Meskipun kedua kakaknya tidak mengatakan apa-apa. Dari Naya, Dinda tahu bahwa kedua kakaknya yang pernah dia benci karena tidak menyelamatkan dirinya, tidak hidup lebih baik dari dirinya.Dinda dipukuli sampai patah kaki dan hampir dijual ke Rumah Bordil Prianka.Kendati Disa ahli dalam seni bela diri, dia tidak berani melawan. Dia hanya bisa dipukul bersama dengan Daisha. Dia sering memasang tubuh untuk Daisha sehingga luka di tubuhnya lebih banyak daripada Daisha.Hanya saja dia memiliki fondasi fisik yang baik sehingga tidak menjadi cacat."Kak Disa, Kak Daisha, aku seharusnya tidak menyalahkan kalian sebelumnya. Kalian juga hidup susah sebelumnya."Setelah Dinda mengatakan hal ini, Daisha tidak dapat menahannya lagi. Air matanya mulai mengalir, dia terisak-isak.Begitu dia menangis, Dinda pun ikut menangis.Mata Disa juga memerah, tetapi dia segera sadar."Oh, kalian benar-benar menyebalkan." Disa menepuk kedua saudara perempuannya."Hari ini kita pindah ke rumah baru. Pada hari ya
"Peralatan makan di rumah tidak banyak dan sudah lama dipakai, harus beli satu set yang baru.""Boleh.""Tong beras juga harus ....""Kak Daisha, kenapa kamu terus yang bicara? Aku juga punya barang yang ingin dibeli," protes Dinda dengan bibir cemberut."Oke, oke. Daisha, kamu berhenti dulu, giliran Dinda yang bicara."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dasar bocah."Tuan, aku ingin membeli lemari. Hanya ada satu lemari di rumah sekarang. Selain itu, lemarinya juga sudah lama dan kecil, tidak muat untuk menyimpan pakaian."Daisha dan Dinda mencuci pakaian di rumah bersama. Namun, Dinda melakukan pekerjaan yang lebih ringan seperti menjemur pakaian, mengangkat jemuran, serta melipat pakaian."Hm, Dinda benar. Kita memang perlu membeli lemari, tapi ...." Arjuna menatap ketiga saudari itu. "Satu saja tidak cukup. Kita perlu membeli setidaknya lima lemari.""Lima?" Ketiga saudari itu terkejut. "Apakah tidak terlali banyak?""Tuan, meskipun kehidupan kita sekarang lebih bai
"Apakah kamu ingin membeli busur dan anak panah baru?"Disa tiba-tiba berbalik, dia menatap Arjuna sekian lama sebelum dia menjawab, "Aku ... tidak mau."Dulu, Arjuna sering berkata untuk apa dia seorang gadis menggunakan busur dan anak panah.Dia tidak mengizinkan Disa menyentuh anak panahnya selama beberapa waktu. Disa khawatir kalau-kalau Arjuna hanya mengujinya."Benaran tidak mau? Kalau begitu lupakan sa ....""Benarkah?" Disa hampir menerkam Arjuna.Arjuna menundukkan kepalanya sedikit, melihat wajah cantik Disa. Matanya penuh dengan harapan, pipinya memerah. Dia memancarkan aura muda dan bersemangat.Arjuna tidak dapat menahan diri untuk tidak mencolek ujung hidung Disa. "Benar."Dia bukan orang kuno, pemikirannya tidak begitu dangkal. Gagasan bahwa wanita tidak boleh menjadi sastrawan atau ahli bela diri hanyalah omong kosong.Sebelumnya Arjuna tidak mengizinkan Disa menggunakannya karena dia takut Disa yang memiliki kepribadian impulsif akan menimbulkan masalah.Sekarang, Arju
"Kalau begitu, aku mau satu jepitan bunga mutiara saja."Senyum manis muncul di wajah Daisha yang lembut dan tenang.Kata "bunga mutiara" mengungkapkan kecintaannya terhadap kecantikan."Bagaimana boleh hanya satu jepitan bunga mutiara? Aku bilang lima macam, maka harus lima macam.""Tuan benar." Dinda memiringkan wajahnya, dia menatap Daisha dengan matanya yang seperti mutiara hitam. "Kak Daisha, kamu begitu cantik, sekadar jepitan saja tidak cukup. Harus ditambah sanggul, gelang tangan dan gantungan di pinggang.""Tidak, tidak. Benda-benda itu hanya dikenakan oleh wanita dari keluarga kaya, terlalu mencolok kalau aku memakainya.""Kalau tidak cocok, kita jangan beli dulu. Besok kalian bisa membeli yang cocok. Setelah kita menjadi orang kaya, kalian baru membeli barang-barang yang disebut Dinda tadi."Kalimat terakhir Arjuna ditujukan kepada para istrinya dan diri sendiri."Kita belikan kalung dengan pola sederhana untuk Dinda," kata Daisha.Kalung yang Daisha maksud seperti kalung pe
"Ugh ...."Rengekan malas nan lembut terdengar dari dalam pelukan Arjuna. Sesuatu yang lembut dan hangat bergerak dalam pelukannya.Arjuna bergerak, lalu suara tersebut kembali terdengar. Sesuatu itu juga meringkuk di dalam pelukannya, menjadikan lengannya sebagai bantal.Setelah itu, tercium wangi yang menyegarkan dan manis.Ini ...."Dingin," gumam suara lembut tersebut.Suara Daisha.Hm?Kenapa Daisha tidur di dalam pelukannya?Arjuna secara naluriah bergeser mundur, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.Alhasil, begitu dia bergeser ....Sebuah kaki kecil menimpa perutnya dari sisi lain.Arjuna menoleh, kemudian sebuah kepala muncul di depan pandangannya.Bagaimana mungkin seorang anak berusia sepuluh tahun tidur dengan diam? Setelah satu kakinya menimpa perut Arjuna, kaki Dinda yang lain pun menyusul.Posisi tidur Dinda berputar sembilan puluh derajat, menguasai setengah tempat tidur."Dinda, jangan bergerak sembarangan!"Disa yang berada di paling tepi menepuk Dinda, kemudian dia
Bila menyangkut urusan pria dan wanita, Alsava bersaudari sangatlah penakut dan pemalu.Lupakan, Arjuna tidak akan menggoda mereka lagi.Arjuna turun dari tungku terlebih dahulu, lalu berbalik dan mendapati beberapa perempuan itu masih mempertahankan posisi yang sama."Langit sudah terang. Apakah kalian tidak mau pergi ke kota kabupaten untuk membeli perabotan dan perhiasan baru? Kenapa kalian masih duduk? Cepat bantu aku mengikat rambut."Pada zaman dahulu, semua pria berambut panjang. Setelah sekian lama menjadi manusia zaman kuno pun, Arjuna masih tidak mengerti mengapa.Sebenarnya, bukan hanya Arjuna yang tidak bisa mengikat rambutnya. Mayoritas pria di Kerajaan Bratajaya tidak bisa mengikat rambutnya.Sebelum menikah, pria-pria di Kerajaan Bratajaya diikat rambut oleh ibu mereka. Sebelum menikah, istri merekalah yang melakukannya.Jika Arjuna bangun pagi, dia mengikat asal rambutnya dengan tali. Setelah Alsava bersaudari bangun, dia baru meminta mereka mengikat rambutnya dengan ra
Dik Daisha, kenapa hari ini kamu lebih lambat dari kemarin? Apakah kamu makin lancang karena Tuan tidak marah? Kalau begini terus, biar Dinda saja yang mengikat rambut Tuan."Suara Disa menyadarkan Arjuna dan Daisha dari lamunan mereka....Karena dia harus pergi berbelanja, Arjuna memberi Arkana satu hari libur. Dia sendiri yang mengantarkan ikan hari ini.Selain mengantar ikan, ada hal lain yang perlu dia bicarakan dengan Tamael.Jika jalannya tertutup salju tebal, Arjuna mungkin tidak dapat memasok ikan. Jadi, dia meminta Tamael untuk menulis jaminan bahwa setelah jalan dibuka, ikan harus tetap dipasok olehnya.Tamael mengiakan dengan cepat.Dia mengatakan jika salju tebal menghalangi jalan hingga Arjuna tidak dapat memasok ikan, dia akan berhenti jualan ikan untuk sementara. Setelah Arjuna dapat memasok ikan secara normal, dia baru lanjut jualan.Dalam bisnis, Tamael menyetujuinya begitu cepat tidak sepenuhnya karena kesetiaan.Mengenai pabrik ikan, Tahun Baru akan segera tiba, sem
Salju tebal telah menutup jalan, jadi mustahil untuk membeli bahan makanan yang segar.Ikan dan daging bakar juga merupakan hidangan."Arjuna.""Kak Arjuna."Dalam perjalanan ke rumah Arkana, orang-orang terus menyapa Arjuna.Dulu Arjuna hanya butuh waktu lima atau enam menit untuk sampai di rumah Arkana. Akan tetapi, sekarang dia butuh waktu setidaknya sepuluh menit karena dia harus menanggapi orang yang menyapanya.Selain orang yang tidak menyukai Arjuna, mayoritas penduduk desa sekarang sangat sopan terhadap Arjuna.Orang yang tidak menyukai Arjuna disebabkan oleh rasa iri.Orang yang dulu mereka tertawakan kini lebih baik dari mereka, bukan hanya sedikit lebih baik. Sekalipun mereka "berjinjit", mereka tidak dapat mencapai level Arjuna.Sekarang, Arjuna telah jauh melampaui orang kaya seperti Shaka, dia hampir setara dengan kepala desa.Ketika Arjuna tiba, Arkana baru saja kembali dari desa tetangga. Dia pergi ke peramal untuk mencari hari yang bagus."Arjuna."Ketika Arjuna menguc
"Pengusaha memang licik. Dia yang mengusulkan, sekarang dia ingin kabur!""Jangan biarkan dia lari!"Ketika Bani ditangkap oleh Magano dan rakyat dari Kabupaten Damai, rakyat Kabupaten Damai berteriak marah.Sugi membawa para pedagang dari Kabupaten Sentosa ke Kabupaten Damai untuk menindas dan mempermalukan Eshan. Orang-orang dari Kabupaten Damai telah lama menahan amarah.Sekarang mereka menemukan kesempatan untuk melampiaskan kemarahan mereka, orang-orang tidak akan membiarkan Bani pergi."Yang Mulia!"Panik, Bani pun meminta bantuan Sugi.Sugi menutup matanya, berpura-pura tidak mendengar.Masalah sudah terjadi, dia tidak mungkin membangkitkan kemarahan publik demi seorang Bani.Hanya bisa menyalahkan Bani sendiri memulai masalah."Cepat jilat!"Magano menarik Bani ke samping kaki Arjuna."Jilat! Kamu harus menjilat lumpur yang ada di sol sepatu Arjuna sampai bersih!""Jilat!""Cepat jilat!"Tak hanya warga Kabupaten Damai saja, warga dari kabupaten lain pun turut bersorak.Arjuna
"Pak Karyo, jangan banyak bicara lagi. Kita sudah terlambat. Menepilah, masukkan kereta ke dalamnya.""Baik, Tuan."Di tengah suara tawa dan beberapa tatapan bingung, Karyo menarik mobil uap ke depan Disa."Pak Karyo, akhirnya kamu datang."Melihat Karyo, wajah Disa pun penuh kegembiraan. Dia menarik kereta ke trailer di belakang mobil uap.Arjuna baru meminta Karyo untuk menambahkan benda ini.Aksi Disa dan Karyo kembali mengundang perbincangan banyak orang."Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka mengendarai kereta ke sana?""Tadi aku mendengar si pandai besi mengatakan bahwa Arjuna yang memintanya untuk membuat benda besi itu. Dia juga mengatakan bahwa itu adalah mobil dan bisa bergerak kalau dibakar. Jangan-jangan dia ingin bertanding seperti itu?""Kesampingkan soal bertanding, tapi bisa menyala setelah dibakar?""Hahaha!" Tawa Hendra yang arogan dan keras terdengar."Kurasa mereka bukan ingin berkompetisi. Mereka membuat benda besi itu untuk membuat Tuan Hendra mati tertawa, kemu
Pada saat ini, Disa telah tiba di depan tribun penonton dengan kereta yang ditarik oleh kuda rumah.Orang-orang sekitar pun turut bersorak kencang menertawakan Kabupaten Damai.Rombongan pejabat dan pedagang dari Kabupaten Sentosa di belakang Sugi sama sekali tidak menghargai Eshan. Mereka tertawa dengan lancang.Mois berlari menuruni panggung penonton untuk mendatangi Arjuna. Dia bertanya dengan cemas. "Arjuna, kenapa kamu datang seperti ini? Mana solusimu?""Tenang saja, Yang Mulia, akan segera sampai." Arjuna menenangkan Mois.Tidak lama setelah Arjuna selesai berbicara, asap tebal dan debu mengepul dari jalan di belakangnya.Setelah debu mereda, sebuah kereta besar yang ditarik empat kuda muncul di depan orang-orang.Semua orang di tempat tampak terkejut dan bingung. Hal yang mengejutkan mereka bukanlah kemunculan tiba-tiba kereta besar itu, melainkan benda aneh pada kereta itu.Kereta berhenti di depan Arjuna.Sang pengemudi melompat turun dari kereta.Pria itu berkulit gelap dan
Sebelum Eshan dan yang lainnya tiba, Hendra mengatakan bahwa dia akan tampil setelah kompetisi.Kebanyakan yang berteriak paling keras berasal dari Kabupaten Sentosa.Mereka dengan tidak sabar mengajak orang-orang dari kabupaten lain menonton pertunjukan Hendra, melihat betapa hebatnya Kabupaten Sentosa."Hei, bagaimana boleh kalian berbicara seperti itu kepada Yang Mulia Eshan?" Hendra dengan munafik membela Eshan."Tuan Hendra, bukannya kami tidak menghormati Yang Mulia Eshan, tapi orang mereka tidak kunjung datang.""Benar sekali. Kalau tidak mau datang, cepat akui saja kekalahan.""Semuanya, harap tenang, tenang!" teriak Hendra untuk menenangkan mereka.Tempat itu jelas-jelas Kabupaten Damai dan masih ada kepala daerahnya. Namun, orang yang maju untuk menenangkan rakyat adalah seorang pengusaha. Sungguh memalukan.Sugi hanya duduk, menyaksikan semuanya sambil tersenyum.Dia sengaja membiarkan Hendra mempermalukan Eshan.Seperti yang dia katakan, seorang pengusaha dari Kabupaten Sen
"Yang Mulia Mois, jangan bicarakan ini dulu." Arjuna menghentikan Mois yang sedang mengumpat sambil menggertakkan giginya. Dia berkata, "Cepat suruh orang meminjam kuda dari orang-orang kaya di kota."Ada peraturan yang jelas bahwa kuda resmi dan kuda militer tidak boleh digunakan dalam pacuan kuda."Aku sudah menyuruh seseorang pergi, Arjuna." Eshan pun mendekat."Yang Mulia."Di pintu masuk tempat pelatihan, Irwan bergegas datang bersama sekelompok pedagang.Mereka membawa berita yang sangat buruk, semua kuda balap mereka sakit.Orang-orang yang dikirim Eshan juga segera kembali, beritanya sama persis dengan yang disampaikan Irwan.Semua kuda balap di kota itu jatuh sakit dalam semalam."Pasti Sugi dan komplotannya yang melakukan ini. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka." Daud, kepala penangkap, yang marah ingin membawa orang untuk mencari Sugi."Kembali!" teriak Eshan, memanggil Daud.Seandainya memang Sugi dan anak buahnya yang melakukannya, mereka tidak punya bukti sekarang
Pada hari ini, Disa bangun sebelum fajar.Meskipun dia biasanya terlihat ceroboh, dia sebenarnya mengkhawatirkan Arjuna seperti kedua adik perempuannya.Dia bangun begitu pagi karena dia ingin pergi ke tempat pelatihan untuk memeriksa kuda terlebih dahulu."Kamu sudah bangun? Kenapa kamu tidak tidur lebih lama?"Begitu Disa menurunkan kakinya dari kasur, suara bariton yang penuh perhatian pun terdengar.Disa mendongak, kemudian melihat Arjuna.Lampu minyak di luar rumah masih menyala, Arjuna berdiri melawan cahaya. Suaranya terdengar dalam dan enak didengar.Di mata Disa, penampilan Arjuna saat ini bak dewa."Tuan, kenapa kamu juga sudah bangun?""Oh, aku bangun untuk membuat sarapan. Kalian tidur sangat larut kemarin, pasti sangat mengantuk sekarang. Jadi aku berpikir untuk membuatkan kalian sarapan sebelum pertandingan."Arjuna berjalan keluar dari lingkaran cahaya.Tampan, gagah dan berkarisma.Tiga kata itu langsung terlintas di pikiran Disa.Entah sejak kapan tuannya menjadi begit
Yang Mulia, apakah Anda merasa tuanku akan kalah? Tuanku itu memiliki bakat menunggang kuda." Disa tampak sedikit tidak senang.Dia tidak tahan mendengar orang lain mengatakan bahwa Arjuna tidak bisa.Terlebih lagi, Disa tidak mengatakan hal itu hanya karena marah. Arjuna benar-benar memiliki bakat menunggang kuda."Benar sekali!" Arjuna tersenyum sambil berkata dengan santai. "Serahkan saja kepadaku, Yang Mulia.""Arjuna, kamu begitu percaya diri, maka aku akan tenang."Meskipun Eshan mengatakan bahwa dia merasa lega, sebenarnya dia tidak memiliki harapan sama sekali. Arjuna bisa mendengarnya dengan jelas.Arjuna tidak memberi tahu Eshan tentang para bandit.Salah satu alasannya adalah pikiran Eshan sekarang penuh dengan pertandingan. Sekalipun Anda memberitahunya, Eshan mungkin tidak akan memikirkannya.Kedua, jika Eshan benar-benar mempermasalahkannya, dia pasti akan mencarinya dan hal itu akan membuat musuh waspada.Demi keselamatan, juga untuk menghindari tragedi yang menimpa Tama
Jadi mereka adalah bandit dari Gunung Magmora yang Tamael bilang berkolusi dengan Hendra, menculik istri dan putri Tamael untuk memaksa Tamael memfitnah Arjuna, bahkan gubernur pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka?Kenapa mereka bisa muncul di tempat ini?Arjuna segera menemukan bahwa ketiga bandit Gunung Magmora mengambil jalan yang sama dengannya. Tujuan mereka juga Restoran Kebon Sirih.Mereka masuk ke Restoran Kebon Sirih sebelum Arjuna."Tuan, apakah kalian ingin mampir sebentar atau menginap?"Arjuna mendengar penjaga restoran bertanya kepada mereka."Menginap."Pemimpin bandit itu anggun dalam tutur kata dan perilaku, berpakaian rapi, memakai brokat terbaik.Jika Dinda tidak mengenali mereka sebagai bandit, Arjuna akan mengira dia adalah seorang pemuda kaya. Sedangkan orang-orang bertampang garang di belakangnya adalah pengawalnya.Arjuna baru masuk setelah para bandit mengikuti pelayan ke kamar di lantai dua."Tuan!" Begitu melihat Arjuna, penjaga restoran itu mengham
"Jangan pikir aku tidak akan memukulmu hanya karena kamu kakakku!" Dinda menyerbu sambil mengangkat tangan kecilnya."Kalau begitu sini, bocah kecil."Disa dan Dinda bertarung di depan, sementara Daisha yang ada di belakang mereka menegur mereka. "Kak Disa, Dinda, kalian sudah menikah sekarang. Kenapa kalian masih bertingkah seperti anak kecil? Hentikan sekarang juga!""Daisha." Arjuna menggandeng tangan Daisha. "Jarang-jarang mereka sesenang ini. Biarkan saja mereka.""Tuan, kamu terlalu memanjakan mereka.""Hm?" Arjuna melingkarkan tangannya ke pinggang Daisha. "Apakah kamu menyalahkanku hanya memanjakan Disa dan Dinda, tidak memanjakanmu?"Sambil berbicara, Arjuna memiringkan kepalanya, kemudian berbisik di telinga Daisha. "Oke, kalau begitu aku akan lebih memanjakanmu malam ini."Ketika Arjuna menyebut kata "malam", dia sengaja menekankan nadanya."Tidak, bukan seperti yang Tuan bayangkan."Daisha, yang paling tidak tahan digoda, langsung tersipu."Seperti apa?"Arjuna paling menyu