Share

Bab 160

Penulis: Abimana
"Halaman keenam dari 'Hukum Pengadilan Bratajaya' menyatakan: Barangsiapa memasuki sebuah rumah atau menggunakan kendaraan orang lain tanpa izin dari pemiliknya, bila dipukul sampai mati, orang yang memukul tidak salah."

"Paman Jairo, kamu yang duluan masuk ke rumah Kakek dan ingin memukuli kami. Tuan kami memukulmu demi melindungi kami. Berdasarkan hukum Bratajaya, tuan kami tidak salah."

Dinda mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Dia tampak bangga dan percaya diri, suaranya sangat jernih dan keras.

Sementara mengagumi pandangan Arjuna yang jauh ke depan, Dinda juga berterima kasih kepada mendiang ibunya.

Ibunya Alsava bersaudari berbeda dengan wanita desa lainnya. Dia bisa membaca dan menulis, mengajari kakak-kakak Dinda membaca. Sebelum meninggal, mendiang ibunya berpesan kepada kakak-kakaknya untuk mengajari Dinda membaca.

"Memukul kalian? Kapan aku memukul kalian?"

Meski nada bicara Jairo galak, dia terdengar sedikit takut.

Ini juga alasan mengapa Jairo sangat tidak menyukai Alsava
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 161

    "Arjuna, keponakan menantuku yang baik." Wulan memeluk kaki Arjuna sambil memohon. "Paman Jairo-mu khilaf karena tangannya sakit. Tante mohon, ampunilah kami."Arjuna menggoyangkan kakinya. "Aku mana punya tante di desa ini?""Arjuna!" Wulan memeluk kaki Arjuna lebih erat. "Aku minta maaf padamu. Kami salah. Tolong jangan tuntut kami. Jangan tuntut kami!"Cuaca makin dingin, tangan Jairo patah pula. Jika dia dijebloskan ke penjara saat ini, dia akan cacat saat dibebaskan dari penjara."Minta maaf? Apa nilai dari permintaan maafmu?""Kami salah. Bagaimana dengan nasib kami kalau tuanku dijebloskan ke penjara? Putraku masih kecil.""Kamu juga tahu bahwa anakmu masih kecil dan tak bisa hidup tanpa seorang ayah? Bagaimana dengan istri-istriku dulu? Apakah mereka tidak kecil saat itu?"Mengingat bagaimana Jairo menyebut mereka sebagai wanita jalang tadi, serta laporan penduduk desa tentang penyiksaan sebelumnya, Arjuna tidak bisa memaafkan pasangan itu."Aku ...."Wulan tidak pernah menyang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 162

    Setelah Esha selesai berbicara, dia menarik suaminya. Meskipun Dipta sangat enggan, dia akhirnya menurut juga."Ayah, Ibu, anak-anak, Paman dan Tante minta maaf kepada kalian."Melihat ini, Wulan juga menarik Jairo untuk meminta maaf kepada Yusuf, Disa dan yang lainnya. Mereka bersujud dengan keras.Arjuna tidak bersuara, tidak ada seorang pun yang berani memaafkan Jairo, Dipta dan yang lainnya.Makin lama waktu berlalu, Jairo tampak makin lemas. Akhirnya dia jatuh ke lantai."Tuan, Tuan, ada apa denganmu?" Wulan memeluk Jairo dengan panik."Ayah, Ibu, anak-anak ...." Wulan memohon, "Jairo sudah begini, maafkanlah kami.""Disa, Daisha." Wajah Saira menunjukkan kecemasan. "Maafkanlah paman-paman kalian.""Sudah waktunya berakhir. Penduduk desa sudah menonton kita begitu lama." Yusuf pun akhirnya berbicara.Tidak peduli apa yang dilakukan Jairo dan yang lainnya di masa lalu, mereka tetaplah putra mereka. Bohong jika mengatakan bahwa Yusuf dan Saira sama sekali tidak merasa kasihan."Tuan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 163

    "Terima kasih, Nak Arjuna."Ucapan-ucapan terima kasih menyelimuti Arjuna.Arjuna melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa. "Sama-sama. Tadi kalian membantuku, sudah seharusnya aku melakukan ini.""Bantuan kami tak seberapa, hanya mengandalkan mulut. Terima kasih atas kemurahan hatimu."" Kalau begitu ... karena kalian memanggilku 'nak', kalian seharusnya berterima kasih kepada istri-istriku dan kakek-nenek yang telah membesarkan mereka.""Nak Arjuna benar."Penduduk desa mengucapkan terima kasih kepada Yusuf dan lainnya."Aku, Disa dan yang lainnya tidak bisa kembali setiap hari. Lain kali mohon bantuan kalian semua untuk lebih memperhatikan kakek-nenek kami.""Tentu saja, tentu saja.""Yusuf." Mata Saira sudah berkaca-kaca. "Memiliki Arjuna sebagai cucu menantu adalah berkah yang luar biasa bagi kita berdua."Arjuna tampaknya hanya melakukan satu hal, tetapi sebenarnya dia melakukan dua hal. Dua hal yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan tenang.Pertama, ada begitu banyak pend

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 164

    Fenomena di Desa Embun benar-benar berbeda dengan Desa Sava.Di Desa Sava, Alsava bersaudari dipuji oleh seluruh desa, tetapi di Desa Embun sebaliknya.Ketika orang-orang melewati pohon besar di gerbang desa, mulai terdengar beberapa gosip.Seperti: "Tidak tahu malu. Membawa beras dan uang dari suami untuk dibawa pulang ke rumah orang tua sendiri, tapi tidak memberikannya untuk keluarga suami." Lalu, "Merayu pria hingga membuatnya melupakan orang tua sendiri setelah memiliki istri."Walaupun gosip-gosip ini tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang tahu bahwa mereka sedang membicarakan Alsava bersaudari.Berita bahwa Arjuna menarik gerobak besar berisi barang-barang ke Desa Sava telah menyebar ke seluruh desa. Hal itu mengundang rasa iri, tetapi lebih banyak rasa dengki.Terutama ketika berita itu sampai ke rumah Shaka, Oki dan Ranjani merasa lebih buruk.Sebagai kakek-nenek Arjuna, mereka seharusnya menjadi orang pertama yang menikmati uang yang diperoleh cucu mereka. Namun, sekar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 165

    "Kakekku memberitahuku lewat mimpi."Kalau Herman mengakui bahwa dia melebih-lebihkan, dia bukan lagi orang yang bermulut besar."Kakekmu juga memberitahuku untuk memberimu pelajaran lewat mimpi."Magano mengangkat tongkat kayu yang ada di tangannya untuk memukul kepala Herman.Herman memegang kepala sambil menyangkal."Aku tidak membual. Aku mengatakan yang sebenarnya. Kakekku memberitahuku lewat mimpi.""Persetan. Mana ada hantu dan setan di dunia? Kalau ada, kenapa aku tidak pernah melihatnya?""Kamu tidak pernah melihatnya, bukan berarti orang lain tidak pernah.""Oh." Magano mengangguk lalu bertanya kepada Herman. "Kalau begitu apakah kamu pernah melihatnya? Coba katakan, seperti apa rupa mereka?""Aku ...." Kedua mata Herman berputar ragu. "Aku memang tidak pernah melihatnya, tapi itu bukan berarti orang lain tidak pernah melihatnya.""Hm. Kamu tidak pernah melihatnya, begitu pula aku. Kalau begitu ...." Magano mengalihkan pandangannya ke penduduk desa lain. "Apakah ada di antara

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 166

    "Aish ...." Herman menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Orang yang bersekolah memang berbeda, istrinya saja berbicara dengan begitu elegan.""Benar sekali. Kelak Kak Shaka akan menjadi pejabat tinggi, Kak Naura akan menjadi istri pejabat. Tentu saja, sudut pandang mereka berbeda dengan sudut pandang kalian.""Benar, Naura memang berbeda. Kita tidak boleh menista dewa.""Ya, ya, untung Naura mengingatkan kita. Kalau tidak, hari ini kita akan menyinggung dewa dan tidak menyadarinya."Di tengah hujan pujian, ada sedikit kebanggaan dalam tatapan mata Naura.Sebenarnya kata-kata itu tidak sepenuhnya berasal dari dirinya.Setiap orang diawasi oleh dewa, orang yang bersekolah berdoa pada tokoh cendekiawan, serta kaisar yang melakukan persembahan setiap musim semi. Naura mendengar semua itu dari Shaka yang belajar selama beberapa hari terakhir."Meskipun kata-kata Herman, tidak akurat, dia sangat menghormati leluhurnya.""Ya, apa yang dikatakan Naura benar. Selain mempersembahkan kurban pada

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 167

    Vian menghela napas sambil menggelengkan kepalanya."Dulu aku mendengar ibuku mengatakan bahwa hamil membuat wanita menjadi bodoh selama tiga tahun, aku tidak percaya. Sekarang setelah mendengar ucapan Tante, aku benar-benar memercayainya. Tante, kamu harus segera mencari tabib. Kalau tidak, kondisimu akan makin parah.""Kak Naura." Citra mendekati Naura untuk berbisik, "Dia sepertinya sedang mengataimu bodoh dan harus segera diobati."Citra mengira suaranya sangat kecil, tetapi sebenarnya penduduk desa dapat mendengarnya dengan jelas."Hft!"Beberapa orang tidak dapat menahan tawa.Naura merasa marah sekaligus malu. "Vian, apa maksudmu?"Vian berhasil membuat Shaka menceraikan Praya, bagaimana mungkin dia dengan mudah takut pada Naura? Dia berpura-pura polos dan sedih."Tante, kenapa kamu marah? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Cepat cari tabib agar cepat sembuh. Jangan menunda-nunda."Naura juga pernah mengalahkan Praya. Dia segera tenang, kemudian dia bertanya pada Vian."Kalau be

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 168

    Semua ubin dan balok yang dipesan beberapa hari lalu telah dikirim ke desa. Setelah menyerahkan tugas pengiriman ikan harian kepada Arkana dan Magano, Arjuna menyibukkan diri dengan memperbaiki rumah.Selain rumahnya sendiri, ada juga rumah Yusuf. Yusuf masih tinggal di rumah yang dulu dia tinggali.Untungnya, mereka hanya berdua, jadi dua rumah kecil sudah cukup untuk mereka tinggali. Kalau tidak, waktu maupun uang tidak akan cukup.Arjuna melakukan perjalanan bolak-balik antara Desa Embun dan Desa Sava selama belasan hari. Akhirnya dia selesai memperbaiki kedua rumah sebelum salju tebal menghalangi jalan.Selama renovasi rumah, Arjuna dan keluarganya tinggal di rumah Arkana. Hari ini, mereka akhirnya dapat pindah kembali.Setelah mandi.Dinda adalah orang pertama yang naik ke atas tungku, dia berguling-guling di atas tungku baru dengan gembira.Selama beberapa hari ini, di bawah perawatan Arjuna, Disa dan Daisha, serta ditemani Naya, Dinda pun menjadi ceria layaknya gadis berusia sep

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 214

    Saat mendengarkan, Arjuna merasa ada yang janggal."Tante, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli begitu banyak barang kemarin?"Kemarin Arjuna juga mendengar penduduk desa mengatakan bahwa barang yang dibawa oleh Bulan kali ini adalah yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir."Aku ...." Bulan memainkan kedua tangannya.Dia sedikit canggung serta gugup.Pada saat ini, Arjuna menyadari tidak ada satu pun perhiasan di kepala Bulan.Bagaimana mungkin seorang istri dari keluarga kaya tidak mengenakan perhiasan apa pun di kepalanya?"Tante ...."Arjuna mencoba memperlambat suaranya. "Apakah kamu menggadaikan semua perhiasanmu?""Ti ... tidak. Aku tidak memakai perhiasan karena ....""Tante." Arjuna memegang tangan Bulan sambil berkata dengan tulus. "Aku ini Arjuna yang dulu paling kamu sayangi. Beri tahu aku situasi yang kamu hadapi sekarang. Aku akan menyelesaikannya bersamamu."Membantu Bulan juga supaya Arjuna tidak merasa bersalah terhadap tubuhnya ini."Arjuna." Mata Bulan b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 213

    "Tapi Tante benar-benar tak punya jalan lain, Arjuna."Bulan membuka matanya, kemudian menangis dengan pilu.Alsava bersaudari yang berada di luar kamar mendengar suara dan ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Arjuna.Pada saat ini, hal terbaik adalah membiarkan Bulan menangis sepuasnya dan mengeluarkan semua emosi yang terpendam dalam hatinya.Setelah Bulan berhenti, Arjuna tidak menanyakan apa pun padanya. Dia hanya membawa sup ikan ke depan Bulan seolah tidak terjadi apa-apa."Tante, ayo minum sup ikan ini dulu. Aku membuatnya untuk pertama kali, entah enak atau tidak. Setelah Tante minum, beri aku kritik."Arjuna memang membuat sup tahu kepala ikan untuk pertama kali di zaman ini.Bulan berhenti minum setelah menyesap beberapa teguk."Kenapa?" Arjuna sedikit gugup. "Apakah tidak enak?""Bukan ...."Bulan tiba-tiba menangis lagi, tetapi kali ini dia menangis sambil tersenyum. "Kak, kamu dan kakak ipar bisa tenang. Sekarang Arjuna benar-benar menjadi anak baik.""Hei, Tante membuatku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status