Share

Bab 185

Author: Abimana
Arjuna adalah seorang prajurit yang pernah ikut berperang. Dia pernah melihat seseorang hancur berkeping-keping di depannya, apalagi pemandangan seperti ini.

Ketika Arjuna memberikan Leo napas buatan, teriakan Kiara terdengar dari jendela.

"Dia! Astaga!"

Kiara sangat terkejut sehingga dia berteriak, lalu pingsan.

Kiara pingsan, lantas sekelompok orang berkerumun di luar jendela.

Mereka melihat Arjuna tidak hanya mencium mulut Leo, tetapi juga menekan dadanya dengan keras.

"Oh, sungguh menjijikkan! Dia mungkin berpikir Leo mati kurang cepat!"

"Gawat! Gawat!" Wajah Herman menunjukkan kengerian.

"Aku yakin Arjuna yang kalian lihat sekarang bukan Arjuna lagi. Dia telah dirasuki oleh roh jahat. Sekarang roh jahat sedang menyerap esensi Leo."

Perkataan Herman membuat semua orang takut.

Warga desa yang awalnya masih aktif menggedor-gedor pintu pun perlahan melangkah mundur ke halaman.

"Kamu bicara sembarangan. Dia adalah tuan kami, bukan roh jahat."

Alsava bersaudari juga sangat cemas.

"Tuan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 186

    "Benar sekali."Disa takut Kiara tidak memercayainya, jadi dia berulang kali meyakinkannya. "Tuanku tidak akan berbohong padamu. Lagi pula, apa untungnya dia berbohong padamu? Coba pikirkan, kalau dia mencelakai Leo di depan begitu banyak orang, apakah dia tidak takut dijadikan sebagai korban persembahan?"Tubuh Kiara yang tegang pun sedikit rileks.Disa memanfaatkan situasi tersebut untuk melanjutkan. "Di rumahmu tadi, tabib juga tak bisa berbuat apa-apa, 'kan? Kalau begitu kenapa tidak biarkan tuanku mencoba? Lagi pula, ada banyak orang yang mengepung tempat ini, tuanku tidak akan bisa kabur juga."Kiara menatap Marvin, sedangkan Marvin menatap kepala desa.Kepala desa tetap diam, karena apa yang dikatakan Disa masuk akal. Arjuna tidak punya alasan untuk melakukan itu.Orang yang telah mengalami banyak pengalaman hidup tidak begitu percaya takhayul. Mengenai roh jahat, kepala desa hanya setengah percaya."Cih!" Herman mencibir. "Menyelamatkan orang? Bagaimana mungkin? Kurasa dia hany

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 187

    "Apakah kamu mendengarnya?""Suara tangisan anak kecil, kamu mendengarnya juga?""Hm, anak siapa yang ketakutan? Roh jahat ada di sini, siapa yang begitu ceroboh hingga membiarkan anaknya datang ke sini? Apakah mereka tidak takut roh jahat akan membawa pergi anaknya juga?""Tidak, suara tangisan itu sepertinya berasal dari ...." Seseorang menunjuk kamar Arjuna. "Dari sana.""Bagaimana mungkin? Leo saja ....""Hua!"Terdengar lagi tangisan anak kecil."Leo!" Tubuh Kiara yang awalnya lemah tiba-tiba berdiri tegak. Dia mencondongkan tubuh ke depan, menajamkan pendengarannya."Ah, itu Leo!" Kiara bergegas ke dekat jendela.Arjuna baru saja menggendong Leo yang baru siuman di dalam kamar."Hua, hua, hua!"Leo menangis makin keras sambil melambaikan kaki-kaki kecilnya.Itu adalah perilaku setelah merasa ketakutan."Sudah, sudah, Kakak akan membawamu pergi mencari ibumu," hibur Arjuna sambil menepuk punggung Leo, kemudian dia berjalan menuju luar.Alhasil, makin jauh Arjuna berjalan, makin ke

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 188

    "Siapa yang tadi mau mendobrak pintu rumahku?"Tatapan mata Arjuna tampak acuh tak acuh, suaranya pun datar. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menanggapi."Leo!"Kiara berlari ke arah Arjuna dengan terkejut bercampur gembira."Kak Kiara." Disa menarik Kiara kembali. "Sebaiknya kamu bersihkan wajahmu. Kalau kamu mendekat seperti ini, Leo akan takut.""Ya, ya." Kiara mengangguk berulang kali. "Kamu benar, Disa.""Leo!"Kepala desa, Maya dan Marvin pun berlari ke hadapan Arjuna.Ketika jaraknya kurang dari satu meter, mereka berhenti lagi, tidak berani bergerak maju. Mereka tidak berani percaya dan merasa bahwa ini hanya ilusi mereka."Leo." Arjuna menggoyangkan tubuh kecil lelaki itu, lalu menoleh ke arah kepala desa dan yang lainnya. "Lihat, itu siapa?""Ne ... Nenek ...."Leo, yang belum lancar berbicara, memanggil Maya dengan tidak jelas sambil memakan permen."Aish!" Maya menangis saking gembiranya. "Ini Nenek, ini Nenek.""Sini!" Maya mendekat dengan gembira. "Nenek gen

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 189

    Tabib tua ini masih merasa tidak nyaman saat memikirkan adegan Arjuna menyembuhkan Leo."Tabib Tobi." Kepala desa sedikit khawatir. "Cucuku ....""Bagus sekali, denyut nadinya stabil dan kuat. Anak ini dalam keadaan baik, sangat baik.""Huft ...."Kepala desa menghela napas panjang.Setelah dikonfirmasi oleh tabib, kepala desa pun merasa lega sepenuhnya."Terima kasih, Tabib Tobi.""Aish! Bukan aku yang menyelamatkan Leo." Tabib Tobi melambaikan tangannya, kemudian menatap Arjuna. "Semua berkat pemuda ini.""Maya, Marvin, Kiara, kemari."Kepala desa beserta istri, putra, dan menantunya mendatangi Arjuna. Tanpa mengatakan apa-apa, mereka semua berlutut di hadapan Arjuna."Jangan begini. Kepala Desa, kamu adalah orang yang lebih tua, Kak Marvin juga lebih tua dariku. Cepat berdiri." Arjuna membungkuk untuk memapah kepala desa.Kepala desa tampak sudah siap. Ketika Arjuna mencoba membantunya berdiri, dia mengerahkan tenaga untuk diam di tempat."Arjuna!"Kepala desa berkata dengan sungguh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 190

    "Kepala Desa!"Mendengar hal ini, Raditya tidak dapat diam lagi. "Bukan aku yang menyebarkan rumor, tapi Herman yang menyebarkan rumor. Aku hanya ditipu olehnya!""Kamu ditipu olehnya?" Kepala desa menatap Raditya dengan tatapan membara. "Kurasa kamu ingin menggunakan kesempatan ini untuk membunuh Arjuna!""Tidak, tidak!""Ya, kamu menyimpan dendam terhadap Arjuna dan sudah lama ingin membalas dendam.""Benar, beberapa kali ketika situasi sudah tenang, dia langsung menghasut orang lagi."Penduduk desa maju untuk memberikan kesaksian."Arjuna." Orang yang mendatangi Arjuna bernama Pablo, dia adalah kakak sepupu Raditya. "Tadi aku ditipu adik sepupuku sehingga ikut mendobrak pintu bersamanya. Maaf.""Arjuna, Arjuna!"Sebelum Arjuna sempat mengatakan apa-apa, Raditya merangkak ke depannya. "Aku ditipu Herman sehingga khilaf. Tolong maafkan aku, Arjuna."Raditya tidak memiliki banyak kemampuan, tetapi dia mengetahui semua peraturan desa dengan baik.Karena apa yang terjadi hari ini, berdas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 191

    "Shaka, apa yang kamu bicarakan?" Oki dengan pelan menarik Shaka.Namun, Shaka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Setelah Arjuna jatuh ke jurang, dia menjadi bijak. Sayang sekali kalau dia tidak bersekolah.""Kenapa Shaka menyinggung hal ini? Apakah Arjuna bisa mengerti? Bersekolah tidak seperti menjual ikan, mana semudah itu?""Ya, hal tersulit di dunia adalah bersekolah. Kak Marvin telah mengikuti ujian selama bertahun-tahun, tapi dia hanya menduduki peringkat terakhir dalam ujian dua tahun lalu sehingga terpaksa menjadi siswa unggul.""Benar, Kak Marvin masih lulus, aku saja tidak."Para pelajar yang ada di meja aula saling berbisik-bisik. Mereka semua menolak usulan Shaka untuk membiarkan Arjuna bersekolah.Selain itu, meskipun para pelajar tersebut tidak menunjukkannya, mereka memiliki rasa superioritas dalam hati mereka.Arjuna, seorang penjual ikan, tidak layak bersama mereka."Shaka!"Oki menarik Shaka lagi, Shaka menoleh lalu bertanya kepada Oki. "Kenapa, Ayah?""Arjuna i

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 192

    "Baiklah!" Cakra mengangguk. "Arjuna, kalau kamu ingin belajar, datang saja."Cakra tidak memiliki kesombongan khas orang terpelajar. Dia telah mengajar selama bertahun-tahun, caranya dalam melihat orang juga berbeda.Meskipun Arjuna adalah seorang penjual ikan dan mungkin buta huruf, tatapannya penuh dengan kebijaksanaan.Hanya sekali mendengar, dia sudah memahami arti dari "Tidak ada bedanya antara raja, pangeran, jenderal dan menteri".Ketika pertama kali Cakra mengajarkan kalimat ini, beberapa di antara para pelajar itu harus dijelaskan berkali-kali baru mengerti.Cakra sudah setuju untuk menerima Arjuna, maka orang-orang pun tidak akan melarang lagi.Orang-orang yang memikirkan Arjuna mengkhawatirkannya. Takut Arjuna akan ditertawakan di sekolah di kemudian hari.Para pelajar ini berasal dari desa yang sama, jadi mereka mungkin lebih jaga sikap kalau bicara.Namun, pelajar dari desa lain mungkin akan bicara dengan kasar.Para pelajar saling merendahkan satu sama lain. Ketika para

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 193

    Dinda mengambil langkah kecil, dia perlahan mendekati Arjuna.Arjuna mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut Dinda. "Pria sejati menggunakan kata-kata, bukan tinju. Ayo baca beberapa buku bersamaku, lain kali mereka tak akan bisa mengalahkanmu dalam berdebat.""Tapi aku bukan pria sejati, aku ini perempuan.""Perempuan juga tidak boleh." Arjuna hampir tersedak karena marah. Gadis kecil ini cukup pandai membalas ucapan orang lain."Hm, Dinda salah, Tuan." Menyadari bahwa Arjuna benar-benar marah, Dinda menundukkan kepalanya untuk mengakui kesalahan. Setelah itu, dia duduk dengan patuh di samping Arjuna....Pada malam hari, Daisha bertanya pada Arjuna."Tuan, apakah kamu akan mengikuti ujian setelah bersekolah?""Hm ...."Arjuna tidak pernah benar-benar memikirkan pertanyaan ini. Dia bersekolah hanya untuk lebih berintegrasi dengan zaman ini.Melihat Arjuna tidak membalasnya dalam waktu yang lama, Daisha lanjut berujar, "Ujian tidaklah gampang. Kebanyakan orang tidak dapat lulus.

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 464

    "Plak!"Segenggam tanah dilemparkan dengan keras ke wajah Firhan. Tanahnya terasa panas karena terbakar api."Oh!"Firhan menjerit kesakitan, kemudian memegang wajahnya sambil mengumpat, "Siapa? Siapa yang melempar tanah ke wajahku? Keluar lalu berlutut di hadapanku untuk minta ampun, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawamu.""Aku."Terdengar suara yang datar, lembut dan nyaring."Kamu ... bukankah kamu ...."Ketika Firhan melihat dengan jelas orang yang berbicara, kakinya menjadi lemas, dia pun berlutut."Marsekal Agung, a ... aku ...."Wajah Firhan pucat. Dia berbicara dengan gemetar, tidak dapat menyelesaikan kalimatnya."Aku pantas mati, aku pantas mati!"Melihat ekspresi Danis yang makin muram, Firhan terus menampar wajahnya sendiri."Cukup!" Danis penuh dengan ketidaksabaran, "Berhentilah berpura-pura, lalu kemari!""Baik, baik!" Firhan melompat ke dalam terowongan lalu berkata, "Marsekal, apa yang bisa aku lakukan?""Jongkok, gendong Arjuna turun gunung!"Begi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 463

    Dari tiga ratusan bandit di Kampung Seruni, beberapa orang terbunuh, beberapa orang terluka, sisa sedikit yang masih hidup."Arjuna!" Magano berteriak, "Aku akan membawa gadis-gadis itu ke atas, meledakkan mereka semua dengan granat kendi anggur."Granat sederhana bisa dibuat dengan cara memasukkan pasir, bubuk mesiu, petasan setebal ibu jari dan fosfor kuning ke dalam toples anggur yang hanya dapat menampung dua tael anggur secara proporsional. Kemudian membuat sumbu untuk menggesekkan fosfor kuning.Sebelum mengalami transmigrasi zaman, Arjuna pernah mempraktikkannya.Bubuk mesiu, petasan, serta barang-barang berbahaya lainnya juga dikendalikan oleh pemerintah di Dinasti Bratajaya.Toko petasan hanya boleh dibuka oleh pejabat pemerintah.Inilah sebabnya Arjuna meminta bantuan Eshan.Tanpa Eshan, dia tidak mampu membuat granat buatan sendiri."Tidak perlu, kembalilah."Arjuna buru-buru memanggil Magano untuk menghentikan mereka. Dalam pertarungan tatap muka, mereka bukanlah tandingan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 462

    Melihat makin banyak tembok markas bandit yang runtuh dan makin banyak bandit yang jatuh, gadis-gadis itu menjadi makin bersemangat.Beberapa orang bahkan melempar sambil berdiri."Jangan berdiri, cepat telungkup kembali!"Arjuna memperingatkan dengan mendesak, tetapi sudah terlambat.Delapan anak panah ditembak dari atas benteng gunung. Kedelapan anak panah itu sangat akurat. Setiap anak panah memanah seorang gadis.Tiga di antara mereka tewas. Meskipun nyawa yang lainnya tidak dalam bahaya, mereka tidak dapat lagi bertarung.Bahkan Arjuna yang mengangkat tangannya untuk mengingatkan para gadis pun terkena anak panah."Tuan!"Disa bergegas menuju Arjuna."Tuan Arjuna!""Arjuna!"Gadis-gadis itu, Magano dan yang lainnya menoleh, kemudian berlari ke arah Arjuna."Jangan kemari! Aku baik-baik saja, lanjut ngebom!" Untuk meyakinkan mereka, Arjuna duduk tegak saat memberi perintah.Mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan, jadi mereka harus membunuh para bandit di Kampung Seruni s

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 461

    Begitu Danis mengangkat kepalanya, dia mendengar perintah kedua dari Arjuna.Gadis-gadis itu mendengar instruksi, lalu segera bangun.Danis melihat sekilas.Jumlah orang di dalam terowongan masih sama seperti sebelumnya. Ledakan itu sangat dahsyat, jaraknya tidak jauh, tetapi tidak ada satu pun prajurit Arjuna yang terluka.Di sisi lain, markas bandit sudah dipenuhi mayat dan menjadi sungai darah.Beberapa orang bahkan hancur berkeping-keping.Para prajurit belum pernah melihat pemandangan setragis itu, beberapa orang bahkan sampai muntah.Ini ....Danis terkejut lagi.Dia tidak mengerti mengapa Arjuna meminta gadis-gadis itu menggali terowongan. Ternyata itu adalah terowongan penyelamat nyawa.Karena mereka menggali lubang untuk menyelamatkan nyawa, kendi anggur yang meledak hebat tadi pasti dilemparkan oleh gadis-gadis itu.Arjuna ini sungguh hebat.Di dalam Kampung Seruni."Ah!""Mengerikan sekali! Mengerikan sekali!""Ibu, Ibu!"Terdengar jeritan, tangisan, bahkan panggilan-panggil

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 460

    "Gadis-gadis, berhenti menggali!" teriak Arjuna.Jaraknya masih kurang sedikit, tetapi dengan kekuatan lengan gadis-gadis itu, tidak masalah.Sejak memasuki terowongan, Arjuna terus mengawasi pergerakan di Kampung Seruni.Ketika suara tawa dari atas berhenti, dia tahu bahwa yang keluar pasti Sang Ahli Strategi Berwajah Anggun.Dia muncul berarti Kampung Seruni akan menyerang mereka.Sekarang arah angin telah berubah, sangat tidak menguntungkan mereka. Terowongan ini dapat menahan lemparan batu dan anak panah, tetapi tidak dapat menahan api."Saudara-saudara, cepat lengkapi gadis-gadis itu dengan senjata!""Siap!"Dipimpin oleh Magano dan Ravin, belasan pemuda dengan cepat memindahkan semua kotak kayu ke bawah kaki gadis-gadis itu."Gadis-gadis, siap-siap untuk menyerang!""Plak!""Plak, plak!"Gadis-gadis itu membuka kotak kayu yang ada di bawah kaki mereka.Para prajurit yang berdiri di samping menjulurkan leher, sangat penasaran dengan senjata misterius yang ada di dalam kotak-kotak

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 459

    Mereka penasaran sekali dengan wanita-wanita itu.Banyak bandit diam-diam mengintip lagi.Galih menatap para bandit yang tak kuasa menahan diri untuk menjulurkan kepala lagi. Kemudian dia mengangkat kepalanya, menatap anak panah di udara yang berkurang hampir setengahnya.Tampaknya yang tidak fokus bukan hanya mereka, para perwira dan prajurit yang ada di bawah benteng juga sama.Ekspresi Galih menjadi muram. Jangan-jangan ini konspirasi Arjuna?Berpikir demikian, Galih bergegas mendekat untuk melihat.Di bawah benteng, tidak ada manusia yang terlihat, hanya lumpur yang beterbangan dari koridor.Sesekali ada satu atau dua kepala yang muncul, mereka dapat diidentifikasi sebagai wanita. Omongan bahwa beberapa di antara mereka memiliki tubuh yang bagus hanyalah tebakan para bandit yang tergila-gila pada wanita.Lumpur yang beterbangan di koridor bawah desa pegunungan makin dekat ke arah mereka. Galih memperkirakan bahwa wanita-wanita itu berjarak sekitar dua puluh lima meter dari Kampung

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 458

    Ketika para prajurit menemukan para wanita, ekspresi mereka bahkan lebih berlebihan daripada ekspresi prajurit terluka yang tadi turun gunung.Semua orang tercengang.Syok, bingung.Wanita?Apa yang mereka lakukan di sini?Membantu mereka menggali jalur pemisah?Mereka begitu banyak pria mana membutuhkan bantuan wanita?Ketika para prajurit mendengar bahwa gadis-gadis itu bukan datang untuk membantu, melainkan untuk menyerang markas bandit, mereka makin tercengang. Banyak pemanah bahkan lupa menembakkan anak panah mereka.Para bandit di Kampung Seruni juga menemukan ada yang tidak beres.Tiba-tiba, jumlah anak panah di udara berkurang.Prajurit pejabat berhenti menyerang?Banyak bandit menjulurkan kepala untuk melihat ke bawah.Di koridor yang tak jauh dari gerbang desa, banyak tanah berlubang."Apa yang sedang dilakukan para prajurit itu? Mereka tampak seperti sedang menggali terowongan.""Apakah mereka menggali terowongan untuk naik menyerang kita?""Haha!" Rajo tertawa. "Kalau begit

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 457

    Saat gadis-gadis itu melewati para prajurit terluka yang sedang menuruni gunung, para prajurit menyeka mata mereka.Mata mereka pasti sudah rusak akibat asap.Kenapa wanita muncul di tempat seperti ini, di saat seperti ini?Ketika mereka mengetahui bahwa gadis-gadis itu akan menyerang Kampung Seruni, ekspresi mereka menjadi makin heran.Asap api tidak hanya merusak mata mereka, tetapi juga telinga mereka?Di bawah perlindungan sejumlah besar kembang api dan tentara yang bertarung dengan para bandit, Disa memimpin gadis-gadis itu dengan tenang ke medan perang.Gadis-gadis itu terus melangkah maju hingga mereka berada sekitar lima puluh meter dari Kampung Seruni barulah berhenti.Setelah berhenti, mereka tidak mengatakan apa-apa, hanya fokus menggali terowongan.Pengawal Danis dan Andi berlari ke atas gunung satu demi satu.Mereka semua diperintahkan untuk mencari tahu apa yang dilakukan gadis-gadis itu."Menggali terowongan?"Danis dan Andi bertanya dengan serempak ketika mereka mendeng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 456

    Andi tidak melarang Firhan. Dia ingin Danis mendengarnya. Betapa konyolnya Danis menggunakan Arjuna.Danis berdiri dengan tenang tanpa ekspresi, dia tidak senang maupun marah. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana suasana hatinya saat ini.Akan tetapi, bohong jika mengatakan bahwa dia tidak khawatir."Yang Mulia, suruh para prajurit mundur ke depan perkemahan pemanah, bagi mereka menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama gunakan perisai untuk melindungi para pemanah, suruh para pemanah terus menembak. Kelompok kedua gunakan pedang untuk menggali zona isolasi di tempat.""Zona isolasi yang aku tandai di meja pasir. Lebarnya sekitar dua setengah meter."Arjuna memberi isyarat dengan tangannya. Dia tidak menandai lebarnya di atas meja pasir karena dia tidak menyangka Firhan akan datang membawa pasukan."Kelompok terakhir, bawa orang yang terluka turun dengan tertib."Mendengar suara Arjuna yang mendesak, tetapi tenang, ekspresi Danis yang awalnya tidak menunjukkan emosi pun, menunjukkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status