Share

Bab 178

Penulis: Abimana
Meskipun Shaka belum menjadi siswa unggul, dia mulai sekolah dasar pada usia enam belas tahun dan sempat berhenti selama satu tahun tahun lalu. Artinya, dia baru berada di sekolah selama dua tahun. Normal jika dia belum lulus ujian.

Selain itu, Cakra memberi tahu Oki bahwa puisi dan prosa Shaka telah mengalami kemajuan pesat dalam kurun waktu terakhir. Dengan standar Shaka saat ini, tidak jadi masalah baginya untuk lulus ujian menjadi siswa unggul.

Kepala desa adalah orang tua berpengalaman, bagaimana mungkin dia tidak tahu maksud Oki? Namun, kecerdasan emosi kepala desa lebih tinggi dari Oki.

Hari ini adalah acara Arjuna, jadi kepala desa akan menghormati Oki.

"Kak Oki, kamulah orang yang paling beruntung. Untuk bidang sastra ada Shaka, untuk bidang bisnis ada Arjuna."

"Aish, itu bukan apa-apa, masih tak bisa dibandingkan dengan Anda."

Oki berbicara dengan rendah hati tetapi dalam hati merasa bangga. Pandangannya tertuju pada meja di sebelah kanan.

Orang yang duduk di meja itu adalah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 179

    "Kiara, apa yang kamu lakukan?"Marvin bergegas keluar, kemudian dia berteriak pada Kiara. "Apakah kamu tidak melihat sedang ada acara di sini? Kenapa kamu berteriak-teriak?"Arjuna mengadakan pesta perayaan rumah baru, istri Marvin malah tiba-tiba berlari masuk sambil berteriak dan menangis. Sungguh tidak sopan.Sama sekali tidak menjaga citra.Ketika Kiara bergegas masuk, jepit rambutnya sudah terlepas, rambutnya acak-acakan seperti wanita gila."Tuan, Leo ... Leo kita ... dia ...."Wajah Kiara pucat, ekspresinya ketakutan dan panik, ucapannya tidak jelas. Dia tidak dapat melanjutkan kalimatnya."Dia kenapa? Leo kenapa? Katakanlah!" marah Marvin dengan alis bertaut.Ada begitu banyak orang yang menonton. Keluarganya benar-benar tidak sopan hari ini. Bagaimana penduduk desa akan memandangnya kelak?"Marvin, kenapa kamu meneriakinya?"Melihat Kiara dalam kondisi seperti ini, kepala desa pun berdiri untuk memarahi Marvin. Karena sudah berpengalaman, dia merasa bahwa sesuatu pasti telah

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 180

    "Tabib, tolong cepat periksa cucuku."Istri kepala desa, Maya, langsung menggendong cucunya ke hadapan tabib.Kiara, yang berada di samping Maya, menangkupkan kedua tangannya sambil terus memohon. "Tabib, tolong selamatkan anakku. Tolong, tolong.""Jangan cemas dulu, biar aku lihat anaknya."Tabib mengambil anak itu dari pelukan Maya seraya berkata pada Marvin. "Cepat ambilkan beberapa tungku."Pada cuaca dingin, manusia rentan mengalami hipotermia setelah jatuh ke air. Jadi, menjaga kehangatan adalah langkah pertama.Tabib menggendong Leo ke kamar tidur. Setelah Marvin membawakan tungku, dokter memintanya untuk menutup pintu.Kepala desa tidak ikut masuk. Dia menunggu di ruang tamu. Meskipun dia duduk dengan sangat tegak, orang-orang dengan penglihatan yang baik dapat melihat butiran keringat halus di dahi kepala desa.Orang-orang yang berkumpul di luar rumah kepala desa berbincang-bincang."Aish!" Herman menggelengkan kepalanya. "Kurasa Leo sulit diselamatkan.""Herman, lebih baik ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 181

    "Menghadap rumah Arjuna, 'kan."Suara Herman terdengar acuh tak acuh dan puas.Herman tidak punya dendam besar terhadap Arjuna. Akan tetapi, setelah Arjuna menjadi kaya, alih-alih membantunya menjadi kaya, Arjuna mengabaikannya.Ketika kepala desa memiliki cucu, mereka bahkan mengundang Herman dan menjamunya dengan makanan dan minuman lezat. Bisa-bisanya Arjuna tidak mengundang Herman ke pesta perayaan pindah rumahnya.Herman merasa tidak senang, jadi dia ingin mencari masalah dengan Arjuna.Dia tidak tahu apakah ada roh jahat di dunia Hanya saja hari itu Citra dan Naura mengatakan bahwa Arjuna berubah setelah dia jatuh ke jurang.Herman merasa bahwa dia bisa memanfaatkan kejadian ini, jadi dia mulai mengarang cerita.Citra mengangguk penuh semangat. "Benar, benar, menghadap ke rumahnya.""Aish!" Citra tampak sedih. "Aku sering menggendong Leo. Dia biasanya cukup patuh, tidak akan berlari sembarangan, kenapa hari ini dia menjadi nakal?""Tampaknya roh jahat benar-benar bereaksi.""Kala

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 182

    "Leo, Leo, cepat sadar!""Leo, jangan menakuti Ibu.""Leo, kalau kamu tidak mau buka mata, bernapaslah saja. Selama kamu baik-baik saja, Nenek bersedia mengurangi nyawa Nenek sebanyak sepuluh tahun."Di dalam kamar, tangisan Maya dan Kiara makin keras, makin menyayat hati.Arjuna berjinjit. Melalui jendela yang setengah terbuka, dia melihat tabib itu sedang memegang jarum perak. Sang tabib dengan panik memberikan suntikan pada Leo.Astaga!Arjuna mengerutkan kening dengan cemas.Leo tenggelam, bukan menderita penyakit lain. Bagaimana bisa tabib menolongnya dengan melakukan akupunktur?"Kepala Desa, tak bisa ditunggu lebih lama lagi. Cepat izinkan aku masuk. Tabib itu tidak bisa menyelamatkan Leo."Tanpa memedulikan hal lain, Arjuna mendorong kepala desa ke samping, kemudian dia bergegas masuk."Jangan biarkan dia masuk!" Herman segera berteriak, "Roh Leo pasti belum meninggalkan tubuhnya. Selama Arjuna tidak dapat mengambil roh Leo, roh jahat akan marah pada Arjuna, maka Leo masih bisa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 183

    "Hen ... hentikan dia!"Marvin berlari terhuyung-huyung sambil memegang perutnya. Dia hanyalah seorang pelajar yang lemah. Arjuna hanya menendangnya sekali, sekarang dia sangat kesakitan hingga berkeringat dingin.Banyak orang bergegas maju untuk menghentikan Arjuna, tetapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Banyak orang bahkan tidak tahu bagaimana Arjuna melewati mereka.Dia sangat lincah.Dalam sekejap mata, Arjuna sudah menggendong Leo berlari keluar rumah kepala desa.Dia kebetulan bertemu dengan Daisha dan Dinda yang datang dari rumah."Tuan?""Daisha, cepat lari. Segera pulang, kemudian panaskan tungku."Arjuna tidak berhenti. Dia hanya meninggalkan kalimat tersebut, kemudian dia lanjut berlari sambil menggendong Leo di punggungnya."Oh, oke, oke!"Daisha tidak tahu apa yang akan dilakukan Arjuna. Dia tidak bertanya karena dia memercayai pria tersebut.Selama ini, Arjuna sering melakukan hal-hal yang menurut mereka di luar nalar. Namun, hasilnya selalu baik.Arjuna terus berlar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 184

    "Jangan! Raditya, cepat lepaskan adikku!""Raditya, aku peringatkan, jangan main-main!"Disa dan Magano berbicara pada saat yang sama."Kalau begitu, cepat minta Arjuna untuk membawa Leo kembali!""Aku di sini!"Suara Arjuna terdengar dari belakang Disa dan Magano.Arjuna berdiri tidak jauh di belakang Disa dan Magano. Leo, yang awalnya digendong di pundaknya, kini digendong di depan dadanya.Lima puluhan meter di belakang Arjuna adalah sekelompok penduduk desa yang berlari dengan terengah-engah."Begini, dong!"Raditya mencengkeram erat pisau dapur yang menempel pada leher Daisha. "Berikan Leo kepadaku, maka aku akan melepaskan Daisha. Kalau tidak ...."Pisau di tangan Raditya menancap lebih dalam ke leher Daisha, darah kembali mengalir keluar dari leher putih Daisha.Alis Daisha bertaut, dia mengepalkan lalu membuka kepalan tangannya.Bisa dilihat bahwa dia benar-benar kesakitan, tetapi dia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara kesakitan."Cepat!" teriak Raditya pada Arjuna.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 185

    Arjuna adalah seorang prajurit yang pernah ikut berperang. Dia pernah melihat seseorang hancur berkeping-keping di depannya, apalagi pemandangan seperti ini.Ketika Arjuna memberikan Leo napas buatan, teriakan Kiara terdengar dari jendela."Dia! Astaga!"Kiara sangat terkejut sehingga dia berteriak, lalu pingsan.Kiara pingsan, lantas sekelompok orang berkerumun di luar jendela.Mereka melihat Arjuna tidak hanya mencium mulut Leo, tetapi juga menekan dadanya dengan keras."Oh, sungguh menjijikkan! Dia mungkin berpikir Leo mati kurang cepat!""Gawat! Gawat!" Wajah Herman menunjukkan kengerian."Aku yakin Arjuna yang kalian lihat sekarang bukan Arjuna lagi. Dia telah dirasuki oleh roh jahat. Sekarang roh jahat sedang menyerap esensi Leo."Perkataan Herman membuat semua orang takut.Warga desa yang awalnya masih aktif menggedor-gedor pintu pun perlahan melangkah mundur ke halaman."Kamu bicara sembarangan. Dia adalah tuan kami, bukan roh jahat."Alsava bersaudari juga sangat cemas."Tuan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 186

    "Benar sekali."Disa takut Kiara tidak memercayainya, jadi dia berulang kali meyakinkannya. "Tuanku tidak akan berbohong padamu. Lagi pula, apa untungnya dia berbohong padamu? Coba pikirkan, kalau dia mencelakai Leo di depan begitu banyak orang, apakah dia tidak takut dijadikan sebagai korban persembahan?"Tubuh Kiara yang tegang pun sedikit rileks.Disa memanfaatkan situasi tersebut untuk melanjutkan. "Di rumahmu tadi, tabib juga tak bisa berbuat apa-apa, 'kan? Kalau begitu kenapa tidak biarkan tuanku mencoba? Lagi pula, ada banyak orang yang mengepung tempat ini, tuanku tidak akan bisa kabur juga."Kiara menatap Marvin, sedangkan Marvin menatap kepala desa.Kepala desa tetap diam, karena apa yang dikatakan Disa masuk akal. Arjuna tidak punya alasan untuk melakukan itu.Orang yang telah mengalami banyak pengalaman hidup tidak begitu percaya takhayul. Mengenai roh jahat, kepala desa hanya setengah percaya."Cih!" Herman mencibir. "Menyelamatkan orang? Bagaimana mungkin? Kurasa dia hany

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 432

    Dilihat dari gaya bandit Gunung Magmora biasanya, serta fakta bahwa mereka menyerang para bandit di depan umum. Arjuna yakin bahwa tujuh belas orang yang ditangkap itu tidak dapat kembali hidup-hidup.Arjuna meminta Daisha untuk menyiapkan seribu tujuh ratus tael perak, lalu membawa beras dan tepung untuk meminta maaf kepada keluarga dari ketujuh belas orang malam itu.Arjuna ingat dengan jelas di mana seratus orang yang direkrutnya tinggal dan siapa saja anggota keluarga mereka.Pada zaman modern, di ketentaraan tempat Arjuna bertugas, semua komandan kompi diharuskan mengingat situasi keluarga setiap prajurit. Karena gaya humanisnya yang cermat, pasukannya menjadi pasukan yang andal.Setahun sebelum mengalami transmigrasi zaman, Arjuna dipromosikan menjadi komandan kompi, jadi dia membawa kebiasaan tersebut ke zaman kuno.Lebih baik dari yang Arjuna bayangkan. Ketika keluarga ketujuh belas orang itu mendengar bahwa putra mereka telah ditangkap oleh bandit-bandit dari Gunung Magmora, m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 431

    "Hm." Rizal mengangguk. "Tampaknya cara pelajar ini jauh lebih cerdik daripada Komandan Kota Perai.""Memangnya kenapa kalau dia cerdik? Dia tetap kalah dari tuan kita," ujar Rajo penuh dengan kebanggaan."Merupakan suatu berkah bagi Gunung Magmora memiliki Tuan Galih. Terima kasih, Tuan."Naga Bermata Satu membungkuk kepada Galih, kemudian Rajo mengikutinya."Terima kasih, Tuan!"Naga Bermata Satu dan Rajo sudah mengambil inisiatif untuk membungkuk, para bandit yang ada di belakang mereka tentu saja mengikutinya.Galih berdiri sambil membelai jenggotnya.Dia sangat menikmati rasanya dikagumi.Inilah alasan dia berada di Gunung Magmora.Dulu ....Pikiran Galih kembali pada pengalamannya di ketentaraan, ekspresi jahat pun muncul di wajahnya.Aku akan membuat kalian menyesalinya."Tuan, aku akan segera meminta orang-orang menggunakan batu untuk membangun tembok kampung. Beberapa rumah di kampung masih beratap jerami, aku juga akan meminta orang-orang untuk menggantinya dengan atap genten

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 430

    "Datang untuk melihat bagaimana kita menyerangnya?"Naga Bermata Satu dan Rajo berbicara serempak. Mereka menatap Galih dengan tatapan bingung bercampur terkejut."Dia datang ke sini tengah malam hanya untuk melihat bagaimana kita menyerangnya?" Meskipun tidak menunjukkan kekesalannya, Naga Bermata Satu merasa bahwa Galih makin keterlaluan.Lihatlah apa yang dia katakan. Apakah Arjuna gila atau bodoh? Dia datang ke markas mereka tengah malam untuk minta diserang?"Tuan, kamu tidak mabuk, 'kan?" Rajo juga merasa bahwa Galih sedang berbicara omong kosong."Bos, Rajo, Tuan tidak mabuk. Dia benar. Arjuna memang datang untuk melihat bagaimana kita menyerangnya. Sebelum perang, dua pasukan akan mengirim tim penyerang ala Barat yang elit untuk menguji kekuatan dan kelemahan musuh," jelas Rizal.Berbeda dengan Naga Bermata Satu dan Rajo.Rizal sang penembak jitu dan Galih sang ahli strategi pernah bertugas di ketentaraan dan bertempur di medan perang.Alasan mereka berdua menjadi bandit, tidak

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 429

    Bandit yang menjaga pos pengintaian melihat ke bawah gunung, kemudian ke arah Galih.Sekarang, kaki gunung gelap gulita. Bagaimana Galih bisa tahu kalau itu hanya trik untuk mengelabui mereka? Bagaimana dia bisa tahu kalau orang-orang di kaki gunung sedang mencoba melarikan diri?Galih memang seorang ahli strategi yang bijaksana. Dia bisa melihat konspirasi itu dengan cepat. Hal ini berada di luar dugaan Arjuna.Para bandit biasanya terlatih dengan baik dan mengenal wilayah mereka, jadi belasan dari seratus pasukan Arjuna gagal melarikan diri.Ketika Arjuna dalam hati memuji Galih sebagai penasihat yang baik, Galih pun menatap sejumlah besar orang-orangan sawah di depannya dengan kaget.Setiap orang-orangan sawah ditusuk tiga atau empat obor.Pantas saja anak buah tadi tidak dapat mengetahui jumlah orang yang datang.Karena jumlah obor yang diperintahkan Arjuna untuk dinyalakan berbeda setiap kalinya.Ini adalah taktik yang sering digunakan untuk membingungkan musuh di medan perang. Ba

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 428

    Karung pasir.Ada juga ....Kendi anggur?Galih membungkuk untuk mengambil kendi anggur dari lantai, lalu hendak membukanya."Tuan, awas ada jebakan!" Naga Bermata Satu menghentikan Galih, mengambil kendi anggur dari Galih, kemudian menyerahkannya kepada anak buah yang ada di sampingnya. "Buka!"Ketika anak buah itu membuka kendi anggur, semua orang menahan napas, anak buah itu bahkan memejamkan matanya.Serbuk gergaji yang menyumbat kendi anggur ditarik oleh anak buah itu, kemudian isinya tumpah keluar.Pasir.Kerikil."Hahaha!" Tawa dari pemimpin ketiga, Kera, menyebar ke seluruh Kampung Seruni. "Pasir dan kerikil. Bos, Tuan Galih, kurasa kalian benar-benar terlalu waspada. Sehebat-hebatnya seorang pelajar, mungkinkah dia lebih hebat daripada komando Kota Perai?""Bunuh!""Tuk, tuk, tuk!"Bawah gunung.Suara teriakan dan genderang terdengar lagi."Jangan takut, saudara-saudara. Para prajurit di bawah sana lebih pengecut daripada kita. Orang-orang yang berada di depan adalah para pemu

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 427

    "Mereka benar-benar membawa karung pasir. Mereka bersusah payah menyerang kita di malam hari hanya untuk membunuh kita dengan karung pasir?" kata pemimpin ketiga, Kera, sambil berusaha menahan tawa."Haha!" Pemimpin kelima, Rajo, tidak dapat menahan tawanya. "Aish, kita begitu rapuh hingga tak bisa menahan serangan satu karung pasir.""Buka gerbang!" teriak Kera. "Aku akan keluar, lalu memenggal kepala mereka untuk kita jadikan bola kaki.""Kera, tunggu." Galih buru-buru menghentikannya. "Ini jelas tidak sesederhana itu.""Tuan Galih, bukankah kamu terlalu waspada? Tadi kita sudah melihat dengan jelas, orangnya hanya sekitar seratus. Dan mereka tampak seperti pemuda yang kurang berpengalaman dalam pertempuran. Masing-masing menggantung ....""Sudah padam. Mereka sudah memadamkan obornya."Sebelum Kera menyelesaikan kata-katanya, terdengarlah teriakan kaget."Memangnya kenapa kalau dia memadamkan obor? Siapa yang akan ikut denganku untuk menangkapnya hidup ....""Krek ....""Krek, krek,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 426

    "Serangan malam?" Galih adalah orang pertama yang berdiri. "Berapa banyak orang yang datang?""Aku tidak melihat dengan jelas, sepertinya ...." Prajurit itu memiringkan kepalanya, wajahnya bertaut. "Hanya ada seratus orang, tapi juga seperti lebih dari itu. Lebih seperti lima atau enam ratus orang, bahkan lebih, mungkin seribu ke atas.""Buk!"Mangkuk anggur mengenai prajurit tersebut."Berengsek!" maki Naga Bermata Satu. "Ada berapa orang pun tidak bisa melihat dengan jelas? Dasar bajingan tak berguna!"Mereka telah berakar di Gunung Magmora selama hampir sepuluh tahun dan mengalami banyak sekali operasi penumpasan bandit.Dari puluhan perwira dan prajurit hingga ribuan perwira dan prajurit.Serangan malam hari, serangan siang hari, hujan anak panah, bahkan serangan api. Mereka sudah pernah mengalami berbagai waktu dan cara penyerangan.Sekarang anak buahnya memberitahunya bahwa mungkin ada seratus, lima atau enam ratus, bahkan ribuan orang. Apa-apaan itu?! Memangnya Arjuna bisa sihir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 425

    Sekarang, Arjuna adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian kekaisaran di Kabupaten Damai. Dia adalah seorang pelajar yang mulia, juga orang terkaya di Kabupaten Damai.Dalam persepsi mereka dulu, orang-orang seperti itu adalah orang yang angkuh dan berkuasa. Alih-alih bekerja dengan mereka, orang-orang berkuasa itu bahkan tidak mau memandang mereka."Kendi pasir dan karung pasir. Apakah dunia itu benar-benar melawan bandit dengan menggunakan benda-benda ini? Kamu tidak bercanda, 'kan?" Tamael mulai bergumam lagi."Kak Tamael." Arjuna yang tengah duduk di bangku kecil sambil mengisi karung pasir berkata sambil tersenyum. "Daripada bergumam di sana, kenapa kamu tidak mengisi karung pasir bersama kami?"Ketika karung pasir hampir siap, Arjuna meminta Tamael untuk menemui Eshan. Dia ingin meminjam tempat latihan kuda."Uh ...."Setelah Eshan menyelesaikan tugasnya hari ini, dia bergegas ke peternakan pelatihan kuda. Pagi ini, Arjuna meminta Tamael untuk menyampaikan peminjaman peternakan p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 424

    Butuh waktu tiga detik bagi Arjuna untuk menyadari apa yang terjadi.Tubuh yang bersandar di dalam pelukannya bergetar.Bukan karena takut atau kedinginan, melainkan karena sedang tertawa.Pada saat ini, Arjuna akhirnya mengerti bahwa semua omongan Daisha tentang mengecek suhu air dan tahu salah adalah omong kosong.Sungguh, sebenarnya ....Telapak tangan Arjuna mendarat dengan keras."Plak!""Aduh!" jerit Daisha pelan. Dia mengangkat tubuhnya, kemudian mengerutkan bibirnya. "Tuan, kenapa kamu memukulku?""Bagaimana menurutmu?" Suara Arjuna serak.Pakaian Daisha basah kuyup, kulitnya yang putih dan halus bersinar di bawah cahaya lilin.Tubuhnya yang berlekuk dan ramping tercetak jelas."Apa? Aku tidak tahu." Daisha yang tadinya seperti anak domba tiba-tiba tersenyum genit.Makhluk yang tampak lembut dan anggun di siang hari ini, berubah menjadi peri yang menggoda di malam hari.Malam ini ditakdirkan ....Air terciprat dari bak mandi kayu.Bulan di langit pun dengan malu-malu bersembuny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status