Semua ubin dan balok yang dipesan beberapa hari lalu telah dikirim ke desa. Setelah menyerahkan tugas pengiriman ikan harian kepada Arkana dan Magano, Arjuna menyibukkan diri dengan memperbaiki rumah.Selain rumahnya sendiri, ada juga rumah Yusuf. Yusuf masih tinggal di rumah yang dulu dia tinggali.Untungnya, mereka hanya berdua, jadi dua rumah kecil sudah cukup untuk mereka tinggali. Kalau tidak, waktu maupun uang tidak akan cukup.Arjuna melakukan perjalanan bolak-balik antara Desa Embun dan Desa Sava selama belasan hari. Akhirnya dia selesai memperbaiki kedua rumah sebelum salju tebal menghalangi jalan.Selama renovasi rumah, Arjuna dan keluarganya tinggal di rumah Arkana. Hari ini, mereka akhirnya dapat pindah kembali.Setelah mandi.Dinda adalah orang pertama yang naik ke atas tungku, dia berguling-guling di atas tungku baru dengan gembira.Selama beberapa hari ini, di bawah perawatan Arjuna, Disa dan Daisha, serta ditemani Naya, Dinda pun menjadi ceria layaknya gadis berusia sep
Meskipun kedua kakaknya tidak mengatakan apa-apa. Dari Naya, Dinda tahu bahwa kedua kakaknya yang pernah dia benci karena tidak menyelamatkan dirinya, tidak hidup lebih baik dari dirinya.Dinda dipukuli sampai patah kaki dan hampir dijual ke Rumah Bordil Prianka.Kendati Disa ahli dalam seni bela diri, dia tidak berani melawan. Dia hanya bisa dipukul bersama dengan Daisha. Dia sering memasang tubuh untuk Daisha sehingga luka di tubuhnya lebih banyak daripada Daisha.Hanya saja dia memiliki fondasi fisik yang baik sehingga tidak menjadi cacat."Kak Disa, Kak Daisha, aku seharusnya tidak menyalahkan kalian sebelumnya. Kalian juga hidup susah sebelumnya."Setelah Dinda mengatakan hal ini, Daisha tidak dapat menahannya lagi. Air matanya mulai mengalir, dia terisak-isak.Begitu dia menangis, Dinda pun ikut menangis.Mata Disa juga memerah, tetapi dia segera sadar."Oh, kalian benar-benar menyebalkan." Disa menepuk kedua saudara perempuannya."Hari ini kita pindah ke rumah baru. Pada hari ya
"Peralatan makan di rumah tidak banyak dan sudah lama dipakai, harus beli satu set yang baru.""Boleh.""Tong beras juga harus ....""Kak Daisha, kenapa kamu terus yang bicara? Aku juga punya barang yang ingin dibeli," protes Dinda dengan bibir cemberut."Oke, oke. Daisha, kamu berhenti dulu, giliran Dinda yang bicara."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dasar bocah."Tuan, aku ingin membeli lemari. Hanya ada satu lemari di rumah sekarang. Selain itu, lemarinya juga sudah lama dan kecil, tidak muat untuk menyimpan pakaian."Daisha dan Dinda mencuci pakaian di rumah bersama. Namun, Dinda melakukan pekerjaan yang lebih ringan seperti menjemur pakaian, mengangkat jemuran, serta melipat pakaian."Hm, Dinda benar. Kita memang perlu membeli lemari, tapi ...." Arjuna menatap ketiga saudari itu. "Satu saja tidak cukup. Kita perlu membeli setidaknya lima lemari.""Lima?" Ketiga saudari itu terkejut. "Apakah tidak terlali banyak?""Tuan, meskipun kehidupan kita sekarang lebih bai
"Apakah kamu ingin membeli busur dan anak panah baru?"Disa tiba-tiba berbalik, dia menatap Arjuna sekian lama sebelum dia menjawab, "Aku ... tidak mau."Dulu, Arjuna sering berkata untuk apa dia seorang gadis menggunakan busur dan anak panah.Dia tidak mengizinkan Disa menyentuh anak panahnya selama beberapa waktu. Disa khawatir kalau-kalau Arjuna hanya mengujinya."Benaran tidak mau? Kalau begitu lupakan sa ....""Benarkah?" Disa hampir menerkam Arjuna.Arjuna menundukkan kepalanya sedikit, melihat wajah cantik Disa. Matanya penuh dengan harapan, pipinya memerah. Dia memancarkan aura muda dan bersemangat.Arjuna tidak dapat menahan diri untuk tidak mencolek ujung hidung Disa. "Benar."Dia bukan orang kuno, pemikirannya tidak begitu dangkal. Gagasan bahwa wanita tidak boleh menjadi sastrawan atau ahli bela diri hanyalah omong kosong.Sebelumnya Arjuna tidak mengizinkan Disa menggunakannya karena dia takut Disa yang memiliki kepribadian impulsif akan menimbulkan masalah.Sekarang, Arju
"Kalau begitu, aku mau satu jepitan bunga mutiara saja."Senyum manis muncul di wajah Daisha yang lembut dan tenang.Kata "bunga mutiara" mengungkapkan kecintaannya terhadap kecantikan."Bagaimana boleh hanya satu jepitan bunga mutiara? Aku bilang lima macam, maka harus lima macam.""Tuan benar." Dinda memiringkan wajahnya, dia menatap Daisha dengan matanya yang seperti mutiara hitam. "Kak Daisha, kamu begitu cantik, sekadar jepitan saja tidak cukup. Harus ditambah sanggul, gelang tangan dan gantungan di pinggang.""Tidak, tidak. Benda-benda itu hanya dikenakan oleh wanita dari keluarga kaya, terlalu mencolok kalau aku memakainya.""Kalau tidak cocok, kita jangan beli dulu. Besok kalian bisa membeli yang cocok. Setelah kita menjadi orang kaya, kalian baru membeli barang-barang yang disebut Dinda tadi."Kalimat terakhir Arjuna ditujukan kepada para istrinya dan diri sendiri."Kita belikan kalung dengan pola sederhana untuk Dinda," kata Daisha.Kalung yang Daisha maksud seperti kalung pe
"Ugh ...."Rengekan malas nan lembut terdengar dari dalam pelukan Arjuna. Sesuatu yang lembut dan hangat bergerak dalam pelukannya.Arjuna bergerak, lalu suara tersebut kembali terdengar. Sesuatu itu juga meringkuk di dalam pelukannya, menjadikan lengannya sebagai bantal.Setelah itu, tercium wangi yang menyegarkan dan manis.Ini ...."Dingin," gumam suara lembut tersebut.Suara Daisha.Hm?Kenapa Daisha tidur di dalam pelukannya?Arjuna secara naluriah bergeser mundur, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.Alhasil, begitu dia bergeser ....Sebuah kaki kecil menimpa perutnya dari sisi lain.Arjuna menoleh, kemudian sebuah kepala muncul di depan pandangannya.Bagaimana mungkin seorang anak berusia sepuluh tahun tidur dengan diam? Setelah satu kakinya menimpa perut Arjuna, kaki Dinda yang lain pun menyusul.Posisi tidur Dinda berputar sembilan puluh derajat, menguasai setengah tempat tidur."Dinda, jangan bergerak sembarangan!"Disa yang berada di paling tepi menepuk Dinda, kemudian dia
Bila menyangkut urusan pria dan wanita, Alsava bersaudari sangatlah penakut dan pemalu.Lupakan, Arjuna tidak akan menggoda mereka lagi.Arjuna turun dari tungku terlebih dahulu, lalu berbalik dan mendapati beberapa perempuan itu masih mempertahankan posisi yang sama."Langit sudah terang. Apakah kalian tidak mau pergi ke kota kabupaten untuk membeli perabotan dan perhiasan baru? Kenapa kalian masih duduk? Cepat bantu aku mengikat rambut."Pada zaman dahulu, semua pria berambut panjang. Setelah sekian lama menjadi manusia zaman kuno pun, Arjuna masih tidak mengerti mengapa.Sebenarnya, bukan hanya Arjuna yang tidak bisa mengikat rambutnya. Mayoritas pria di Kerajaan Bratajaya tidak bisa mengikat rambutnya.Sebelum menikah, pria-pria di Kerajaan Bratajaya diikat rambut oleh ibu mereka. Sebelum menikah, istri merekalah yang melakukannya.Jika Arjuna bangun pagi, dia mengikat asal rambutnya dengan tali. Setelah Alsava bersaudari bangun, dia baru meminta mereka mengikat rambutnya dengan ra
Dik Daisha, kenapa hari ini kamu lebih lambat dari kemarin? Apakah kamu makin lancang karena Tuan tidak marah? Kalau begini terus, biar Dinda saja yang mengikat rambut Tuan."Suara Disa menyadarkan Arjuna dan Daisha dari lamunan mereka....Karena dia harus pergi berbelanja, Arjuna memberi Arkana satu hari libur. Dia sendiri yang mengantarkan ikan hari ini.Selain mengantar ikan, ada hal lain yang perlu dia bicarakan dengan Tamael.Jika jalannya tertutup salju tebal, Arjuna mungkin tidak dapat memasok ikan. Jadi, dia meminta Tamael untuk menulis jaminan bahwa setelah jalan dibuka, ikan harus tetap dipasok olehnya.Tamael mengiakan dengan cepat.Dia mengatakan jika salju tebal menghalangi jalan hingga Arjuna tidak dapat memasok ikan, dia akan berhenti jualan ikan untuk sementara. Setelah Arjuna dapat memasok ikan secara normal, dia baru lanjut jualan.Dalam bisnis, Tamael menyetujuinya begitu cepat tidak sepenuhnya karena kesetiaan.Mengenai pabrik ikan, Tahun Baru akan segera tiba, sem
Arjuna benar-benar tidak mempermasalahkan rumor ini yang tidak memiliki bukti sama sekali.Sebaliknya, dia cukup menyukai rumor tersebut.Jika tidak, dia akan dikelilingi sekelompok orang munafik yang ingin menyodorkan anak perempuan kepadanya.Meskipun orang-orang ini kaya dan berkuasa.Mereka sangat plin-plan. Saat kamu kuat, mereka akan menempelimu. Begitu kamu kehilangan kekuatan, mereka akan segera menjatuhkan dan mengkhianatimu."Arjuna, sini!" Eshan mengundang Arjuna ke meja utama.Begitu mereka duduk, Tamael memimpin seluruh keluarga Tamael untuk berlutut di depan Arjuna."Hei, apa yang kalian lakukan?" Arjuna berdiri untuk memapah Tamael berdiri, tetapi Tamael menolak untuk bangun."Arjuna, tanpa kamu, usaha keluarga kami yang telah berdiri selama seabad ini akan hancur. Sekarang, kamu adalah dermawan terbesar kami!"Setelah Tamael berbicara, dia mulai bersujud kepada Arjuna, anggota keluarga lain di belakangnya mengikutinya."Tamael, Arjuna telah melakukan kebaikan yang begit
"Semuanya, kesalahpahaman sudah diluruskan." Eshan maju untuk menengahi. "Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi Kabupaten Damai. Aku memutuskan untuk membagi beras secara gratis. Masing-masing keluarga boleh mendapat setengah kilo.""Bagus sekali! Terima kasih, Yang Mulia!""Terima kasih, Yang Mulia!""Tidak perlu berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Arjuna.""Terima kasih, Arjuna. Terima kasih, Arjuna!"Tempat itu dipenuhi dengan kegembiraan, kontroversi mengenai Arjuna yang tidak bisa memiliki anak pun mereda.Akan tetapi, sebagian orang tidak berpikir demikian.Setelah hampir satu setengah tahun menikah, tidak ada satu pun istrinya yang hamil.Benarkah seperti yang dikatakan Disa?...Begitu Arjuna kembali ke rumah kecil di kota, Eshan membawakannya akta kepemilikan aset keluarga Tamael dan dua toko daging milik Bani.Semua itu dimenangkan oleh Arjuna dan menjadi miliknya sekarang.Aset-aset ini merupakan sumber sebagian besar pendapatan pajak Kabupaten Damai. Esh
"Puih, puih, puih, apa yang kamu bicarakan? Kamu tidak boleh menikahinya!"Ibu gadis itu tiba-tiba menarik dan memarahinya dengan kasar."Ibu." Gadis itu menatap ibunya sambil bertanya dengan bingung. "Bukankah Ibu ingin aku menikah dengan pria yang hebat? Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian pemerintah Kabupaten Damai beberapa waktu lalu, sekarang dia mengalahkan orang-orang Kabupaten Sentosa dan mengambil kembali harta keluarga Tamael. Kenapa Ibu melarang aku menikahi pria sehebat itu? Seolah-olah dia adalah pecundang saja.""Kamu benar." Ibu gadis itu menarik gadis itu mendekat, lalu merendahkan suaranya. "Dia memang pecundang!""Ibu, apa yang kamu bicarakan? Arjuna sangat hebat, bagaimana mungkin dia pecundang?" Gadis itu memelotot marah pada ibunya.Ibu gadis itu cemberut, kemudian berkata dengan nada tidak setuju. "Memangnya kenapa kalau dia hebat? Kalau dia tidak bisa memiliki anak, dia hanya pecundang!""Apa hubungannya Arjuna dengan ketidakmampuannya untuk memiliki an
"Kalian berdua punya pembelaan masing-masing, sulit untuk membedakannya saat ini. Saya sarankan Yang Mulia Sugi dan Yang Mulia Eshan mengutus lebih banyak orang untuk menyelidiki dan mencari tahu dari mana pembunuh itu berasal.""T ...."Sugi ingin berbicara, tetapi begitu dia membuka mulut, Tomo juga berbicara."Yang Mulia Sugi, Yang Mulia Gubernur mengutusku ke sini untuk memimpin pertandingan antara Kabupaten Sentosa dan Kabupaten Damai. Sekarang hasilnya sudah keluar. Kabupaten Damai memenangkan dua dari tiga pertandingan, Kabupaten Sentosa kalah. Kalian harus menepati janji kalian sebelumnya."Sugi masih ingin berbicara, tetapi Tomo tidak memberinya kesempatan. Dia mengeluarkan lencana gubernur. "Yang Mulia Gubernur memerintahku untuk kembali ke Kota Perai hari ini. Sekarang sudah larut. Yang Mulia Sugi, mohon penuhi janjimu segera!"Tomo sudah mengeluarkan lencana gubernur, jadi Sugi tidak berani menentang.Semua harta keluarga Tamael dikembalikan, dua toko daging milik keluarga
"Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m
"Sugi!" Eshan sangat marah hingga dia memanggil nama Sugi secara langsung. "Kamu memutarbalikkan fakta! Pembunuh bayaran itu ingin menembak dan membunuh Arjuna. Jelas-jelas kalian yang mengatur pembunuh bayaran itu!""Haha!" Sugi tertawa. "Aku mengatur pembunuh bayaran di Kabupaten Damai? Apakah kamu sedang mengatakan bahwa aku hebat atau sedang mengatakan bahwa pengawasan Kabupaten Damai terlalu buruk sehingga begitu mudah bagiku untuk mengatur para pembunuh?""Hanya karena kamu bilang kamu tidak melakukannya, bukan berarti Hendra tidak melakukannya. Kamu dan aku sama-sama tahu bahwa Hendra sangat kaya. Jangankan ahli bela diri, bahkan bandit pun dia bisa ...."Begitu Eshan menyebut-nyebut tentang bandit, Sugi menyela, "Ha, Yang Mulia Eshan, omonganmu menarik. Kalau pembunuh bayaran benar-benar diatur oleh Hendra, bukankah itu berarti semua polisi dan petugas di Kabupaten Damai kalah dengan seorang pengusaha sehingga membiarkan seorang pengusaha dengan mudah membawa pembunuh ke tempat
Seseorang dari Kabupaten Sentosa membantah, orang dari Kabupaten Damai langsung melawan."Intinya, kepala daerah Kabupaten Sentosa yang penakut.""Selain bau kencing, aku juga mencium bau tinja.""Maksudmu ... kepala daerah Kabupaten Sentosa bukan hanya mengompol, tapi juga buang air besar di celana?""Sebenarnya aku juga menciumnya!""Ketakutan sampai kencing dan berak? Mulai sekarang, panggil saja dia Kepala Daerah Kotoran dan Kencing." Seorang warga pemberani berkata demikian, kata-katanya menimbulkan tawa."Kepala Daerah Kotoran dan Kencing, nama yang bagus! Haha!""Haha!"Menghadapi ejekan-ejekan ini, tidak ada seorang pun dari Kabupaten Sentosa yang berani membantah.Karena Sugi memang ketakutan sampai kencing dan buang air besar."Aish ... kalau dibandingkan, Arjuna dari Kabupaten Damai jauh lebih hebat. Mengingat berapa banyak anak panah yang ditembakkan kepadanya tadi, dia tetap tenang. Kalau itu aku, aku pasti sudah tertembak hingga menjadi landak.""Lupakan soal anak panah.
"Lindungi Yang Mulia, lindungi Yang Mulia!" teriak penasihat hukum Sugi yang telah berbalik.Banyak penjaga dan petugas pemerintah yang dibawa Sugi ikut dalam tim yang bergegas menuju Arjuna.Mereka mundur dengan tergesa-gesa, menjatuhkan orang di sekitar mereka dalam kepanikan. Sedangkan orang yang jatuh menjatuhkan yang lain.Peristiwa itu seperti jatuhnya kartu domino, sebagian besar wilayah runtuh.Anak panah yang ditembakkan Arjuna masih melesat maju dengan cepat.Ketika sudah mau mengenai Sugi."Yang Mulia!"Bawahan Sugi berteriak putus asa.Gawat.Eshan terus menggelengkan kepalanya. Jika Arjuna menembak mati Sugi, itu sama saja seperti membunuh pejabat kekaisaran. Riwayat Arjuna akan tamat.Nyawa harus diganti nyawa.Hal itu tidak setimpal.Arjuna, apakah kamu tidak tahu bakatmu sendiri?'Nyawamu jauh lebih penting dari nyawa Sugi,' batin Eshan."Ah!"Teriakan keras terdengar dari samping Eshan.Setelah bertarung dengan Sugi selama hampir dua puluh tahun, Eshan tahu itu suara S
"Arjuna tidak bisa memenangkan kompetisi, jadi dia mengatur pembunuh untuk menembak Hendra dari Kabupaten Sentosa.""Arjuna harus membayar dengan nyawanya. Sebagai orang tua negara, Kepala Daerah Kabupaten Damai, Eshan, harus mengundurkan diri!"Saat kemarahan publik mencapai puncaknya, Sugi meneriakkan slogan terakhir."Nyawa ganti nyawa.""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya."Penasihat hukum Sugi menimpali, dia mengangkat tangannya sambil berteriak kepada kerumunan yang marah."Nyawa ganti nyawa!""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya!"Warga Kabupaten Sentosa meneriakkan slogan-slogan sembari mendesak maju ke arah Arjuna dan Eshan."Mereka benar-benar membalikkan hitam menjadi putih. Jelas-jelas mereka yang ingin membunuh Arjuna, tapi malah bilang kita yang mengatur orang-orang itu!""Kalau kalian ingin membunuh Arjuna, langkahi dulu mayatku!"Magano berteriak, kemudian bergegas keluar untuk menghalangi Arjuna."Langkahi juga mayatku!" timpal Ravin."Aku juga!""