan, meskipun kehidupan kita sekarang lebih bai
"Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at
Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda
"Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh
Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia
Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b
Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b
Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.
"Kalau begitu Kak Daisha, kamu benar-benar tidak marah karena Tuan menulis sembarangan?""Kenapa harus marah? Tuan menulis ini pasti ada maksudnya sendiri.""Kamu benar-benar tidak marah? Pak Guru meminta syair itu ditempel di depan rumah kita.""Kalau Tuan tidak mau menempelnya, aku baru marah." Suara maupun tubuh Daisha tampak rileks.Bisa dilihat bahwa syair yang ditulis Arjuna membuatnya sangat senang.Meskipun Daisha tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "penyewa rumah" dan "pria lajang". Dia mengerti bagian "istri cantik" dan "penuh kegembiraan".Arjuna mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia memiliki mereka. Itu adalah pernyataan cinta Arjuna kepada mereka.Arjuna bersikeras menempelkan syair ini di depan rumah untuk menunjukkan cintanya untuk mereka kepada semua orang.Tuan mereka mengungkapkan cintanya untuk mereka secara terbuka.Kenapa Daisha harus marah? Dia senang sekali.Arjuna, yang duduk di dalam kamar, mendengar percakapan antara Daisha dan Dinda. Hatinya akhirnya ten
Jangan-jangan calon orang mulia dari Keluarga Kusumo yang dimaksud oleh begawan Kuil Yamuna ... adalah Arjuna?!Jika memang demikian ....Cakra mengangguk tanpa suara.Apa yang dikatakan begawan Kuil Yamuna kemungkinan benar.Cakra telah menjadi guru selama bertahun-tahun dan telah bertemu banyak orang.Meskipun Shaka sangat cerdas dan berprestasi secara akademis, Cakra tidak setuju bahwa dia adalah orang mulia.Bagaimanapun, Shaka kekurangan kualitas tertentu....Tidak ada acara hiburan di desa pegunungan kecil, jadi gosip menjadi satu-satunya hiburan di desa.Syair Arjuna dengan cepat menyebar dari sekolah. Dalam waktu satu jam, semua orang di desa sudah mengetahuinya.Selain keluarga kepala desa, Magano dan orang-orang yang menangkap ikan untuk Arjuna, sisanya menertawakan Arjuna.Disa dan Dinda, yang menunggu Arjuna di luar sekolah, tentu saja menjadi bahan ejekan juga.Mereka menjadi sasaran olok-olokan dan tertawaan para istri pelajar."Tuan!"Begitu Arjuna keluar dari sekolah,