Meskipun Shaka belum menjadi siswa unggul, dia mulai sekolah dasar pada usia enam belas tahun dan sempat berhenti selama satu tahun tahun lalu. Artinya, dia baru berada di sekolah selama dua tahun. Normal jika dia belum lulus ujian.Selain itu, Cakra memberi tahu Oki bahwa puisi dan prosa Shaka telah mengalami kemajuan pesat dalam kurun waktu terakhir. Dengan standar Shaka saat ini, tidak jadi masalah baginya untuk lulus ujian menjadi siswa unggul.Kepala desa adalah orang tua berpengalaman, bagaimana mungkin dia tidak tahu maksud Oki? Namun, kecerdasan emosi kepala desa lebih tinggi dari Oki.Hari ini adalah acara Arjuna, jadi kepala desa akan menghormati Oki."Kak Oki, kamulah orang yang paling beruntung. Untuk bidang sastra ada Shaka, untuk bidang bisnis ada Arjuna.""Aish, itu bukan apa-apa, masih tak bisa dibandingkan dengan Anda."Oki berbicara dengan rendah hati tetapi dalam hati merasa bangga. Pandangannya tertuju pada meja di sebelah kanan.Orang yang duduk di meja itu adalah
"Kiara, apa yang kamu lakukan?"Marvin bergegas keluar, kemudian dia berteriak pada Kiara. "Apakah kamu tidak melihat sedang ada acara di sini? Kenapa kamu berteriak-teriak?"Arjuna mengadakan pesta perayaan rumah baru, istri Marvin malah tiba-tiba berlari masuk sambil berteriak dan menangis. Sungguh tidak sopan.Sama sekali tidak menjaga citra.Ketika Kiara bergegas masuk, jepit rambutnya sudah terlepas, rambutnya acak-acakan seperti wanita gila."Tuan, Leo ... Leo kita ... dia ...."Wajah Kiara pucat, ekspresinya ketakutan dan panik, ucapannya tidak jelas. Dia tidak dapat melanjutkan kalimatnya."Dia kenapa? Leo kenapa? Katakanlah!" marah Marvin dengan alis bertaut.Ada begitu banyak orang yang menonton. Keluarganya benar-benar tidak sopan hari ini. Bagaimana penduduk desa akan memandangnya kelak?"Marvin, kenapa kamu meneriakinya?"Melihat Kiara dalam kondisi seperti ini, kepala desa pun berdiri untuk memarahi Marvin. Karena sudah berpengalaman, dia merasa bahwa sesuatu pasti telah
"Tabib, tolong cepat periksa cucuku."Istri kepala desa, Maya, langsung menggendong cucunya ke hadapan tabib.Kiara, yang berada di samping Maya, menangkupkan kedua tangannya sambil terus memohon. "Tabib, tolong selamatkan anakku. Tolong, tolong.""Jangan cemas dulu, biar aku lihat anaknya."Tabib mengambil anak itu dari pelukan Maya seraya berkata pada Marvin. "Cepat ambilkan beberapa tungku."Pada cuaca dingin, manusia rentan mengalami hipotermia setelah jatuh ke air. Jadi, menjaga kehangatan adalah langkah pertama.Tabib menggendong Leo ke kamar tidur. Setelah Marvin membawakan tungku, dokter memintanya untuk menutup pintu.Kepala desa tidak ikut masuk. Dia menunggu di ruang tamu. Meskipun dia duduk dengan sangat tegak, orang-orang dengan penglihatan yang baik dapat melihat butiran keringat halus di dahi kepala desa.Orang-orang yang berkumpul di luar rumah kepala desa berbincang-bincang."Aish!" Herman menggelengkan kepalanya. "Kurasa Leo sulit diselamatkan.""Herman, lebih baik ka
"Menghadap rumah Arjuna, 'kan."Suara Herman terdengar acuh tak acuh dan puas.Herman tidak punya dendam besar terhadap Arjuna. Akan tetapi, setelah Arjuna menjadi kaya, alih-alih membantunya menjadi kaya, Arjuna mengabaikannya.Ketika kepala desa memiliki cucu, mereka bahkan mengundang Herman dan menjamunya dengan makanan dan minuman lezat. Bisa-bisanya Arjuna tidak mengundang Herman ke pesta perayaan pindah rumahnya.Herman merasa tidak senang, jadi dia ingin mencari masalah dengan Arjuna.Dia tidak tahu apakah ada roh jahat di dunia Hanya saja hari itu Citra dan Naura mengatakan bahwa Arjuna berubah setelah dia jatuh ke jurang.Herman merasa bahwa dia bisa memanfaatkan kejadian ini, jadi dia mulai mengarang cerita.Citra mengangguk penuh semangat. "Benar, benar, menghadap ke rumahnya.""Aish!" Citra tampak sedih. "Aku sering menggendong Leo. Dia biasanya cukup patuh, tidak akan berlari sembarangan, kenapa hari ini dia menjadi nakal?""Tampaknya roh jahat benar-benar bereaksi.""Kala
"Leo, Leo, cepat sadar!""Leo, jangan menakuti Ibu.""Leo, kalau kamu tidak mau buka mata, bernapaslah saja. Selama kamu baik-baik saja, Nenek bersedia mengurangi nyawa Nenek sebanyak sepuluh tahun."Di dalam kamar, tangisan Maya dan Kiara makin keras, makin menyayat hati.Arjuna berjinjit. Melalui jendela yang setengah terbuka, dia melihat tabib itu sedang memegang jarum perak. Sang tabib dengan panik memberikan suntikan pada Leo.Astaga!Arjuna mengerutkan kening dengan cemas.Leo tenggelam, bukan menderita penyakit lain. Bagaimana bisa tabib menolongnya dengan melakukan akupunktur?"Kepala Desa, tak bisa ditunggu lebih lama lagi. Cepat izinkan aku masuk. Tabib itu tidak bisa menyelamatkan Leo."Tanpa memedulikan hal lain, Arjuna mendorong kepala desa ke samping, kemudian dia bergegas masuk."Jangan biarkan dia masuk!" Herman segera berteriak, "Roh Leo pasti belum meninggalkan tubuhnya. Selama Arjuna tidak dapat mengambil roh Leo, roh jahat akan marah pada Arjuna, maka Leo masih bisa
"Hen ... hentikan dia!"Marvin berlari terhuyung-huyung sambil memegang perutnya. Dia hanyalah seorang pelajar yang lemah. Arjuna hanya menendangnya sekali, sekarang dia sangat kesakitan hingga berkeringat dingin.Banyak orang bergegas maju untuk menghentikan Arjuna, tetapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Banyak orang bahkan tidak tahu bagaimana Arjuna melewati mereka.Dia sangat lincah.Dalam sekejap mata, Arjuna sudah menggendong Leo berlari keluar rumah kepala desa.Dia kebetulan bertemu dengan Daisha dan Dinda yang datang dari rumah."Tuan?""Daisha, cepat lari. Segera pulang, kemudian panaskan tungku."Arjuna tidak berhenti. Dia hanya meninggalkan kalimat tersebut, kemudian dia lanjut berlari sambil menggendong Leo di punggungnya."Oh, oke, oke!"Daisha tidak tahu apa yang akan dilakukan Arjuna. Dia tidak bertanya karena dia memercayai pria tersebut.Selama ini, Arjuna sering melakukan hal-hal yang menurut mereka di luar nalar. Namun, hasilnya selalu baik.Arjuna terus berlar
"Jangan! Raditya, cepat lepaskan adikku!""Raditya, aku peringatkan, jangan main-main!"Disa dan Magano berbicara pada saat yang sama."Kalau begitu, cepat minta Arjuna untuk membawa Leo kembali!""Aku di sini!"Suara Arjuna terdengar dari belakang Disa dan Magano.Arjuna berdiri tidak jauh di belakang Disa dan Magano. Leo, yang awalnya digendong di pundaknya, kini digendong di depan dadanya.Lima puluhan meter di belakang Arjuna adalah sekelompok penduduk desa yang berlari dengan terengah-engah."Begini, dong!"Raditya mencengkeram erat pisau dapur yang menempel pada leher Daisha. "Berikan Leo kepadaku, maka aku akan melepaskan Daisha. Kalau tidak ...."Pisau di tangan Raditya menancap lebih dalam ke leher Daisha, darah kembali mengalir keluar dari leher putih Daisha.Alis Daisha bertaut, dia mengepalkan lalu membuka kepalan tangannya.Bisa dilihat bahwa dia benar-benar kesakitan, tetapi dia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara kesakitan."Cepat!" teriak Raditya pada Arjuna.
Arjuna adalah seorang prajurit yang pernah ikut berperang. Dia pernah melihat seseorang hancur berkeping-keping di depannya, apalagi pemandangan seperti ini.Ketika Arjuna memberikan Leo napas buatan, teriakan Kiara terdengar dari jendela."Dia! Astaga!"Kiara sangat terkejut sehingga dia berteriak, lalu pingsan.Kiara pingsan, lantas sekelompok orang berkerumun di luar jendela.Mereka melihat Arjuna tidak hanya mencium mulut Leo, tetapi juga menekan dadanya dengan keras."Oh, sungguh menjijikkan! Dia mungkin berpikir Leo mati kurang cepat!""Gawat! Gawat!" Wajah Herman menunjukkan kengerian."Aku yakin Arjuna yang kalian lihat sekarang bukan Arjuna lagi. Dia telah dirasuki oleh roh jahat. Sekarang roh jahat sedang menyerap esensi Leo."Perkataan Herman membuat semua orang takut.Warga desa yang awalnya masih aktif menggedor-gedor pintu pun perlahan melangkah mundur ke halaman."Kamu bicara sembarangan. Dia adalah tuan kami, bukan roh jahat."Alsava bersaudari juga sangat cemas."Tuan
Saat mendengarkan, Arjuna merasa ada yang janggal."Tante, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli begitu banyak barang kemarin?"Kemarin Arjuna juga mendengar penduduk desa mengatakan bahwa barang yang dibawa oleh Bulan kali ini adalah yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir."Aku ...." Bulan memainkan kedua tangannya.Dia sedikit canggung serta gugup.Pada saat ini, Arjuna menyadari tidak ada satu pun perhiasan di kepala Bulan.Bagaimana mungkin seorang istri dari keluarga kaya tidak mengenakan perhiasan apa pun di kepalanya?"Tante ...."Arjuna mencoba memperlambat suaranya. "Apakah kamu menggadaikan semua perhiasanmu?""Ti ... tidak. Aku tidak memakai perhiasan karena ....""Tante." Arjuna memegang tangan Bulan sambil berkata dengan tulus. "Aku ini Arjuna yang dulu paling kamu sayangi. Beri tahu aku situasi yang kamu hadapi sekarang. Aku akan menyelesaikannya bersamamu."Membantu Bulan juga supaya Arjuna tidak merasa bersalah terhadap tubuhnya ini."Arjuna." Mata Bulan b
"Tapi Tante benar-benar tak punya jalan lain, Arjuna."Bulan membuka matanya, kemudian menangis dengan pilu.Alsava bersaudari yang berada di luar kamar mendengar suara dan ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Arjuna.Pada saat ini, hal terbaik adalah membiarkan Bulan menangis sepuasnya dan mengeluarkan semua emosi yang terpendam dalam hatinya.Setelah Bulan berhenti, Arjuna tidak menanyakan apa pun padanya. Dia hanya membawa sup ikan ke depan Bulan seolah tidak terjadi apa-apa."Tante, ayo minum sup ikan ini dulu. Aku membuatnya untuk pertama kali, entah enak atau tidak. Setelah Tante minum, beri aku kritik."Arjuna memang membuat sup tahu kepala ikan untuk pertama kali di zaman ini.Bulan berhenti minum setelah menyesap beberapa teguk."Kenapa?" Arjuna sedikit gugup. "Apakah tidak enak?""Bukan ...."Bulan tiba-tiba menangis lagi, tetapi kali ini dia menangis sambil tersenyum. "Kak, kamu dan kakak ipar bisa tenang. Sekarang Arjuna benar-benar menjadi anak baik.""Hei, Tante membuatku
"Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at
Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda
"Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh
Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia
Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b
Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b
Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.