Share

Bab 193

Author: Abimana
Dinda mengambil langkah kecil, dia perlahan mendekati Arjuna.

Arjuna mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut Dinda. "Pria sejati menggunakan kata-kata, bukan tinju. Ayo baca beberapa buku bersamaku, lain kali mereka tak akan bisa mengalahkanmu dalam berdebat."

"Tapi aku bukan pria sejati, aku ini perempuan."

"Perempuan juga tidak boleh." Arjuna hampir tersedak karena marah. Gadis kecil ini cukup pandai membalas ucapan orang lain.

"Hm, Dinda salah, Tuan." Menyadari bahwa Arjuna benar-benar marah, Dinda menundukkan kepalanya untuk mengakui kesalahan. Setelah itu, dia duduk dengan patuh di samping Arjuna.

...

Pada malam hari, Daisha bertanya pada Arjuna.

"Tuan, apakah kamu akan mengikuti ujian setelah bersekolah?"

"Hm ...."

Arjuna tidak pernah benar-benar memikirkan pertanyaan ini. Dia bersekolah hanya untuk lebih berintegrasi dengan zaman ini.

Melihat Arjuna tidak membalasnya dalam waktu yang lama, Daisha lanjut berujar, "Ujian tidaklah gampang. Kebanyakan orang tidak dapat lulus.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 194

    "Tuan, hari ini ...."Disa tiba-tiba masuk."Aku ...."Disa buru-buru berbalik lalu keluar. Dia juga membawa pergi Dinda yang mengikutinya ke dalam kamar."Ada apa, Kak Disa? Kenapa kamu tidak membiarkanku masuk?""Kamu kotor, mandi dulu baru boleh masuk ke kamar.""Aku sudah mandi, Kak Disa.""Kurang bersih, mandi lagi.""Kak Daisha." Dinda memanggil sosok yang berlari melewatinya. "Kamu mau pergi ke mana?""Aku ... aku mau pergi mandi."Disa ingin memberi ruang bagi Daisha dan Arjuna, tetapi Daisha terlalu malu. Dia tidak punya keberanian untuk melakukannya. Ketika Arjuna berhenti karena diganggu oleh Disa, Daisha mendorong Arjuna kemudian berlari ke luar."Mandi saja lari begitu cepat. Apakah kamu takut aku merebut kamar mandi denganmu?"Melihat Daisha tidak membalasnya, Dinda menggelengkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Disa lagi. "Kak Disa, apakah aku masih harus mandi lagi?""Tidak perlu."Disa sangat kesal. Kalau saja dia tidak terlalu ceroboh ....Aish!Disa memukul kepalanya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 195

    "Oke." Arjuna mengambil sepotong roti lalu berjalan keluar dari dapur. "Disa, tunggu sebentar. Aku akan mengambil kuas dan tinta di kamar.""Tuan, tidak perlu." Disa menepuk keranjang bambu yang ada di bahunya. "Semua barang yang kamu butuhkan untuk sekolah sudah ada di sini.""Hah?"Arjuna menatap keranjang bambu yang ada di punggung Disa. Benda ini sama seperti yang dilihatnya di film-film dan drama TV.Yaitu benda yang digunakan oleh pemeran utama pria dari film Legenda Siluman Ular Putih."Disa, dari mana kamu mendapatkan benda ini?"Arjuna tidak pernah berpikir untuk bersekolah sebelumnya, jadi meski dia pergi ke toko buku berkali-kali, dia tidak pernah berpikir untuk membeli benda ini."Tuan, benda ini namanya keranjang bambu."Keranjang bambu biasanya terbuat dari bambu. Benda ini adalah alat yang digunakan oleh para pelajar untuk membawa buku, kuas, tinta dan lain-lain. Mirip dengan tas sekolah di zaman modern.Daisha keluar dari ruang stok makanan sambil menenteng sebuah keran

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 196

    "Dinda berlari begitu cepat, sudah bertambah tinggi lagi ya?" Arjuna menatap Dinda yang berlari ke arahnya dengan penuh kasih sayang."Ya." Disa mengangguk sambil melihat dari samping. "Dinda sekarang sudah sepinggang Tuan.""Hm, aku juga merasa begitu."Arjuna dan Disa mengatakan bahwa dirinya bertambah tinggi, Dinda pun tersenyum dengan gembira.Di tengah perjalanan, Dinda yang tadinya tidak bisa diam tiba-tiba berkata, "Hari ini aku menemukan bahwa meski Tuan biasanya sangat hebat, dia takut pada Kak Daisha.""Dinda, diam!" teriak Disa untuk menghentikan Dinda.Dinda terkejut oleh teriakan Disa sehingga tubuhnya gemetar, dia tiba-tiba tersadar.Ya, bagaimana dia bisa lupa bahwa mengatakan pria takut pada istri merupakan hal yang tabu?"Disa, jangan menakuti Dinda." Arjuna segera berujar, "Dinda benar, aku memang takut pada Daisha.""Ayo kita cepat berangkat." Arjuna mendesak kedua saudari yang tercengang itu. "Kalau kita tidak jalan sekarang, nanti akan terlambat. Setelah kita pulan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 197

    "Arjuna." Marvin menatap Arjuna dengan bingung. "Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Bukankah kamu selalu tinggal di sini?""Oh!" Arjuna menggaruk kepalanya. "Kak Marvin, bukankah kemarin Raditya dan yang lainnya mengatakan bahwa aku telah berubah? Mereka benar, aku memang telah berubah. Aku tidak mengingat banyak kejadian masa lalu."Saat berbicara, Arjuna berpura-pura sedih. "Bukan hanya melupakan masa lalu, aku juga lupa seperti apa diriku dulu.""Begini ... bagus juga." Marvin menepuk lengan Arjuna. "Melupakan masa lalu sendiri juga bagus."Arjuna yang dulu sama sekali tidak seperti manusia."Aku mendengar dari ayahku bahwa anak laki-laki yang lahir di generasi kita mulai berkurang, terutama beberapa tahun terakhir. Karena itu ...."Marvin menunjuk istri-istri muda yang menunggu suami mereka di luar sekolah di tengah angin dingin. "Pemerintah mengalokasikan perempuan untuk kita dan memberi kita hadiah kalau kita melahirkan anak laki-laki.""Aku sudah tahu semua ini sekarang. Ap

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 198

    Arjuna sedang berkonsentrasi mengidentifikasi bahan kuas, dia tidak memperhatikan apa yang dikatakan para pelajar. Dia merasa ada yang sedang memperhatikannya, jadi dia mengangkat kepalanya, lalu tersenyum sambil mengangguk kecil kepada beberapa pelajar itu."Haha, lihat? Kita sedang mengatainya, dia malah tersenyum kepada kita. Sungguh bodoh.""Haha, dia memang sumber kebahagiaan. Kita biarkan dia tinggal saja.""Benar. Terkadang belajar terasa bosan. Bagus juga kalau ada orang bodoh yang bisa menyenangkan suasana hati kita."Shaka, yang duduk agak jauh, mendengarkan para pelajar itu menertawakan keponakannya. Alih-alih marah, dia malah merasa senang.Arjuna, apakah kamu benar-benar berpikir bahwa hanya dengan menjual beberapa ikan dan mendapatkan sejumlah uang, kamu bisa sejajar denganku?"Sungguh naif!"Pak Guru datang!"Seseorang berteriak, lalu kelas tiba-tiba menjadi sunyi.Cakra masuk ke kelas sambil membawa buku dan penggaris.Meletakkan buku dan penggaris, Cakra melihat sekeli

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 199

    "Shaka tidak hanya pandai berkaligrafi, tapi juga pandai dalam menghafal kitab dan membuat puisi.""Bukan hanya bagus, tapi sangat bagus. Shaka mulai belajar pada usia lima belas tahun dan sempat berhenti satu tahun. Dia baru belajar selama tiga tahun saja, pelajarannya sudah lebih baik daripada kita semua.""Benar, itu harus diakui. Aku masih ingat empat tahun lalu, Shaka yang berusia lima belas tahun masuk sekolah pada hari pertama. Tulisannya sudah sangat rapi dan indah dalam waktu setengah hari. Sedangkan Arjuna ....""Bagaikan langit dan bumi.""Ckck, ini mungkin perbedaan antara orang cerdas dan orang bodoh.""Perumpamaan yang bagus, atau perbedaan antara angsa dan kodok.""Arjuna, orang-orang itu hanya bergosip, jangan dimasukkan ke hati."Khawatir Arjuna akan sedih setelah mendengar kata-kata ejekan itu, Marvin menghibur Arjuna saat mereka meninggalkan sekolah.Arjuna mengulas senyum, dia menyentuh kepalanya, tampak polos. "Aku tidak memasukkannya ke hati, tulisanku memang jele

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 200

    "Dia ingin meniru Juna dari Kabupaten Sentosa? Dia pikir meski dirinya adalah murid dengan nilai terbelakang, nilai ujiannya bisa bagus?""Lucu sekali. Dia tidak berpikir kalau nama mereka hampir sama sehingga dia bisa seperti Juna, 'kan?""Dia hanya akan mempermalukan diri sendiri."Setelah wanita-wanita itu menjelek-jelekkan Arjuna, mereka mulai mengatai Disa dan Dinda."Apakah kalian melihat dua orang yang tidak tahu malu itu? Bisa-bisanya yang besar membawa busur dan anak panah, dia pasti wanita yang garang. Yang kecil begitu kurus, tapi tatapannya juga galak. Dia pasti seorang wanita garang juga. Mereka sama sekali tidak memiliki citra sebagai istri seorang pelajar.""Haha, pria bajingan berpasangan dengan wanita garang, bukankah itu pas? Cocok sekali!"Disa lebih tua, jadi dia masih bisa bersikap acuh tak acuh terhadap ejekan dan hinaan orang lain.Dinda masih kecil, tidak memiliki banyak pengendalian diri, jadi dia begitu marah hingga menangis.Setelah Arjuna mengucapkan selamat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 201

    "Tapi aku tidak bisa mengalahkan mereka sendirian. Aku tidak sekuat Kak Disa."Dinda tampak lesu."Aku tidak memintamu untuk melawan mereka secara langsung, kamu bisa ...."Arjuna membuat gerakan lingkaran di atas kepalanya. "Pikirkan cara lain."Dinda sedikit tertegun, tiba-tiba senyum muncul di wajahnya."Aku sudah kepikiran caranya." Lalu Dinda mengangkat gaunnya sambil berlari."Jangan keterlaluan ya." Arjuna memperingatkan sosok kecil yang berlari cepat itu."Aku tahu."Tidak lama kemudian, Arjuna mendengar jeritan-jeritan.Tidak lama kemudian lagi, Dinda berlari kembali dengan mengangkat gaunnya sambil tersenyum."Cara apa yang kamu gunakan untuk membuat mereka menjerit kesakitan?" tanya Arjuna pada Dinda dengan penasaran.Wajah kecil Dinda penuh dengan kegembiraan. "Aku bersembunyi di tempat yang tidak bisa mereka lihat, kemudian melempari mereka dengan batu.""Apakah mereka terluka?""Tenang saja, Tuan."Dinda memiringkan kepalanya, kemudian berkata dengan sedikit bangga. "Dind

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 428

    Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 427

    "Mereka benar-benar membawa karung pasir. Mereka bersusah payah menyerang kita di malam hari hanya untuk membunuh kita dengan karung pasir?" kata pemimpin ketiga, Kera, sambil berusaha menahan tawa."Haha!" Pemimpin kelima, Rajo, tidak dapat menahan tawanya. "Aish, kita begitu rapuh hingga tak bisa menahan serangan satu karung pasir.""Buka gerbang!" teriak Kera. "Aku akan keluar, lalu memenggal kepala mereka untuk kita jadikan bola kaki.""Kera, tunggu." Galih buru-buru menghentikannya. "Ini jelas tidak sesederhana itu.""Tuan Galih, bukankah kamu terlalu waspada? Tadi kita sudah melihat dengan jelas, orangnya hanya sekitar seratus. Dan mereka tampak seperti pemuda yang kurang berpengalaman dalam pertempuran. Masing-masing menggantung ....""Sudah padam. Mereka sudah memadamkan obornya."Sebelum Kera menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah teriakan kaget."Memangnya kenapa kalau dia memadamkan obor? Siapa yang akan ikut denganku untuk menangkapnya hidup ....""Krek ....""Krek, krek,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 426

    "Serangan malam?" Galih adalah orang pertama yang berdiri. "Berapa banyak orang yang datang?""Aku tidak melihat dengan jelas, sepertinya ...." Prajurit itu memiringkan kepalanya, wajahnya bertaut. "Hanya ada seratus orang, tapi juga seperti lebih dari itu. Lebih seperti lima atau enam ratus orang, bahkan lebih, mungkin seribu ke atas.""Buk!"Mangkuk anggur mengenai prajurit tersebut."Berengsek!" maki Naga Bermata Satu. "Ada berapa orang pun tidak bisa melihat dengan jelas? Dasar bajingan tak berguna!"Mereka telah berakar di Gunung Magmora selama hampir sepuluh tahun dan mengalami banyak sekali operasi penumpasan bandit.Dari puluhan perwira dan prajurit hingga ribuan perwira dan prajurit.Serangan malam hari, serangan siang hari, hujan anak panah, bahkan serangan api. Mereka sudah pernah mengalami berbagai waktu dan cara penyerangan.Sekarang anak buahnya memberitahunya bahwa mungkin ada seratus, lima atau enam ratus, bahkan ribuan orang. Apa-apaan itu?! Memangnya Arjuna bisa sihir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 425

    Sekarang, Arjuna adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai. Dia adalah seorang pelajar yang mulia, juga orang terkaya di Kabupaten Damai.Dalam persepsi mereka dulu, orang-orang seperti itu adalah orang yang angkuh dan berkuasa. Alih-alih bekerja dengan mereka, orang-orang berkuasa itu bahkan tidak mau memandang mereka."Kendi pasir dan karung pasir. Apakah dunia itu benar-benar melawan bandit dengan menggunakan benda-benda ini? Kamu tidak bercanda, 'kan?" Tamael mulai bergumam lagi."Kak Tamael." Arjuna yang tengah duduk di bangku kecil sambil mengisi karung pasir berkata sambil tersenyum. "Daripada bergumam di sana, kenapa kamu tidak mengisi karung pasir bersama kami?"Ketika karung pasir hampir siap, Arjuna meminta Tamael untuk menemui Eshan. Dia ingin meminjam tempat latihan kuda."Uh ...."Setelah Eshan menyelesaikan tugasnya hari ini, dia bergegas ke peternakan pelatihan kuda. Pagi ini, Arjuna meminta Tamael untuk menyampaikan peminjaman peternakan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 423

    "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa menembak mati Naga Bermata Satu?" Disa membuka matanya lebar-lebar, menatap Arjuna dengan naif.Dari tiga Alsava bersaudari, Disa adalah yang paling pemarah, tetapi dia juga yang paling sederhana pikirannya."Kamu diam saja di sisiku. Ketika aku menyuruhmu serang, kamu baru serang.""Hm." Disa mengangguk patuh. "Tuan, apakah masih ada urusan lain?""Tidak ada lagi.""Kalau begitu aku akan lanjut latihan memanah.""Aish ...."Melihat punggung tinggi Disa, Arjuna merasa tidak berdaya.Bukankah tadi dia sudah menyuruh Disa untuk berhenti berlatih? Kenapa gadis ini melupakannya setelah mereka bicara sejenak?"Tuan."Pembantu bernama Peony berjalan mendekati Arjuna, kemudian membungkukkan badannya untuk memberi hormat."Hm." Arjuna mengangguk, lalu memberi isyarat kepadanya untuk berdiri."Air panas sudah disiapkan untuk Tuan, silakan pergi mandi.""Oke."Hari ini banyak kerjaan, Arjuna memang belum mandi dengan baik."Semuanya, keluarlah." Setelah ma

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 422

    "Seratus orang?"Suara Eshan begitu keras hingga Arjuna merasakan gendang telinganya bergetar.Arjuna mengulas senyum. "Ya. Satu orang seratus sen per hari, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar.""Arjuna, aku tahu kamu sangat pintar, tapi ini bukan saatnya bercanda." Wajah Eshan tampak muram.Arjuna pun berhenti tersenyum. "Yang Mulia, aku tidak bercanda, seratus orang sudah cukup."Tamael pernah menggambar peta topografi Gunung Magmora untuk Arjuna.Hanya ada satu jalan setapak yang lebarnya kurang dari sepuluh meter yang mengarah ke gunung. Di beberapa tempat sempit, lebarnya bahkan kurang dari lima meter. Sisanya berupa tebing curam.Jika seribu orang yang pergi, maka banyak dari mereka mungkin akan mati sebelum perang.Kerugian sebelum perang merupakan hal yang tabu dalam strategi militer.Arjuna pergi ke Restoran Kebon Sirih untuk memilih seratus orang.Seratus dari seribu orang, seharusnya dapat memilih beberapa orang yang sangat kuat.Alhasil, membuat Arjuna agak kec

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 421

    Galih tidak memiliki kekuatan militer, tetapi dia jauh lebih berwibawa daripada Naga Bermata Satu. Begitu dia berbicara, Kera dan Rajo segera terdiam."Kita tidak boleh menganggap remeh Arjuna kali ini. Jangan biarkan dia naik gunung. Begitu dia muncul, kita harus segera membunuhnya," kata Galih."Bahkan Komandan Kota Perai sendiri yang memimpin pasukannya ke sini, tidak dapat menerobos gerbang gunung kita. Apa yang perlu ditakuti dari seorang pelajar?""Benar sekali. Kalau ini sampai tersebar, orang-orang akan menertawakan kita. Seorang pelajar saja bisa membuat kita takut seperti ini. Siapa yang akan takut pada kita kelak?"Kera dan Rajo yang tadinya berdebat sengit, kini berbisik-bisik dengan kompak."Galih, bukankah kamu sudah terlalu waspada?" Naga Bermata Satu juga mengajukan keberatan."Bos, aku pernah melihat Arjuna di Kabupaten Damai. Dia jelas bukan orang bodoh. Dia bahkan bisa menghindari anak panah Rizal."Wajah Galih tampak serius. Jika Eshan yang datang, dia sama sekali t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 420

    "Untuk apa kamu meminta begitu banyak kendi anggur? Untuk memberanikan diri?"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Tamael mulai mengoceh lagi. "Tidak bisa mengalahkan bandit-bandit itu, maka tidak bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli berapa banyak alkohol yang kamu minum, itu tidak ada gunanya.""Aish ...." Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kak Tamael, usiamu baru 25 atau 26 tahun, tapi kamu sudah memasuki masa menopause dini? Kamu cerewet sekali, seperti ibuku.""Apa itu menopause? Aku mirip ibumu? Siapa ibumu?" Tamael punya kebiasaan untuk menanyakan segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya."Dia adalah orang yang sangat penting bagiku, tapi dia seperti pembantu senior di rumahmu yang suka mengomel sepanjang hari." Setelah berkata demikian, Arjuna berkata dalam hati. 'Ibu, maafkan aku. Ibu adalah ibu terbaik bagiku. Walaupun Ibu cerewet, aku tetap menyayangi Ibu.'"Arjuna, apa maksudmu? Aku seperti wanita tua? Bukankah ini karena aku mengkhawatirkanmu? Kamu ....""Kak Tamael, Kak Tamael,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status