"Cepat, aku dengar mereka sudah masuk ke dalam rumah!"Sebelum Yusuf menjawab, terdengar suara keras dari luar pintu, diikuti oleh dua pasang pria dan wanita.Beberapa dari mereka ada yang memegang tongkat, ada yang memegang cangkul, ada yang memegang sapu, bahkan ada yang memegang pisau.Begitu mereka masuk, mereka menatap Arjuna dan yang lainnya dengan tajam.Disa refleks melindungi kedua adik perempuannya di belakangnya."Paman, Tante ....""Siapa paman-tantemu?!"Begitu Disa menyapa, dia dimarahi oleh laki-laki yang berdiri di paling depan di antara keempat orang itu.Pria itu adalah paman keduanya Alsava bersaudari, Jairo Alsava."Dasar bajingan-bajingan merugi, siapa yang mengizinkan kalian pulang? Pergi sekarang juga, kalau tidak ....""Kalau tidak apa?"Arjuna menyambung kata-kata Jairo dengan tenang.Jairo menggoyangkan pisau dapur yang ada di tangannya. "Bagaimana?""Jairo."Yusuf berlari ke depan Arjuna, kemudian buru-buru menjelaskan kepada Jairo. "Mereka hanya merindukan k
Arjuna menggenggam lima koin tembaga yang diberikan secara paksa oleh Yusuf kepadanya. Sebelum dia mengembalikannya, orang-orang ini sudah masuk.Wulan menatap tangan Arjuna dengan keserakahan di matanya, "Perak, itu pasti perak!"Dia berjalan mendekat, ingin merebutnya dari Arjuna."Apa yang akan kamu lakukan?"Suara Arjuna tenang, tetapi tatapannya tajam.Wulan yang arogan tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna tanpa berani melangkah maju.Tatapan pria ini sungguh menakutkan.Tubuhnya tidak berani bergerak, tetapi mulutnya tidak mau menyerah. Dia bersikap makin sarkastik."Kenapa bisa ada pria muda nan kuat yang belum kepala dua membawa beberapa istri yang sama mudanya untuk meminta uang dari dua orang tua? Kalau itu aku, aku akan bunuh diri saja karena terlalu malu untuk hidup di dunia ini.""Cuih!" Wulan meludah ke lantai. "Dasar pecundang!""Siapa pecundang? Katakan dengan jelas!"Disa melangkah maju sambil menatap Wulan dengan tatapan dingin.Dia bisa menoleransi orang
"Ya ....""Astaga!"Pertama, seseorang menjawab pertanyaan Ravin, kemudian seruan lain menyusul."Cepat lihat apa isi kereta itu.""Wah, setengah gerobak kayu bakar. Kayu bakarnya sangat mirip dengan yang ada di toko kayu bakar di kabupaten.""Bukan mirip, itu memang kayu bakar dari Toko Kayu Bakar Sentosa yang ada di kabupaten.""Toko Kayu Bakar Sentosa? Apakah kamu tidak salah baca? Kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah yang terbaik dan termahal. Umumnya, hanya orang kaya dan pejabat berkuasa yang membeli kayu bakar di Toko Kayu Bakar Sentosa.""Tidak mungkin salah, aku bekerja Toko Kayu Bakar Sentosa akhir-akhir ini.""Wah, kamu bekerja di Toko Kayu Bakar Sentosa? Kamu pasti sudah kaya. Dengar-dengar, gaji sehari di Toko Kayu Bakar Sentosa adalah lima sen.""Tidak, tidak semudah itu masuk ke Toko Kayu Bakar Sentosa. Pamanku yang bekerja di sana. Dia tidak enak badan beberapa hari terakhir ini, jadi aku membantunya selama beberapa hari. Satu hari lima sen, aku selalu bermimpi
"Dari Arjuna? Kalau kamu bilang dari aku, mungkin lebih bisa dipercaya.""Haha, benar, benar.""Jangankan Arjuna, menantu kepala desa saja mustahil.""Ya, zaman sekarang hanya menantu laki-laki yang diberi barang, mana ada menantu laki-laki yang memberi barang untuk mertua? Apalagi Arjuna itu seorang pecundang. Kalau dia tidak pulang untuk meminta barang, itu sudah bersyukur.""Siapa yang kamu sebut pecundang?"Ketika Ravin mendengar penduduk Desa Sava mengatakan bahwa Arjuna adalah seorang pecundang, dia langsung turun dari gerobak sapi, kemudian mencengkeram kerah orang tersebut."Tentu saja Arjuna ....""Buk!"Sebelum lelaki itu menyelesaikan kata-katanya, tinju Ravin menghantam wajahnya dengan keras."Ah!" Lelaki itu menyentuh separuh wajahnya yang terkena pukulan, kemudian menunjuk Ravin sambil mengumpat, "Kamu memukulku? Kamu masuk ke desa orang lain dan memukul orang?"Penduduk desa sekitar berkumpul.Pada zaman itu, jika ada orang dari desa lain datang ke sebuah desa dan memuku
Melihat beras, mi, minyak dan bahan makanan dibawa ke dalam rumah satu per satu, Jairo dan Dipta yang tadi mengejek Arjuna sebagai pecundang, serta mengancam akan mengusirnya dari Desa Sava pun tercengang.Terutama Wulan yang paling sinis.Dia menatap kayu bakar, beras, mi, serta kain-kain dengan lekat.Ketika tatapannya akhirnya tertuju pada daging, air liur tanpa sadar mengalir dari sudut mulutnya.Sungguh tak disangka cucu-cucu merugi yang dibesarkan oleh kedua tua bangka itu benar-benar mendapat seorang suami kaya."Hei, bung, kamu pasti lelah datang jauh-jauh ke sini. Ayo, biar aku bantu mengambilnya."Sebagai orang yang rakus dan tak tahu malu, Wulan berlari ke depan Ravin, ingin mengambil daging dari tangannya."Tidak perlu."Meskipun Ravin tidak tahu siapa Wulan bagi Alsava bersaudari, dia dapat menebak bahwa mereka adalah saudara. Entah apa saja yang terjadi di rumah ini tadi.Namun sebelum dia tiba, suasana di rumah ini pasti sudah buruk. Para kerabat Alsava bersaudari pasti
"Siapa satu keluarga dengan kalian? Keluar! Kalau tidak, jangan salahkan anak panahku melayang sembarangan!""Tadi kalian sudah tanda tangan dan resmi memutuskan hubungan kalian dengan kakek-nenek. Kalau kalian tidak pergi, artinya kalian melanggar hukum Kerajaan Bratajaya. Kami bisa menuntut kalian.""Sebelum beras dan mi kami tiba, bukankah Paman Jairo dan Paman Dipta keluar dari batu? Begitu beras dan mi tiba, kalian jadi keluar dari perut Nenek?""Intinya, kalian adalah manusia sampah yang ingin menelantarkan orang tua sendiri ketika tidak ada makanan. Begitu ada makanan baru mengakui orang tua sendiri. Satu keluarga? Itu hanya alasan kalian untuk kebagian beras, mi, daging dan bahan-bahan makanan ini."Ketiga saudari itu mengusir orang secara bergantian.Disa adalah orang pertama yang berbicara, kemudian diikuti oleh Dinda dan Daisha.Suara Disa adalah yang paling sederhana dan brutal. Jika mereka tidak mau pergi, maka mereka semua akan bertarung.Keahliannya sudah cukup bagus. Se
"Tuan, Tuan, dia memukulmu begitu parah ...." Wulan mendongak, lalu dia berteriak marah kepada Arjuna. "Bayar! Paling sedikit ...."Jairo mengangkat tiga jari.Wulan melirik tangan Jairo lalu berkata, "Tiga tael perak!"Ekspresi Jairo langsung berubah dari kesakitan hingga menyengir semangat.Wanita ini bahkan lebih kejam darinya.Tiga jari yang dia maksud adalah tiga ratus sen.Semua yang mereka hasilkan sepanjang tahun ini, totalnya bahkan kurang dari tiga tael perak.Penduduk desa yang ada di luar juga terkejut.Tiga tael perak!Banyak sekali, Wulan jelas-jelas serakah.Tak lama kemudian, perhatian penduduk desa beralih dari Wulan ke Arjuna untuk melihat apakah pria itu akan memberikan uang sebanyak itu.Pendapat pertama adalah, permintaan itu terlalu banyak. Arjuna tidak bisa memberinya.Pendapat kedua adalah, Arjuna dapat membeli begitu banyak barang sekaligus, dia pasti bisa.Lambat laun, lebih banyak orang yang setuju dengan pendapat kedua daripada yang pertama.Setelah itu, beb
Jairo memegang tangannya yang patah. Rasa sakit membuat wajahnya terlihat menyeramkan dan ganas. "Kamu benar-benar arogan. Apakah kamu pikir dengan memiliki sedikit uang, kamu bisa menyelesaikan semuanya?"Arjuna tersenyum dingin. "Benar sekali. Hari ini aku memang akan memberimu pelajaran dengan uang."Kalau begitu lihat saja! Ayo!"Jairo bersandar pada Wulan. "Bawa aku ke kantor pemerintahan daerah!"Tepat saat dia sampai di depan pintu, Jairo berbalik untuk menatap Arjuna yang masih duduk di dekat tungku. "Kenapa kamu tidak pergi? Takut? Bukankah kamu mau memberiku pelajaran dengan uang? Ayo, tunjukkan kepadaku bagaimana kamu melakukannya.""Tidak apa-apa!" Arjuna menepuk pelan Daisha yang gelisah. "Aku keluar sebentar. Kamu takut dingin, jadi tunggu saja di sini."Arjuna berdiri, kemudian berjalan keluar, lalu membungkuk kepada penduduk desa yang menonton di luar pintu."Halo, aku Arjuna dari Desa Embun. Aku ingin meminta kalian bertiga untuk menjadi saksi. Orang yang bersedia akan
"Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya
"Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber
Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku
"Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela
"Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam
Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu
"Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti
Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga
"Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac