Share

Bab 168

Author: Abimana
Semua ubin dan balok yang dipesan beberapa hari lalu telah dikirim ke desa. Setelah menyerahkan tugas pengiriman ikan harian kepada Arkana dan Magano, Arjuna menyibukkan diri dengan memperbaiki rumah.

Selain rumahnya sendiri, ada juga rumah Yusuf. Yusuf masih tinggal di rumah yang dulu dia tinggali.

Untungnya, mereka hanya berdua, jadi dua rumah kecil sudah cukup untuk mereka tinggali. Kalau tidak, waktu maupun uang tidak akan cukup.

Arjuna melakukan perjalanan bolak-balik antara Desa Embun dan Desa Sava selama belasan hari. Akhirnya dia selesai memperbaiki kedua rumah sebelum salju tebal menghalangi jalan.

Selama renovasi rumah, Arjuna dan keluarganya tinggal di rumah Arkana. Hari ini, mereka akhirnya dapat pindah kembali.

Setelah mandi.

Dinda adalah orang pertama yang naik ke atas tungku, dia berguling-guling di atas tungku baru dengan gembira.

Selama beberapa hari ini, di bawah perawatan Arjuna, Disa dan Daisha, serta ditemani Naya, Dinda pun menjadi ceria layaknya gadis berusia sep
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 169

    Meskipun kedua kakaknya tidak mengatakan apa-apa. Dari Naya, Dinda tahu bahwa kedua kakaknya yang pernah dia benci karena tidak menyelamatkan dirinya, tidak hidup lebih baik dari dirinya.Dinda dipukuli sampai patah kaki dan hampir dijual ke Rumah Bordil Prianka.Kendati Disa ahli dalam seni bela diri, dia tidak berani melawan. Dia hanya bisa dipukul bersama dengan Daisha. Dia sering memasang tubuh untuk Daisha sehingga luka di tubuhnya lebih banyak daripada Daisha.Hanya saja dia memiliki fondasi fisik yang baik sehingga tidak menjadi cacat."Kak Disa, Kak Daisha, aku seharusnya tidak menyalahkan kalian sebelumnya. Kalian juga hidup susah sebelumnya."Setelah Dinda mengatakan hal ini, Daisha tidak dapat menahannya lagi. Air matanya mulai mengalir, dia terisak-isak.Begitu dia menangis, Dinda pun ikut menangis.Mata Disa juga memerah, tetapi dia segera sadar."Oh, kalian benar-benar menyebalkan." Disa menepuk kedua saudara perempuannya."Hari ini kita pindah ke rumah baru. Pada hari ya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 170

    "Peralatan makan di rumah tidak banyak dan sudah lama dipakai, harus beli satu set yang baru.""Boleh.""Tong beras juga harus ....""Kak Daisha, kenapa kamu terus yang bicara? Aku juga punya barang yang ingin dibeli," protes Dinda dengan bibir cemberut."Oke, oke. Daisha, kamu berhenti dulu, giliran Dinda yang bicara."Arjuna menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. Dasar bocah."Tuan, aku ingin membeli lemari. Hanya ada satu lemari di rumah sekarang. Selain itu, lemarinya juga sudah lama dan kecil, tidak muat untuk menyimpan pakaian."Daisha dan Dinda mencuci pakaian di rumah bersama. Namun, Dinda melakukan pekerjaan yang lebih ringan seperti menjemur pakaian, mengangkat jemuran, serta melipat pakaian."Hm, Dinda benar. Kita memang perlu membeli lemari, tapi ...." Arjuna menatap ketiga saudari itu. "Satu saja tidak cukup. Kita perlu membeli setidaknya lima lemari.""Lima?" Ketiga saudari itu terkejut. "Apakah tidak terlali banyak?""Tuan, meskipun kehidupan kita sekarang lebih bai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 171

    "Apakah kamu ingin membeli busur dan anak panah baru?"Disa tiba-tiba berbalik, dia menatap Arjuna sekian lama sebelum dia menjawab, "Aku ... tidak mau."Dulu, Arjuna sering berkata untuk apa dia seorang gadis menggunakan busur dan anak panah.Dia tidak mengizinkan Disa menyentuh anak panahnya selama beberapa waktu. Disa khawatir kalau-kalau Arjuna hanya mengujinya."Benaran tidak mau? Kalau begitu lupakan sa ....""Benarkah?" Disa hampir menerkam Arjuna.Arjuna menundukkan kepalanya sedikit, melihat wajah cantik Disa. Matanya penuh dengan harapan, pipinya memerah. Dia memancarkan aura muda dan bersemangat.Arjuna tidak dapat menahan diri untuk tidak mencolek ujung hidung Disa. "Benar."Dia bukan orang kuno, pemikirannya tidak begitu dangkal. Gagasan bahwa wanita tidak boleh menjadi sastrawan atau ahli bela diri hanyalah omong kosong.Sebelumnya Arjuna tidak mengizinkan Disa menggunakannya karena dia takut Disa yang memiliki kepribadian impulsif akan menimbulkan masalah.Sekarang, Arju

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 172

    "Kalau begitu, aku mau satu jepitan bunga mutiara saja."Senyum manis muncul di wajah Daisha yang lembut dan tenang.Kata "bunga mutiara" mengungkapkan kecintaannya terhadap kecantikan."Bagaimana boleh hanya satu jepitan bunga mutiara? Aku bilang lima macam, maka harus lima macam.""Tuan benar." Dinda memiringkan wajahnya, dia menatap Daisha dengan matanya yang seperti mutiara hitam. "Kak Daisha, kamu begitu cantik, sekadar jepitan saja tidak cukup. Harus ditambah sanggul, gelang tangan dan gantungan di pinggang.""Tidak, tidak. Benda-benda itu hanya dikenakan oleh wanita dari keluarga kaya, terlalu mencolok kalau aku memakainya.""Kalau tidak cocok, kita jangan beli dulu. Besok kalian bisa membeli yang cocok. Setelah kita menjadi orang kaya, kalian baru membeli barang-barang yang disebut Dinda tadi."Kalimat terakhir Arjuna ditujukan kepada para istrinya dan diri sendiri."Kita belikan kalung dengan pola sederhana untuk Dinda," kata Daisha.Kalung yang Daisha maksud seperti kalung pe

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 173

    "Ugh ...."Rengekan malas nan lembut terdengar dari dalam pelukan Arjuna. Sesuatu yang lembut dan hangat bergerak dalam pelukannya.Arjuna bergerak, lalu suara tersebut kembali terdengar. Sesuatu itu juga meringkuk di dalam pelukannya, menjadikan lengannya sebagai bantal.Setelah itu, tercium wangi yang menyegarkan dan manis.Ini ...."Dingin," gumam suara lembut tersebut.Suara Daisha.Hm?Kenapa Daisha tidur di dalam pelukannya?Arjuna secara naluriah bergeser mundur, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.Alhasil, begitu dia bergeser ....Sebuah kaki kecil menimpa perutnya dari sisi lain.Arjuna menoleh, kemudian sebuah kepala muncul di depan pandangannya.Bagaimana mungkin seorang anak berusia sepuluh tahun tidur dengan diam? Setelah satu kakinya menimpa perut Arjuna, kaki Dinda yang lain pun menyusul.Posisi tidur Dinda berputar sembilan puluh derajat, menguasai setengah tempat tidur."Dinda, jangan bergerak sembarangan!"Disa yang berada di paling tepi menepuk Dinda, kemudian dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 174

    Bila menyangkut urusan pria dan wanita, Alsava bersaudari sangatlah penakut dan pemalu.Lupakan, Arjuna tidak akan menggoda mereka lagi.Arjuna turun dari tungku terlebih dahulu, lalu berbalik dan mendapati beberapa perempuan itu masih mempertahankan posisi yang sama."Langit sudah terang. Apakah kalian tidak mau pergi ke kota kabupaten untuk membeli perabotan dan perhiasan baru? Kenapa kalian masih duduk? Cepat bantu aku mengikat rambut."Pada zaman dahulu, semua pria berambut panjang. Setelah sekian lama menjadi manusia zaman kuno pun, Arjuna masih tidak mengerti mengapa.Sebenarnya, bukan hanya Arjuna yang tidak bisa mengikat rambutnya. Mayoritas pria di Kerajaan Bratajaya tidak bisa mengikat rambutnya.Sebelum menikah, pria-pria di Kerajaan Bratajaya diikat rambut oleh ibu mereka. Sebelum menikah, istri merekalah yang melakukannya.Jika Arjuna bangun pagi, dia mengikat asal rambutnya dengan tali. Setelah Alsava bersaudari bangun, dia baru meminta mereka mengikat rambutnya dengan ra

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 175

    Dik Daisha, kenapa hari ini kamu lebih lambat dari kemarin? Apakah kamu makin lancang karena Tuan tidak marah? Kalau begini terus, biar Dinda saja yang mengikat rambut Tuan."Suara Disa menyadarkan Arjuna dan Daisha dari lamunan mereka....Karena dia harus pergi berbelanja, Arjuna memberi Arkana satu hari libur. Dia sendiri yang mengantarkan ikan hari ini.Selain mengantar ikan, ada hal lain yang perlu dia bicarakan dengan Tamael.Jika jalannya tertutup salju tebal, Arjuna mungkin tidak dapat memasok ikan. Jadi, dia meminta Tamael untuk menulis jaminan bahwa setelah jalan dibuka, ikan harus tetap dipasok olehnya.Tamael mengiakan dengan cepat.Dia mengatakan jika salju tebal menghalangi jalan hingga Arjuna tidak dapat memasok ikan, dia akan berhenti jualan ikan untuk sementara. Setelah Arjuna dapat memasok ikan secara normal, dia baru lanjut jualan.Dalam bisnis, Tamael menyetujuinya begitu cepat tidak sepenuhnya karena kesetiaan.Mengenai pabrik ikan, Tahun Baru akan segera tiba, sem

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 176

    Salju tebal telah menutup jalan, jadi mustahil untuk membeli bahan makanan yang segar.Ikan dan daging bakar juga merupakan hidangan."Arjuna.""Kak Arjuna."Dalam perjalanan ke rumah Arkana, orang-orang terus menyapa Arjuna.Dulu Arjuna hanya butuh waktu lima atau enam menit untuk sampai di rumah Arkana. Akan tetapi, sekarang dia butuh waktu setidaknya sepuluh menit karena dia harus menanggapi orang yang menyapanya.Selain orang yang tidak menyukai Arjuna, mayoritas penduduk desa sekarang sangat sopan terhadap Arjuna.Orang yang tidak menyukai Arjuna disebabkan oleh rasa iri.Orang yang dulu mereka tertawakan kini lebih baik dari mereka, bukan hanya sedikit lebih baik. Sekalipun mereka "berjinjit", mereka tidak dapat mencapai level Arjuna.Sekarang, Arjuna telah jauh melampaui orang kaya seperti Shaka, dia hampir setara dengan kepala desa.Ketika Arjuna tiba, Arkana baru saja kembali dari desa tetangga. Dia pergi ke peramal untuk mencari hari yang bagus."Arjuna."Ketika Arjuna menguc

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 480

    "Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ....""Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?""Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."Danis melempar sebuah batu ke arah Arga."Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah."Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 479

    "Hormat kepada Perdana Menteri Kiri."Melihat lelaki tua itu, Raka segera berlutut.Pria tua itu mengabaikan Raka, berjalan cepat menuju Arjuna. Di tengah jalan, Danis berteriak padanya. "Arga, kenapa kamu ada di sini, tidak berada di pemerintah pengadilan?"Danis begitu marah. Jika pak tua ini tidak muncul, Arjuna pasti sudah menyetujuinya."Kalau aku tidak kemari, orangku sudah mau direbut pergi!"Saat berbicara, Arga sudah datang ke depan Arjuna. Dia menatap Arjuna dengan penuh semangat. "Arjuna, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu."Setelah kembali ke ibu kota dari Kabupaten Damai, Arga merasa bahwa hari berjalan dengan lambat. Dia menghitung hari, menantikan ujian perguruan tinggi.Hanya tersisa sekitar sebulan lebih, atau tiga puluh delapan hari, antara ujian nasional dan ujian perguruan tinggi. Akan tetapi, Arga merasa bahwa tiga puluh delapan hari ini sama panjangnya dengan tiga ratus delapan puluh hari.Karena khawatir terjadi sesuatu pada ujian perguruan tinggi,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 478

    Makin Danis berbicara, makin menyedihkan suaranya, makin keras dia menangis.Arjuna merasa tidak enak ketika mendengarnya. "Jangan menangis, Pak Tua. Bagaimana mungkin kamu punya ahli waris? Ada begitu banyak jenderal berbakat di Pasukan Serigala.""Banyak? Banyak dari mana? Mereka memang jago bertarung dan membunuh musuh. Tapi kalau soal taktik, mereka semua bodoh."Meskipun kata-kata Danis dilebih-lebihkan, para jenderal yang ganas dalam pasukannya memang kalah Arjuna.Saat Arjuna bilang tidak mau ikut dengannya, Danis benar-benar menangis. Namun setelahnya, dia hanya untuk menipu Arjuna.Alasan dia bisa sampai ke posisi sekarang, selain karena dia petarung yang handal, dia juga cukup tidak tahu malu.Dia meminta Pedang Sakti Penstabil Negara dari mendiang kaisar sebelumnya dengan tidak tahu malu."Bagaimana dengan Raka?" Arjuna menunjuk Raka yang berdiri di samping Danis. "Menurutku dia bagus. Dia pintar dan loyal padamu, sangat cocok menjadi penerusmu."Danis menyeka air matanya, k

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 477

    Danis mengayunkan pedang di tangannya kemudian berkata, "Arjuna, apa pendapatmu tentang pedangku ini?"Tatapan Arjuna tertuju pada pedang Danis dengan tenang. "Bentuknya sangat indah, cahaya pedangnya jernih. Pedangnya tajam dan bagus. Kenapa? Marsekal mau membunuhku?""Aish!" Danis tampak tidak senang. "Arjuna, apa yang kamu bicarakan? Aku ingin memberimu pedang ini."Pada titik ini, Raka tidak dapat menahan diri lagi. Dia melangkah ke depan Arjuna kemudian berkata, "Marsekal, ini sama sekali tidak boleh.""Enyahlah!" Danis mendorong Raka menjauh. "Tidak boleh? Sejak kapan kamu yang mengajariku?"Sambil mendorong Raka, Danis memasukkan kembali pedang ke sarungnya, kemudian menyerahkannya kepada Arjuna.Arjuna melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata dengan acuh tak acuh. "Aku tidak layak menerimanya, tidak mau.""Bam!" Raka terjatuh ke lantai."Dasar tak berguna!" Danis menendang Raka. "Keluar dari sini.""Marsekal, Anda benar-benar harus mempertimbangkannya." Raka masih belu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 476

    "Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 475

    "Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 474

    Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 473

    "Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 472

    "Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status