Share

Bab 189

Author: Abimana
Tabib tua ini masih merasa tidak nyaman saat memikirkan adegan Arjuna menyembuhkan Leo.

"Tabib Tobi." Kepala desa sedikit khawatir. "Cucuku ...."

"Bagus sekali, denyut nadinya stabil dan kuat. Anak ini dalam keadaan baik, sangat baik."

"Huft ...."

Kepala desa menghela napas panjang.

Setelah dikonfirmasi oleh tabib, kepala desa pun merasa lega sepenuhnya.

"Terima kasih, Tabib Tobi."

"Aish! Bukan aku yang menyelamatkan Leo." Tabib Tobi melambaikan tangannya, kemudian menatap Arjuna. "Semua berkat pemuda ini."

"Maya, Marvin, Kiara, kemari."

Kepala desa beserta istri, putra, dan menantunya mendatangi Arjuna. Tanpa mengatakan apa-apa, mereka semua berlutut di hadapan Arjuna.

"Jangan begini. Kepala Desa, kamu adalah orang yang lebih tua, Kak Marvin juga lebih tua dariku. Cepat berdiri." Arjuna membungkuk untuk memapah kepala desa.

Kepala desa tampak sudah siap. Ketika Arjuna mencoba membantunya berdiri, dia mengerahkan tenaga untuk diam di tempat.

"Arjuna!"

Kepala desa berkata dengan sungguh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 190

    "Kepala Desa!"Mendengar hal ini, Raditya tidak dapat diam lagi. "Bukan aku yang menyebarkan rumor, tapi Herman yang menyebarkan rumor. Aku hanya ditipu olehnya!""Kamu ditipu olehnya?" Kepala desa menatap Raditya dengan tatapan membara. "Kurasa kamu ingin menggunakan kesempatan ini untuk membunuh Arjuna!""Tidak, tidak!""Ya, kamu menyimpan dendam terhadap Arjuna dan sudah lama ingin membalas dendam.""Benar, beberapa kali ketika situasi sudah tenang, dia langsung menghasut orang lagi."Penduduk desa maju untuk memberikan kesaksian."Arjuna." Orang yang mendatangi Arjuna bernama Pablo, dia adalah kakak sepupu Raditya. "Tadi aku ditipu adik sepupuku sehingga ikut mendobrak pintu bersamanya. Maaf.""Arjuna, Arjuna!"Sebelum Arjuna sempat mengatakan apa-apa, Raditya merangkak ke depannya. "Aku ditipu Herman sehingga khilaf. Tolong maafkan aku, Arjuna."Raditya tidak memiliki banyak kemampuan, tetapi dia mengetahui semua peraturan desa dengan baik.Karena apa yang terjadi hari ini, berdas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 191

    "Shaka, apa yang kamu bicarakan?" Oki dengan pelan menarik Shaka.Namun, Shaka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Setelah Arjuna jatuh ke jurang, dia menjadi bijak. Sayang sekali kalau dia tidak bersekolah.""Kenapa Shaka menyinggung hal ini? Apakah Arjuna bisa mengerti? Bersekolah tidak seperti menjual ikan, mana semudah itu?""Ya, hal tersulit di dunia adalah bersekolah. Kak Marvin telah mengikuti ujian selama bertahun-tahun, tapi dia hanya menduduki peringkat terakhir dalam ujian dua tahun lalu sehingga terpaksa menjadi siswa unggul.""Benar, Kak Marvin masih lulus, aku saja tidak."Para pelajar yang ada di meja aula saling berbisik-bisik. Mereka semua menolak usulan Shaka untuk membiarkan Arjuna bersekolah.Selain itu, meskipun para pelajar tersebut tidak menunjukkannya, mereka memiliki rasa superioritas dalam hati mereka.Arjuna, seorang penjual ikan, tidak layak bersama mereka."Shaka!"Oki menarik Shaka lagi, Shaka menoleh lalu bertanya kepada Oki. "Kenapa, Ayah?""Arjuna i

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 192

    "Baiklah!" Cakra mengangguk. "Arjuna, kalau kamu ingin belajar, datang saja."Cakra tidak memiliki kesombongan khas orang terpelajar. Dia telah mengajar selama bertahun-tahun, caranya dalam melihat orang juga berbeda.Meskipun Arjuna adalah seorang penjual ikan dan mungkin buta huruf, tatapannya penuh dengan kebijaksanaan.Hanya sekali mendengar, dia sudah memahami arti dari "Tidak ada bedanya antara raja, pangeran, jenderal dan menteri".Ketika pertama kali Cakra mengajarkan kalimat ini, beberapa di antara para pelajar itu harus dijelaskan berkali-kali baru mengerti.Cakra sudah setuju untuk menerima Arjuna, maka orang-orang pun tidak akan melarang lagi.Orang-orang yang memikirkan Arjuna mengkhawatirkannya. Takut Arjuna akan ditertawakan di sekolah di kemudian hari.Para pelajar ini berasal dari desa yang sama, jadi mereka mungkin lebih jaga sikap kalau bicara.Namun, pelajar dari desa lain mungkin akan bicara dengan kasar.Para pelajar saling merendahkan satu sama lain. Ketika para

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 193

    Dinda mengambil langkah kecil, dia perlahan mendekati Arjuna.Arjuna mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut Dinda. "Pria sejati menggunakan kata-kata, bukan tinju. Ayo baca beberapa buku bersamaku, lain kali mereka tak akan bisa mengalahkanmu dalam berdebat.""Tapi aku bukan pria sejati, aku ini perempuan.""Perempuan juga tidak boleh." Arjuna hampir tersedak karena marah. Gadis kecil ini cukup pandai membalas ucapan orang lain."Hm, Dinda salah, Tuan." Menyadari bahwa Arjuna benar-benar marah, Dinda menundukkan kepalanya untuk mengakui kesalahan. Setelah itu, dia duduk dengan patuh di samping Arjuna....Pada malam hari, Daisha bertanya pada Arjuna."Tuan, apakah kamu akan mengikuti ujian setelah bersekolah?""Hm ...."Arjuna tidak pernah benar-benar memikirkan pertanyaan ini. Dia bersekolah hanya untuk lebih berintegrasi dengan zaman ini.Melihat Arjuna tidak membalasnya dalam waktu yang lama, Daisha lanjut berujar, "Ujian tidaklah gampang. Kebanyakan orang tidak dapat lulus.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 194

    "Tuan, hari ini ...."Disa tiba-tiba masuk."Aku ...."Disa buru-buru berbalik lalu keluar. Dia juga membawa pergi Dinda yang mengikutinya ke dalam kamar."Ada apa, Kak Disa? Kenapa kamu tidak membiarkanku masuk?""Kamu kotor, mandi dulu baru boleh masuk ke kamar.""Aku sudah mandi, Kak Disa.""Kurang bersih, mandi lagi.""Kak Daisha." Dinda memanggil sosok yang berlari melewatinya. "Kamu mau pergi ke mana?""Aku ... aku mau pergi mandi."Disa ingin memberi ruang bagi Daisha dan Arjuna, tetapi Daisha terlalu malu. Dia tidak punya keberanian untuk melakukannya. Ketika Arjuna berhenti karena diganggu oleh Disa, Daisha mendorong Arjuna kemudian berlari ke luar."Mandi saja lari begitu cepat. Apakah kamu takut aku merebut kamar mandi denganmu?"Melihat Daisha tidak membalasnya, Dinda menggelengkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Disa lagi. "Kak Disa, apakah aku masih harus mandi lagi?""Tidak perlu."Disa sangat kesal. Kalau saja dia tidak terlalu ceroboh ....Aish!Disa memukul kepalanya

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 195

    "Oke." Arjuna mengambil sepotong roti lalu berjalan keluar dari dapur. "Disa, tunggu sebentar. Aku akan mengambil kuas dan tinta di kamar.""Tuan, tidak perlu." Disa menepuk keranjang bambu yang ada di bahunya. "Semua barang yang kamu butuhkan untuk sekolah sudah ada di sini.""Hah?"Arjuna menatap keranjang bambu yang ada di punggung Disa. Benda ini sama seperti yang dilihatnya di film-film dan drama TV.Yaitu benda yang digunakan oleh pemeran utama pria dari film Legenda Siluman Ular Putih."Disa, dari mana kamu mendapatkan benda ini?"Arjuna tidak pernah berpikir untuk bersekolah sebelumnya, jadi meski dia pergi ke toko buku berkali-kali, dia tidak pernah berpikir untuk membeli benda ini."Tuan, benda ini namanya keranjang bambu."Keranjang bambu biasanya terbuat dari bambu. Benda ini adalah alat yang digunakan oleh para pelajar untuk membawa buku, kuas, tinta dan lain-lain. Mirip dengan tas sekolah di zaman modern.Daisha keluar dari ruang stok makanan sambil menenteng sebuah keran

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 196

    "Dinda berlari begitu cepat, sudah bertambah tinggi lagi ya?" Arjuna menatap Dinda yang berlari ke arahnya dengan penuh kasih sayang."Ya." Disa mengangguk sambil melihat dari samping. "Dinda sekarang sudah sepinggang Tuan.""Hm, aku juga merasa begitu."Arjuna dan Disa mengatakan bahwa dirinya bertambah tinggi, Dinda pun tersenyum dengan gembira.Di tengah perjalanan, Dinda yang tadinya tidak bisa diam tiba-tiba berkata, "Hari ini aku menemukan bahwa meski Tuan biasanya sangat hebat, dia takut pada Kak Daisha.""Dinda, diam!" teriak Disa untuk menghentikan Dinda.Dinda terkejut oleh teriakan Disa sehingga tubuhnya gemetar, dia tiba-tiba tersadar.Ya, bagaimana dia bisa lupa bahwa mengatakan pria takut pada istri merupakan hal yang tabu?"Disa, jangan menakuti Dinda." Arjuna segera berujar, "Dinda benar, aku memang takut pada Daisha.""Ayo kita cepat berangkat." Arjuna mendesak kedua saudari yang tercengang itu. "Kalau kita tidak jalan sekarang, nanti akan terlambat. Setelah kita pulan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 197

    "Arjuna." Marvin menatap Arjuna dengan bingung. "Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Bukankah kamu selalu tinggal di sini?""Oh!" Arjuna menggaruk kepalanya. "Kak Marvin, bukankah kemarin Raditya dan yang lainnya mengatakan bahwa aku telah berubah? Mereka benar, aku memang telah berubah. Aku tidak mengingat banyak kejadian masa lalu."Saat berbicara, Arjuna berpura-pura sedih. "Bukan hanya melupakan masa lalu, aku juga lupa seperti apa diriku dulu.""Begini ... bagus juga." Marvin menepuk lengan Arjuna. "Melupakan masa lalu sendiri juga bagus."Arjuna yang dulu sama sekali tidak seperti manusia."Aku mendengar dari ayahku bahwa anak laki-laki yang lahir di generasi kita mulai berkurang, terutama beberapa tahun terakhir. Karena itu ...."Marvin menunjuk istri-istri muda yang menunggu suami mereka di luar sekolah di tengah angin dingin. "Pemerintah mengalokasikan perempuan untuk kita dan memberi kita hadiah kalau kita melahirkan anak laki-laki.""Aku sudah tahu semua ini sekarang. Ap

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 428

    Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 427

    "Mereka benar-benar membawa karung pasir. Mereka bersusah payah menyerang kita di malam hari hanya untuk membunuh kita dengan karung pasir?" kata pemimpin ketiga, Kera, sambil berusaha menahan tawa."Haha!" Pemimpin kelima, Rajo, tidak dapat menahan tawanya. "Aish, kita begitu rapuh hingga tak bisa menahan serangan satu karung pasir.""Buka gerbang!" teriak Kera. "Aku akan keluar, lalu memenggal kepala mereka untuk kita jadikan bola kaki.""Kera, tunggu." Galih buru-buru menghentikannya. "Ini jelas tidak sesederhana itu.""Tuan Galih, bukankah kamu terlalu waspada? Tadi kita sudah melihat dengan jelas, orangnya hanya sekitar seratus. Dan mereka tampak seperti pemuda yang kurang berpengalaman dalam pertempuran. Masing-masing menggantung ....""Sudah padam. Mereka sudah memadamkan obornya."Sebelum Kera menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah teriakan kaget."Memangnya kenapa kalau dia memadamkan obor? Siapa yang akan ikut denganku untuk menangkapnya hidup ....""Krek ....""Krek, krek,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 426

    "Serangan malam?" Galih adalah orang pertama yang berdiri. "Berapa banyak orang yang datang?""Aku tidak melihat dengan jelas, sepertinya ...." Prajurit itu memiringkan kepalanya, wajahnya bertaut. "Hanya ada seratus orang, tapi juga seperti lebih dari itu. Lebih seperti lima atau enam ratus orang, bahkan lebih, mungkin seribu ke atas.""Buk!"Mangkuk anggur mengenai prajurit tersebut."Berengsek!" maki Naga Bermata Satu. "Ada berapa orang pun tidak bisa melihat dengan jelas? Dasar bajingan tak berguna!"Mereka telah berakar di Gunung Magmora selama hampir sepuluh tahun dan mengalami banyak sekali operasi penumpasan bandit.Dari puluhan perwira dan prajurit hingga ribuan perwira dan prajurit.Serangan malam hari, serangan siang hari, hujan anak panah, bahkan serangan api. Mereka sudah pernah mengalami berbagai waktu dan cara penyerangan.Sekarang anak buahnya memberitahunya bahwa mungkin ada seratus, lima atau enam ratus, bahkan ribuan orang. Apa-apaan itu?! Memangnya Arjuna bisa sihir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 425

    Sekarang, Arjuna adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai. Dia adalah seorang pelajar yang mulia, juga orang terkaya di Kabupaten Damai.Dalam persepsi mereka dulu, orang-orang seperti itu adalah orang yang angkuh dan berkuasa. Alih-alih bekerja dengan mereka, orang-orang berkuasa itu bahkan tidak mau memandang mereka."Kendi pasir dan karung pasir. Apakah dunia itu benar-benar melawan bandit dengan menggunakan benda-benda ini? Kamu tidak bercanda, 'kan?" Tamael mulai bergumam lagi."Kak Tamael." Arjuna yang tengah duduk di bangku kecil sambil mengisi karung pasir berkata sambil tersenyum. "Daripada bergumam di sana, kenapa kamu tidak mengisi karung pasir bersama kami?"Ketika karung pasir hampir siap, Arjuna meminta Tamael untuk menemui Eshan. Dia ingin meminjam tempat latihan kuda."Uh ...."Setelah Eshan menyelesaikan tugasnya hari ini, dia bergegas ke peternakan pelatihan kuda. Pagi ini, Arjuna meminta Tamael untuk menyampaikan peminjaman peternakan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 423

    "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa menembak mati Naga Bermata Satu?" Disa membuka matanya lebar-lebar, menatap Arjuna dengan naif.Dari tiga Alsava bersaudari, Disa adalah yang paling pemarah, tetapi dia juga yang paling sederhana pikirannya."Kamu diam saja di sisiku. Ketika aku menyuruhmu serang, kamu baru serang.""Hm." Disa mengangguk patuh. "Tuan, apakah masih ada urusan lain?""Tidak ada lagi.""Kalau begitu aku akan lanjut latihan memanah.""Aish ...."Melihat punggung tinggi Disa, Arjuna merasa tidak berdaya.Bukankah tadi dia sudah menyuruh Disa untuk berhenti berlatih? Kenapa gadis ini melupakannya setelah mereka bicara sejenak?"Tuan."Pembantu bernama Peony berjalan mendekati Arjuna, kemudian membungkukkan badannya untuk memberi hormat."Hm." Arjuna mengangguk, lalu memberi isyarat kepadanya untuk berdiri."Air panas sudah disiapkan untuk Tuan, silakan pergi mandi.""Oke."Hari ini banyak kerjaan, Arjuna memang belum mandi dengan baik."Semuanya, keluarlah." Setelah ma

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 422

    "Seratus orang?"Suara Eshan begitu keras hingga Arjuna merasakan gendang telinganya bergetar.Arjuna mengulas senyum. "Ya. Satu orang seratus sen per hari, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar.""Arjuna, aku tahu kamu sangat pintar, tapi ini bukan saatnya bercanda." Wajah Eshan tampak muram.Arjuna pun berhenti tersenyum. "Yang Mulia, aku tidak bercanda, seratus orang sudah cukup."Tamael pernah menggambar peta topografi Gunung Magmora untuk Arjuna.Hanya ada satu jalan setapak yang lebarnya kurang dari sepuluh meter yang mengarah ke gunung. Di beberapa tempat sempit, lebarnya bahkan kurang dari lima meter. Sisanya berupa tebing curam.Jika seribu orang yang pergi, maka banyak dari mereka mungkin akan mati sebelum perang.Kerugian sebelum perang merupakan hal yang tabu dalam strategi militer.Arjuna pergi ke Restoran Kebon Sirih untuk memilih seratus orang.Seratus dari seribu orang, seharusnya dapat memilih beberapa orang yang sangat kuat.Alhasil, membuat Arjuna agak kec

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 421

    Galih tidak memiliki kekuatan militer, tetapi dia jauh lebih berwibawa daripada Naga Bermata Satu. Begitu dia berbicara, Kera dan Rajo segera terdiam."Kita tidak boleh menganggap remeh Arjuna kali ini. Jangan biarkan dia naik gunung. Begitu dia muncul, kita harus segera membunuhnya," kata Galih."Bahkan Komandan Kota Perai sendiri yang memimpin pasukannya ke sini, tidak dapat menerobos gerbang gunung kita. Apa yang perlu ditakuti dari seorang pelajar?""Benar sekali. Kalau ini sampai tersebar, orang-orang akan menertawakan kita. Seorang pelajar saja bisa membuat kita takut seperti ini. Siapa yang akan takut pada kita kelak?"Kera dan Rajo yang tadinya berdebat sengit, kini berbisik-bisik dengan kompak."Galih, bukankah kamu sudah terlalu waspada?" Naga Bermata Satu juga mengajukan keberatan."Bos, aku pernah melihat Arjuna di Kabupaten Damai. Dia jelas bukan orang bodoh. Dia bahkan bisa menghindari anak panah Rizal."Wajah Galih tampak serius. Jika Eshan yang datang, dia sama sekali t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 420

    "Untuk apa kamu meminta begitu banyak kendi anggur? Untuk memberanikan diri?"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Tamael mulai mengoceh lagi. "Tidak bisa mengalahkan bandit-bandit itu, maka tidak bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli berapa banyak alkohol yang kamu minum, itu tidak ada gunanya.""Aish ...." Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kak Tamael, usiamu baru 25 atau 26 tahun, tapi kamu sudah memasuki masa menopause dini? Kamu cerewet sekali, seperti ibuku.""Apa itu menopause? Aku mirip ibumu? Siapa ibumu?" Tamael punya kebiasaan untuk menanyakan segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya."Dia adalah orang yang sangat penting bagiku, tapi dia seperti pembantu senior di rumahmu yang suka mengomel sepanjang hari." Setelah berkata demikian, Arjuna berkata dalam hati. 'Ibu, maafkan aku. Ibu adalah ibu terbaik bagiku. Walaupun Ibu cerewet, aku tetap menyayangi Ibu.'"Arjuna, apa maksudmu? Aku seperti wanita tua? Bukankah ini karena aku mengkhawatirkanmu? Kamu ....""Kak Tamael, Kak Tamael,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status