Share

Bab 176

Author: Abimana
Salju tebal telah menutup jalan, jadi mustahil untuk membeli bahan makanan yang segar.

Ikan dan daging bakar juga merupakan hidangan.

"Arjuna."

"Kak Arjuna."

Dalam perjalanan ke rumah Arkana, orang-orang terus menyapa Arjuna.

Dulu Arjuna hanya butuh waktu lima atau enam menit untuk sampai di rumah Arkana. Akan tetapi, sekarang dia butuh waktu setidaknya sepuluh menit karena dia harus menanggapi orang yang menyapanya.

Selain orang yang tidak menyukai Arjuna, mayoritas penduduk desa sekarang sangat sopan terhadap Arjuna.

Orang yang tidak menyukai Arjuna disebabkan oleh rasa iri.

Orang yang dulu mereka tertawakan kini lebih baik dari mereka, bukan hanya sedikit lebih baik. Sekalipun mereka "berjinjit", mereka tidak dapat mencapai level Arjuna.

Sekarang, Arjuna telah jauh melampaui orang kaya seperti Shaka, dia hampir setara dengan kepala desa.

Ketika Arjuna tiba, Arkana baru saja kembali dari desa tetangga. Dia pergi ke peramal untuk mencari hari yang bagus.

"Arjuna."

Ketika Arjuna menguc
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 177

    Antara pukul 5 sampai 7, depan rumah Arjuna sudah mulai ramai.Magano, Ravin dan lainnya membawa seekor sapi yang telah dipotong ke depa rumah Arjuna, menunggu waktunya masuk rumah.Arjuna membeli sapi itu sebelum jalan ditutup.Sapi itu dititipkan di rumah Arkana selama beberapa hari ini."Waktunya sudah tiba!" seru Dipta, paman ketiga Arkana dan Shaka, yang berdiri di dekat pintu.Suara Magano menyusul setelah seruan Dipta. Dia berteriak ke arah pintu yang tertutup di depannya. "Masuk rumah!""Tuan!" Dinda melompat-lompat di samping Arjuna. "Cepat nyalakan petasan, cepat nyalakan petasan!""Oke."Tertular oleh kegembiraan sekitar, Arjuna juga sangat senang. Dia memegang sebatang dupa, lalu mengulurkan tangannya ke deretan panjang petasan yang tergantung di pintu."Sudah menetapi rumah! Sudah menetapi rumah!"Di tengah sorak-sorai dan suara petasan, Magano dan teman-temannya membawa sapi itu ke rumah Arjuna.Perayaan pindah rumah pun dimulai dari momen ini.Sekelompok istri dari Kelua

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 178

    Meskipun Shaka belum menjadi siswa unggul, dia mulai sekolah dasar pada usia enam belas tahun dan sempat berhenti selama satu tahun tahun lalu. Artinya, dia baru berada di sekolah selama dua tahun. Normal jika dia belum lulus ujian.Selain itu, Cakra memberi tahu Oki bahwa puisi dan prosa Shaka telah mengalami kemajuan pesat dalam kurun waktu terakhir. Dengan standar Shaka saat ini, tidak jadi masalah baginya untuk lulus ujian menjadi siswa unggul.Kepala desa adalah orang tua berpengalaman, bagaimana mungkin dia tidak tahu maksud Oki? Namun, kecerdasan emosi kepala desa lebih tinggi dari Oki.Hari ini adalah acara Arjuna, jadi kepala desa akan menghormati Oki."Kak Oki, kamulah orang yang paling beruntung. Untuk bidang sastra ada Shaka, untuk bidang bisnis ada Arjuna.""Aish, itu bukan apa-apa, masih tak bisa dibandingkan dengan Anda."Oki berbicara dengan rendah hati tetapi dalam hati merasa bangga. Pandangannya tertuju pada meja di sebelah kanan.Orang yang duduk di meja itu adalah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 179

    "Kiara, apa yang kamu lakukan?"Marvin bergegas keluar, kemudian dia berteriak pada Kiara. "Apakah kamu tidak melihat sedang ada acara di sini? Kenapa kamu berteriak-teriak?"Arjuna mengadakan pesta perayaan rumah baru, istri Marvin malah tiba-tiba berlari masuk sambil berteriak dan menangis. Sungguh tidak sopan.Sama sekali tidak menjaga citra.Ketika Kiara bergegas masuk, jepit rambutnya sudah terlepas, rambutnya acak-acakan seperti wanita gila."Tuan, Leo ... Leo kita ... dia ...."Wajah Kiara pucat, ekspresinya ketakutan dan panik, ucapannya tidak jelas. Dia tidak dapat melanjutkan kalimatnya."Dia kenapa? Leo kenapa? Katakanlah!" marah Marvin dengan alis bertaut.Ada begitu banyak orang yang menonton. Keluarganya benar-benar tidak sopan hari ini. Bagaimana penduduk desa akan memandangnya kelak?"Marvin, kenapa kamu meneriakinya?"Melihat Kiara dalam kondisi seperti ini, kepala desa pun berdiri untuk memarahi Marvin. Karena sudah berpengalaman, dia merasa bahwa sesuatu pasti telah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 180

    "Tabib, tolong cepat periksa cucuku."Istri kepala desa, Maya, langsung menggendong cucunya ke hadapan tabib.Kiara, yang berada di samping Maya, menangkupkan kedua tangannya sambil terus memohon. "Tabib, tolong selamatkan anakku. Tolong, tolong.""Jangan cemas dulu, biar aku lihat anaknya."Tabib mengambil anak itu dari pelukan Maya seraya berkata pada Marvin. "Cepat ambilkan beberapa tungku."Pada cuaca dingin, manusia rentan mengalami hipotermia setelah jatuh ke air. Jadi, menjaga kehangatan adalah langkah pertama.Tabib menggendong Leo ke kamar tidur. Setelah Marvin membawakan tungku, dokter memintanya untuk menutup pintu.Kepala desa tidak ikut masuk. Dia menunggu di ruang tamu. Meskipun dia duduk dengan sangat tegak, orang-orang dengan penglihatan yang baik dapat melihat butiran keringat halus di dahi kepala desa.Orang-orang yang berkumpul di luar rumah kepala desa berbincang-bincang."Aish!" Herman menggelengkan kepalanya. "Kurasa Leo sulit diselamatkan.""Herman, lebih baik ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 181

    "Menghadap rumah Arjuna, 'kan."Suara Herman terdengar acuh tak acuh dan puas.Herman tidak punya dendam besar terhadap Arjuna. Akan tetapi, setelah Arjuna menjadi kaya, alih-alih membantunya menjadi kaya, Arjuna mengabaikannya.Ketika kepala desa memiliki cucu, mereka bahkan mengundang Herman dan menjamunya dengan makanan dan minuman lezat. Bisa-bisanya Arjuna tidak mengundang Herman ke pesta perayaan pindah rumahnya.Herman merasa tidak senang, jadi dia ingin mencari masalah dengan Arjuna.Dia tidak tahu apakah ada roh jahat di dunia Hanya saja hari itu Citra dan Naura mengatakan bahwa Arjuna berubah setelah dia jatuh ke jurang.Herman merasa bahwa dia bisa memanfaatkan kejadian ini, jadi dia mulai mengarang cerita.Citra mengangguk penuh semangat. "Benar, benar, menghadap ke rumahnya.""Aish!" Citra tampak sedih. "Aku sering menggendong Leo. Dia biasanya cukup patuh, tidak akan berlari sembarangan, kenapa hari ini dia menjadi nakal?""Tampaknya roh jahat benar-benar bereaksi.""Kala

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 182

    "Leo, Leo, cepat sadar!""Leo, jangan menakuti Ibu.""Leo, kalau kamu tidak mau buka mata, bernapaslah saja. Selama kamu baik-baik saja, Nenek bersedia mengurangi nyawa Nenek sebanyak sepuluh tahun."Di dalam kamar, tangisan Maya dan Kiara makin keras, makin menyayat hati.Arjuna berjinjit. Melalui jendela yang setengah terbuka, dia melihat tabib itu sedang memegang jarum perak. Sang tabib dengan panik memberikan suntikan pada Leo.Astaga!Arjuna mengerutkan kening dengan cemas.Leo tenggelam, bukan menderita penyakit lain. Bagaimana bisa tabib menolongnya dengan melakukan akupunktur?"Kepala Desa, tak bisa ditunggu lebih lama lagi. Cepat izinkan aku masuk. Tabib itu tidak bisa menyelamatkan Leo."Tanpa memedulikan hal lain, Arjuna mendorong kepala desa ke samping, kemudian dia bergegas masuk."Jangan biarkan dia masuk!" Herman segera berteriak, "Roh Leo pasti belum meninggalkan tubuhnya. Selama Arjuna tidak dapat mengambil roh Leo, roh jahat akan marah pada Arjuna, maka Leo masih bisa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 183

    "Hen ... hentikan dia!"Marvin berlari terhuyung-huyung sambil memegang perutnya. Dia hanyalah seorang pelajar yang lemah. Arjuna hanya menendangnya sekali, sekarang dia sangat kesakitan hingga berkeringat dingin.Banyak orang bergegas maju untuk menghentikan Arjuna, tetapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Banyak orang bahkan tidak tahu bagaimana Arjuna melewati mereka.Dia sangat lincah.Dalam sekejap mata, Arjuna sudah menggendong Leo berlari keluar rumah kepala desa.Dia kebetulan bertemu dengan Daisha dan Dinda yang datang dari rumah."Tuan?""Daisha, cepat lari. Segera pulang, kemudian panaskan tungku."Arjuna tidak berhenti. Dia hanya meninggalkan kalimat tersebut, kemudian dia lanjut berlari sambil menggendong Leo di punggungnya."Oh, oke, oke!"Daisha tidak tahu apa yang akan dilakukan Arjuna. Dia tidak bertanya karena dia memercayai pria tersebut.Selama ini, Arjuna sering melakukan hal-hal yang menurut mereka di luar nalar. Namun, hasilnya selalu baik.Arjuna terus berlar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 184

    "Jangan! Raditya, cepat lepaskan adikku!""Raditya, aku peringatkan, jangan main-main!"Disa dan Magano berbicara pada saat yang sama."Kalau begitu, cepat minta Arjuna untuk membawa Leo kembali!""Aku di sini!"Suara Arjuna terdengar dari belakang Disa dan Magano.Arjuna berdiri tidak jauh di belakang Disa dan Magano. Leo, yang awalnya digendong di pundaknya, kini digendong di depan dadanya.Lima puluhan meter di belakang Arjuna adalah sekelompok penduduk desa yang berlari dengan terengah-engah."Begini, dong!"Raditya mencengkeram erat pisau dapur yang menempel pada leher Daisha. "Berikan Leo kepadaku, maka aku akan melepaskan Daisha. Kalau tidak ...."Pisau di tangan Raditya menancap lebih dalam ke leher Daisha, darah kembali mengalir keluar dari leher putih Daisha.Alis Daisha bertaut, dia mengepalkan lalu membuka kepalan tangannya.Bisa dilihat bahwa dia benar-benar kesakitan, tetapi dia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara kesakitan."Cepat!" teriak Raditya pada Arjuna.

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 394

    "Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 393

    "Sugi!" Eshan sangat marah hingga dia memanggil nama Sugi secara langsung. "Kamu memutarbalikkan fakta! Pembunuh bayaran itu ingin menembak dan membunuh Arjuna. Jelas-jelas kalian yang mengatur pembunuh bayaran itu!""Haha!" Sugi tertawa. "Aku mengatur pembunuh bayaran di Kabupaten Damai? Apakah kamu sedang mengatakan bahwa aku hebat atau sedang mengatakan bahwa pengawasan Kabupaten Damai terlalu buruk sehingga begitu mudah bagiku untuk mengatur para pembunuh?""Hanya karena kamu bilang kamu tidak melakukannya, bukan berarti Hendra tidak melakukannya. Kamu dan aku sama-sama tahu bahwa Hendra sangat kaya. Jangankan ahli bela diri, bahkan bandit pun dia bisa ...."Begitu Eshan menyebut-nyebut tentang bandit, Sugi menyela, "Ha, Yang Mulia Eshan, omonganmu menarik. Kalau pembunuh bayaran benar-benar diatur oleh Hendra, bukankah itu berarti semua polisi dan petugas di Kabupaten Damai kalah dengan seorang pengusaha sehingga membiarkan seorang pengusaha dengan mudah membawa pembunuh ke tempat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 392

    Seseorang dari Kabupaten Sentosa membantah, orang dari Kabupaten Damai langsung melawan."Intinya, kepala daerah Kabupaten Sentosa yang penakut.""Selain bau kencing, aku juga mencium bau tinja.""Maksudmu ... kepala daerah Kabupaten Sentosa bukan hanya mengompol, tapi juga buang air besar di celana?""Sebenarnya aku juga menciumnya!""Ketakutan sampai kencing dan berak? Mulai sekarang, panggil saja dia Kepala Daerah Kotoran dan Kencing." Seorang warga pemberani berkata demikian, kata-katanya menimbulkan tawa."Kepala Daerah Kotoran dan Kencing, nama yang bagus! Haha!""Haha!"Menghadapi ejekan-ejekan ini, tidak ada seorang pun dari Kabupaten Sentosa yang berani membantah.Karena Sugi memang ketakutan sampai kencing dan buang air besar."Aish ... kalau dibandingkan, Arjuna dari Kabupaten Damai jauh lebih hebat. Mengingat berapa banyak anak panah yang ditembakkan kepadanya tadi, dia tetap tenang. Kalau itu aku, aku pasti sudah tertembak hingga menjadi landak.""Lupakan soal anak panah.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 391

    "Lindungi Yang Mulia, lindungi Yang Mulia!" teriak penasihat hukum Sugi yang telah berbalik.Banyak penjaga dan petugas pemerintah yang dibawa Sugi ikut dalam tim yang bergegas menuju Arjuna.Mereka mundur dengan tergesa-gesa, menjatuhkan orang di sekitar mereka dalam kepanikan. Sedangkan orang yang jatuh menjatuhkan yang lain.Peristiwa itu seperti jatuhnya kartu domino, sebagian besar wilayah runtuh.Anak panah yang ditembakkan Arjuna masih melesat maju dengan cepat.Ketika sudah mau mengenai Sugi."Yang Mulia!"Bawahan Sugi berteriak putus asa.Gawat.Eshan terus menggelengkan kepalanya. Jika Arjuna menembak mati Sugi, itu sama saja seperti membunuh pejabat kekaisaran. Riwayat Arjuna akan tamat.Nyawa harus diganti nyawa.Hal itu tidak setimpal.Arjuna, apakah kamu tidak tahu bakatmu sendiri?'Nyawamu jauh lebih penting dari nyawa Sugi,' batin Eshan."Ah!"Teriakan keras terdengar dari samping Eshan.Setelah bertarung dengan Sugi selama hampir dua puluh tahun, Eshan tahu itu suara S

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 390

    "Arjuna tidak bisa memenangkan kompetisi, jadi dia mengatur pembunuh untuk menembak Hendra dari Kabupaten Sentosa.""Arjuna harus membayar dengan nyawanya. Sebagai orang tua negara, Kepala Daerah Kabupaten Damai, Eshan, harus mengundurkan diri!"Saat kemarahan publik mencapai puncaknya, Sugi meneriakkan slogan terakhir."Nyawa ganti nyawa.""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya."Penasihat hukum Sugi menimpali, dia mengangkat tangannya sambil berteriak kepada kerumunan yang marah."Nyawa ganti nyawa!""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya!"Warga Kabupaten Sentosa meneriakkan slogan-slogan sembari mendesak maju ke arah Arjuna dan Eshan."Mereka benar-benar membalikkan hitam menjadi putih. Jelas-jelas mereka yang ingin membunuh Arjuna, tapi malah bilang kita yang mengatur orang-orang itu!""Kalau kalian ingin membunuh Arjuna, langkahi dulu mayatku!"Magano berteriak, kemudian bergegas keluar untuk menghalangi Arjuna."Langkahi juga mayatku!" timpal Ravin."Aku juga!""

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 389

    "Dalam kompetisi ini, Hendra dari Kabupaten Sentosa melakukan pelanggaran, Arjuna dari Kabupaten Damai menang!"Setelah jasad Hendra dibawa pergi, Tomo yang mewakili gubernur pun mengumumkan dengan suara keras."Berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, seluruh harta keluarga Tamael akan dikembalikan ke Kabupaten Sentosa, ditambah dua toko daging milik keluarga Bani di Kabupaten Damai."Begitu Tomo selesai berbicara, Sugi melangkah maju lalu berkata, "Pak Tomo, ada pembunuh di lokasi kompetisi. Kabupaten Damai tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan menyebabkan hilangnya nyawa. Pertandingan ini tak bisa dihitung.""Tak bisa dihitung!""Tak bisa dihitung!"Warga Kabupaten Sentosa melambaikan bendera sembari bersorak.Melihat kejadian ini, penasihat hukum Sugi segera mengangkat tangannya lalu berteriak, "Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!"Sebagian besar penont

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 388

    "Buk!"Hendra yang sedang bersandar di kursi ditabrak oleh kudanya, kemudian melayang ke arah Arjuna.Ketika Arjuna dan Hendra berjarak beberapa sentimeter."Siu!"Anak panah keenam menusuk pelipis Hendra.Sebelum Hendra sempat berteriak, dia sudah meninggal.Eshan menunjuk ke tempat asal anak panah ditembakkan, kemudian memerintahkan Daud. "Lereng bukit di seberang sana! Cepat bawa orang pergi mencari!""Tuan!""Hendra!"Keluarga Arjuna dan keluarga Hendra bergegas mendekat secara terpisah. Mereka mengelilingi kedua pria itu dengan heboh.Satu keluarga senang, satu keluarga sedih.Alsava bersaudari dan keluarga Arkana memeluk Arjuna sembari menangis bahagia.Keluarga Hendra memeluk jenazah Hendra sambil menangis sekeras-kerasnya.Penonton yang menyaksikan pertandingan itu tercengang. Mereka datang untuk menonton pertandingan untuk melihat bagaimana Hendra menang dan menabrak Arjuna sampai mati.Tak disangka, Hendra kalah. Tidak hanya kalah, dia juga melakukan pelanggaran.Dalam perlom

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 387

    "Tuan, hati-hati!""Arjuna, hati-hati!""Bam!"Suara anak panah yang mengenai suatu benda dan suara Alsava bersaudari terdengar bersamaan.Mata orang-orang fokus pada mobil uap Arjuna.Di kereta uap ....Tidak ada sosok Arjuna."Di mana Arjuna?""Jangan-jangan dia tertembak anak panah, kemudian jatuh dari tebing."Meskipun Arjuna memutarbalikkan mobil uapnya melalui drifting yang ekstrem, dia tidak jauh dari tebing."Itu sangat mungkin. Kecepatan anak panah itu tidak terasa seperti ditembakkan dari busur biasa, lebih seperti busur silang.""Itu memang busur silang."Beberapa petugas penangkap berdiskusi."Busur silang?""Kalau terkena anak panah yang ditembakkan dari busur silang, wajar kalau Arjuna terjatuh dari tebing.""Tuan!"Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, Disa menerjang menuju tebing."Tuan!"Daisha dan Dinda mengikuti, mereka berlari menuju tebing."Cepat pergi!" Sugi memberi isyarat kepada para pengawal di sekitarnya."Arjuna!" Eshan dan sekelompok pejabat Kabupa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 386

    Ada belokan ke kiri di depan, kereta Hendra ada di sebelah kiri. Arjuna tidak bisa berbelok ke kiri untuk menghindari Hendra, dia juga tidak bisa berbelok ke kanan, karena ....Ada tebing di sebelah kanan."Hendra, ini pelanggaran!""Ya, itu pelanggaran. Dia kalah!""Wasit, Hendra sudah kalah!""Kabupaten Damai menang. Kedua belah pihak segera berhenti!" teriak wasit dengan keras.Akan tetapi, Hendra yang bertekad membunuh Arjuna sama sekali tidak mendengarkan."Akan kulihat ke mana dia akan bersembunyi kali ini!""Dia akan mati!"Orang-orang dari Kabupaten Sentosa yang menonton tidak peduli apakah itu pelanggaran atau tidak. Mereka hanya ingin Arjuna mati, wajah mereka dipenuhi dengan kegembiraan yang kental.Ekspresi Sugi, yang berdiri di panggung penonton, bahkan lebih ganas daripada penonton yang berdiri di bawah.Dia sangat ingin Hendra membunuh Arjuna dan tidak mau menunggu sedetik pun."Tuan pasti bisa selamat seperti dua kali sebelumnya! Pasti, pasti!"Disa terus menghibur adik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status