Share

Bab 183

Author: Abimana
"Hen ... hentikan dia!"

Marvin berlari terhuyung-huyung sambil memegang perutnya. Dia hanyalah seorang pelajar yang lemah. Arjuna hanya menendangnya sekali, sekarang dia sangat kesakitan hingga berkeringat dingin.

Banyak orang bergegas maju untuk menghentikan Arjuna, tetapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Banyak orang bahkan tidak tahu bagaimana Arjuna melewati mereka.

Dia sangat lincah.

Dalam sekejap mata, Arjuna sudah menggendong Leo berlari keluar rumah kepala desa.

Dia kebetulan bertemu dengan Daisha dan Dinda yang datang dari rumah.

"Tuan?"

"Daisha, cepat lari. Segera pulang, kemudian panaskan tungku."

Arjuna tidak berhenti. Dia hanya meninggalkan kalimat tersebut, kemudian dia lanjut berlari sambil menggendong Leo di punggungnya.

"Oh, oke, oke!"

Daisha tidak tahu apa yang akan dilakukan Arjuna. Dia tidak bertanya karena dia memercayai pria tersebut.

Selama ini, Arjuna sering melakukan hal-hal yang menurut mereka di luar nalar. Namun, hasilnya selalu baik.

Arjuna terus berlar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 184

    "Jangan! Raditya, cepat lepaskan adikku!""Raditya, aku peringatkan, jangan main-main!"Disa dan Magano berbicara pada saat yang sama."Kalau begitu, cepat minta Arjuna untuk membawa Leo kembali!""Aku di sini!"Suara Arjuna terdengar dari belakang Disa dan Magano.Arjuna berdiri tidak jauh di belakang Disa dan Magano. Leo, yang awalnya digendong di pundaknya, kini digendong di depan dadanya.Lima puluhan meter di belakang Arjuna adalah sekelompok penduduk desa yang berlari dengan terengah-engah."Begini, dong!"Raditya mencengkeram erat pisau dapur yang menempel pada leher Daisha. "Berikan Leo kepadaku, maka aku akan melepaskan Daisha. Kalau tidak ...."Pisau di tangan Raditya menancap lebih dalam ke leher Daisha, darah kembali mengalir keluar dari leher putih Daisha.Alis Daisha bertaut, dia mengepalkan lalu membuka kepalan tangannya.Bisa dilihat bahwa dia benar-benar kesakitan, tetapi dia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara kesakitan."Cepat!" teriak Raditya pada Arjuna.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 185

    Arjuna adalah seorang prajurit yang pernah ikut berperang. Dia pernah melihat seseorang hancur berkeping-keping di depannya, apalagi pemandangan seperti ini.Ketika Arjuna memberikan Leo napas buatan, teriakan Kiara terdengar dari jendela."Dia! Astaga!"Kiara sangat terkejut sehingga dia berteriak, lalu pingsan.Kiara pingsan, lantas sekelompok orang berkerumun di luar jendela.Mereka melihat Arjuna tidak hanya mencium mulut Leo, tetapi juga menekan dadanya dengan keras."Oh, sungguh menjijikkan! Dia mungkin berpikir Leo mati kurang cepat!""Gawat! Gawat!" Wajah Herman menunjukkan kengerian."Aku yakin Arjuna yang kalian lihat sekarang bukan Arjuna lagi. Dia telah dirasuki oleh roh jahat. Sekarang roh jahat sedang menyerap esensi Leo."Perkataan Herman membuat semua orang takut.Warga desa yang awalnya masih aktif menggedor-gedor pintu pun perlahan melangkah mundur ke halaman."Kamu bicara sembarangan. Dia adalah tuan kami, bukan roh jahat."Alsava bersaudari juga sangat cemas."Tuan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 186

    "Benar sekali."Disa takut Kiara tidak memercayainya, jadi dia berulang kali meyakinkannya. "Tuanku tidak akan berbohong padamu. Lagi pula, apa untungnya dia berbohong padamu? Coba pikirkan, kalau dia mencelakai Leo di depan begitu banyak orang, apakah dia tidak takut dijadikan sebagai korban persembahan?"Tubuh Kiara yang tegang pun sedikit rileks.Disa memanfaatkan situasi tersebut untuk melanjutkan. "Di rumahmu tadi, tabib juga tak bisa berbuat apa-apa, 'kan? Kalau begitu kenapa tidak biarkan tuanku mencoba? Lagi pula, ada banyak orang yang mengepung tempat ini, tuanku tidak akan bisa kabur juga."Kiara menatap Marvin, sedangkan Marvin menatap kepala desa.Kepala desa tetap diam, karena apa yang dikatakan Disa masuk akal. Arjuna tidak punya alasan untuk melakukan itu.Orang yang telah mengalami banyak pengalaman hidup tidak begitu percaya takhayul. Mengenai roh jahat, kepala desa hanya setengah percaya."Cih!" Herman mencibir. "Menyelamatkan orang? Bagaimana mungkin? Kurasa dia hany

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 187

    "Apakah kamu mendengarnya?""Suara tangisan anak kecil, kamu mendengarnya juga?""Hm, anak siapa yang ketakutan? Roh jahat ada di sini, siapa yang begitu ceroboh hingga membiarkan anaknya datang ke sini? Apakah mereka tidak takut roh jahat akan membawa pergi anaknya juga?""Tidak, suara tangisan itu sepertinya berasal dari ...." Seseorang menunjuk kamar Arjuna. "Dari sana.""Bagaimana mungkin? Leo saja ....""Hua!"Terdengar lagi tangisan anak kecil."Leo!" Tubuh Kiara yang awalnya lemah tiba-tiba berdiri tegak. Dia mencondongkan tubuh ke depan, menajamkan pendengarannya."Ah, itu Leo!" Kiara bergegas ke dekat jendela.Arjuna baru saja menggendong Leo yang baru siuman di dalam kamar."Hua, hua, hua!"Leo menangis makin keras sambil melambaikan kaki-kaki kecilnya.Itu adalah perilaku setelah merasa ketakutan."Sudah, sudah, Kakak akan membawamu pergi mencari ibumu," hibur Arjuna sambil menepuk punggung Leo, kemudian dia berjalan menuju luar.Alhasil, makin jauh Arjuna berjalan, makin ke

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 188

    "Siapa yang tadi mau mendobrak pintu rumahku?"Tatapan mata Arjuna tampak acuh tak acuh, suaranya pun datar. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menanggapi."Leo!"Kiara berlari ke arah Arjuna dengan terkejut bercampur gembira."Kak Kiara." Disa menarik Kiara kembali. "Sebaiknya kamu bersihkan wajahmu. Kalau kamu mendekat seperti ini, Leo akan takut.""Ya, ya." Kiara mengangguk berulang kali. "Kamu benar, Disa.""Leo!"Kepala desa, Maya dan Marvin pun berlari ke hadapan Arjuna.Ketika jaraknya kurang dari satu meter, mereka berhenti lagi, tidak berani bergerak maju. Mereka tidak berani percaya dan merasa bahwa ini hanya ilusi mereka."Leo." Arjuna menggoyangkan tubuh kecil lelaki itu, lalu menoleh ke arah kepala desa dan yang lainnya. "Lihat, itu siapa?""Ne ... Nenek ...."Leo, yang belum lancar berbicara, memanggil Maya dengan tidak jelas sambil memakan permen."Aish!" Maya menangis saking gembiranya. "Ini Nenek, ini Nenek.""Sini!" Maya mendekat dengan gembira. "Nenek gen

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 189

    Tabib tua ini masih merasa tidak nyaman saat memikirkan adegan Arjuna menyembuhkan Leo."Tabib Tobi." Kepala desa sedikit khawatir. "Cucuku ....""Bagus sekali, denyut nadinya stabil dan kuat. Anak ini dalam keadaan baik, sangat baik.""Huft ...."Kepala desa menghela napas panjang.Setelah dikonfirmasi oleh tabib, kepala desa pun merasa lega sepenuhnya."Terima kasih, Tabib Tobi.""Aish! Bukan aku yang menyelamatkan Leo." Tabib Tobi melambaikan tangannya, kemudian menatap Arjuna. "Semua berkat pemuda ini.""Maya, Marvin, Kiara, kemari."Kepala desa beserta istri, putra, dan menantunya mendatangi Arjuna. Tanpa mengatakan apa-apa, mereka semua berlutut di hadapan Arjuna."Jangan begini. Kepala Desa, kamu adalah orang yang lebih tua, Kak Marvin juga lebih tua dariku. Cepat berdiri." Arjuna membungkuk untuk memapah kepala desa.Kepala desa tampak sudah siap. Ketika Arjuna mencoba membantunya berdiri, dia mengerahkan tenaga untuk diam di tempat."Arjuna!"Kepala desa berkata dengan sungguh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 190

    "Kepala Desa!"Mendengar hal ini, Raditya tidak dapat diam lagi. "Bukan aku yang menyebarkan rumor, tapi Herman yang menyebarkan rumor. Aku hanya ditipu olehnya!""Kamu ditipu olehnya?" Kepala desa menatap Raditya dengan tatapan membara. "Kurasa kamu ingin menggunakan kesempatan ini untuk membunuh Arjuna!""Tidak, tidak!""Ya, kamu menyimpan dendam terhadap Arjuna dan sudah lama ingin membalas dendam.""Benar, beberapa kali ketika situasi sudah tenang, dia langsung menghasut orang lagi."Penduduk desa maju untuk memberikan kesaksian."Arjuna." Orang yang mendatangi Arjuna bernama Pablo, dia adalah kakak sepupu Raditya. "Tadi aku ditipu adik sepupuku sehingga ikut mendobrak pintu bersamanya. Maaf.""Arjuna, Arjuna!"Sebelum Arjuna sempat mengatakan apa-apa, Raditya merangkak ke depannya. "Aku ditipu Herman sehingga khilaf. Tolong maafkan aku, Arjuna."Raditya tidak memiliki banyak kemampuan, tetapi dia mengetahui semua peraturan desa dengan baik.Karena apa yang terjadi hari ini, berdas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 191

    "Shaka, apa yang kamu bicarakan?" Oki dengan pelan menarik Shaka.Namun, Shaka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Setelah Arjuna jatuh ke jurang, dia menjadi bijak. Sayang sekali kalau dia tidak bersekolah.""Kenapa Shaka menyinggung hal ini? Apakah Arjuna bisa mengerti? Bersekolah tidak seperti menjual ikan, mana semudah itu?""Ya, hal tersulit di dunia adalah bersekolah. Kak Marvin telah mengikuti ujian selama bertahun-tahun, tapi dia hanya menduduki peringkat terakhir dalam ujian dua tahun lalu sehingga terpaksa menjadi siswa unggul.""Benar, Kak Marvin masih lulus, aku saja tidak."Para pelajar yang ada di meja aula saling berbisik-bisik. Mereka semua menolak usulan Shaka untuk membiarkan Arjuna bersekolah.Selain itu, meskipun para pelajar tersebut tidak menunjukkannya, mereka memiliki rasa superioritas dalam hati mereka.Arjuna, seorang penjual ikan, tidak layak bersama mereka."Shaka!"Oki menarik Shaka lagi, Shaka menoleh lalu bertanya kepada Oki. "Kenapa, Ayah?""Arjuna i

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 428

    Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 427

    "Mereka benar-benar membawa karung pasir. Mereka bersusah payah menyerang kita di malam hari hanya untuk membunuh kita dengan karung pasir?" kata pemimpin ketiga, Kera, sambil berusaha menahan tawa."Haha!" Pemimpin kelima, Rajo, tidak dapat menahan tawanya. "Aish, kita begitu rapuh hingga tak bisa menahan serangan satu karung pasir.""Buka gerbang!" teriak Kera. "Aku akan keluar, lalu memenggal kepala mereka untuk kita jadikan bola kaki.""Kera, tunggu." Galih buru-buru menghentikannya. "Ini jelas tidak sesederhana itu.""Tuan Galih, bukankah kamu terlalu waspada? Tadi kita sudah melihat dengan jelas, orangnya hanya sekitar seratus. Dan mereka tampak seperti pemuda yang kurang berpengalaman dalam pertempuran. Masing-masing menggantung ....""Sudah padam. Mereka sudah memadamkan obornya."Sebelum Kera menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah teriakan kaget."Memangnya kenapa kalau dia memadamkan obor? Siapa yang akan ikut denganku untuk menangkapnya hidup ....""Krek ....""Krek, krek,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 426

    "Serangan malam?" Galih adalah orang pertama yang berdiri. "Berapa banyak orang yang datang?""Aku tidak melihat dengan jelas, sepertinya ...." Prajurit itu memiringkan kepalanya, wajahnya bertaut. "Hanya ada seratus orang, tapi juga seperti lebih dari itu. Lebih seperti lima atau enam ratus orang, bahkan lebih, mungkin seribu ke atas.""Buk!"Mangkuk anggur mengenai prajurit tersebut."Berengsek!" maki Naga Bermata Satu. "Ada berapa orang pun tidak bisa melihat dengan jelas? Dasar bajingan tak berguna!"Mereka telah berakar di Gunung Magmora selama hampir sepuluh tahun dan mengalami banyak sekali operasi penumpasan bandit.Dari puluhan perwira dan prajurit hingga ribuan perwira dan prajurit.Serangan malam hari, serangan siang hari, hujan anak panah, bahkan serangan api. Mereka sudah pernah mengalami berbagai waktu dan cara penyerangan.Sekarang anak buahnya memberitahunya bahwa mungkin ada seratus, lima atau enam ratus, bahkan ribuan orang. Apa-apaan itu?! Memangnya Arjuna bisa sihir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 425

    Sekarang, Arjuna adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai. Dia adalah seorang pelajar yang mulia, juga orang terkaya di Kabupaten Damai.Dalam persepsi mereka dulu, orang-orang seperti itu adalah orang yang angkuh dan berkuasa. Alih-alih bekerja dengan mereka, orang-orang berkuasa itu bahkan tidak mau memandang mereka."Kendi pasir dan karung pasir. Apakah dunia itu benar-benar melawan bandit dengan menggunakan benda-benda ini? Kamu tidak bercanda, 'kan?" Tamael mulai bergumam lagi."Kak Tamael." Arjuna yang tengah duduk di bangku kecil sambil mengisi karung pasir berkata sambil tersenyum. "Daripada bergumam di sana, kenapa kamu tidak mengisi karung pasir bersama kami?"Ketika karung pasir hampir siap, Arjuna meminta Tamael untuk menemui Eshan. Dia ingin meminjam tempat latihan kuda."Uh ...."Setelah Eshan menyelesaikan tugasnya hari ini, dia bergegas ke peternakan pelatihan kuda. Pagi ini, Arjuna meminta Tamael untuk menyampaikan peminjaman peternakan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 423

    "Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa menembak mati Naga Bermata Satu?" Disa membuka matanya lebar-lebar, menatap Arjuna dengan naif.Dari tiga Alsava bersaudari, Disa adalah yang paling pemarah, tetapi dia juga yang paling sederhana pikirannya."Kamu diam saja di sisiku. Ketika aku menyuruhmu serang, kamu baru serang.""Hm." Disa mengangguk patuh. "Tuan, apakah masih ada urusan lain?""Tidak ada lagi.""Kalau begitu aku akan lanjut latihan memanah.""Aish ...."Melihat punggung tinggi Disa, Arjuna merasa tidak berdaya.Bukankah tadi dia sudah menyuruh Disa untuk berhenti berlatih? Kenapa gadis ini melupakannya setelah mereka bicara sejenak?"Tuan."Pembantu bernama Peony berjalan mendekati Arjuna, kemudian membungkukkan badannya untuk memberi hormat."Hm." Arjuna mengangguk, lalu memberi isyarat kepadanya untuk berdiri."Air panas sudah disiapkan untuk Tuan, silakan pergi mandi.""Oke."Hari ini banyak kerjaan, Arjuna memang belum mandi dengan baik."Semuanya, keluarlah." Setelah ma

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 422

    "Seratus orang?"Suara Eshan begitu keras hingga Arjuna merasakan gendang telinganya bergetar.Arjuna mengulas senyum. "Ya. Satu orang seratus sen per hari, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar.""Arjuna, aku tahu kamu sangat pintar, tapi ini bukan saatnya bercanda." Wajah Eshan tampak muram.Arjuna pun berhenti tersenyum. "Yang Mulia, aku tidak bercanda, seratus orang sudah cukup."Tamael pernah menggambar peta topografi Gunung Magmora untuk Arjuna.Hanya ada satu jalan setapak yang lebarnya kurang dari sepuluh meter yang mengarah ke gunung. Di beberapa tempat sempit, lebarnya bahkan kurang dari lima meter. Sisanya berupa tebing curam.Jika seribu orang yang pergi, maka banyak dari mereka mungkin akan mati sebelum perang.Kerugian sebelum perang merupakan hal yang tabu dalam strategi militer.Arjuna pergi ke Restoran Kebon Sirih untuk memilih seratus orang.Seratus dari seribu orang, seharusnya dapat memilih beberapa orang yang sangat kuat.Alhasil, membuat Arjuna agak kec

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 421

    Galih tidak memiliki kekuatan militer, tetapi dia jauh lebih berwibawa daripada Naga Bermata Satu. Begitu dia berbicara, Kera dan Rajo segera terdiam."Kita tidak boleh menganggap remeh Arjuna kali ini. Jangan biarkan dia naik gunung. Begitu dia muncul, kita harus segera membunuhnya," kata Galih."Bahkan Komandan Kota Perai sendiri yang memimpin pasukannya ke sini, tidak dapat menerobos gerbang gunung kita. Apa yang perlu ditakuti dari seorang pelajar?""Benar sekali. Kalau ini sampai tersebar, orang-orang akan menertawakan kita. Seorang pelajar saja bisa membuat kita takut seperti ini. Siapa yang akan takut pada kita kelak?"Kera dan Rajo yang tadinya berdebat sengit, kini berbisik-bisik dengan kompak."Galih, bukankah kamu sudah terlalu waspada?" Naga Bermata Satu juga mengajukan keberatan."Bos, aku pernah melihat Arjuna di Kabupaten Damai. Dia jelas bukan orang bodoh. Dia bahkan bisa menghindari anak panah Rizal."Wajah Galih tampak serius. Jika Eshan yang datang, dia sama sekali t

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 420

    "Untuk apa kamu meminta begitu banyak kendi anggur? Untuk memberanikan diri?"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Tamael mulai mengoceh lagi. "Tidak bisa mengalahkan bandit-bandit itu, maka tidak bisa mengalahkan mereka. Tidak peduli berapa banyak alkohol yang kamu minum, itu tidak ada gunanya.""Aish ...." Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kak Tamael, usiamu baru 25 atau 26 tahun, tapi kamu sudah memasuki masa menopause dini? Kamu cerewet sekali, seperti ibuku.""Apa itu menopause? Aku mirip ibumu? Siapa ibumu?" Tamael punya kebiasaan untuk menanyakan segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya."Dia adalah orang yang sangat penting bagiku, tapi dia seperti pembantu senior di rumahmu yang suka mengomel sepanjang hari." Setelah berkata demikian, Arjuna berkata dalam hati. 'Ibu, maafkan aku. Ibu adalah ibu terbaik bagiku. Walaupun Ibu cerewet, aku tetap menyayangi Ibu.'"Arjuna, apa maksudmu? Aku seperti wanita tua? Bukankah ini karena aku mengkhawatirkanmu? Kamu ....""Kak Tamael, Kak Tamael,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status