Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjebak Bersama Dua Mantan: Chapter 11 - Chapter 20

84 Chapters

11. Sebuah Pertanyaan

Beberapa saat lalu Vania mengantar Revita menuju ruangan Gavin di lantai paling atas gedung. Lantas sekretaris itu beranjak pergi lantaran ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Revita memang sudah berada tepat di depan pintu ruangan CEO, tapi alih-alih mengetuk papan kayu cokelat itu dirinya malah mematung. Berdiri kaku, memandang nanar papan nama yang tertempel di permukaan pintu itu. Satu detik, dua detik, tangannya belum juga terangkat. Wanita 27 tahun itu menarik napas dan mengembuskannya pelan. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Gavin meskipun pria itu atasannya. Namun, hatinya yang lain memintanya untuk bertemu dan sedikit mendengar apa yang akan pria itu katakan. Dengan ragu akhirnya Revita mengangkat tangan dan mengetuk dua kali pintu di depannya. Pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, sebuah suara dari dalam segera menyahut. Mempersilakan dia masuk. Mendengar suara Gavin dari dalam ruangan membuat jantung Revita berpacu cepat. Perasaannya bahkan mendadak tidak
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

12. Cari Masalah

Ada napas lega yang Revita embuskan ketika pintu ruangan Gavin diketuk dari luar. Tidak berapa lama wajah sekertarisnya muncul. Obrolan mereka otomatis terjeda. "Maaf, Pak Gavin," ucap Vania merasa tak enak. "Di lobi ada Bu Melinda, beliau menunggu Anda," lanjutnya lagi. Mendengar nama Melinda disebut membuat napas Revita sedikit tercekat. Dia tahu nama itu. Melinda alias Nyonya Besar sekaligus ibu kandung Gavin. Wanita yang sudah menghina dan memaki habis-habisan Revita dan ibunya sebelum mereka keluar dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Serta-merta Revita berdiri. "Maaf, Pak. Saya harus segera kembali ke departemen." Gavin tidak mencegah dan ikut berdiri. "Aku antar kamu ke bawah.""Tidak perlu," jawab Revita cepat, takut-takut dia melirik Vania yang masih ada di sana. "Saya permisi, Pak Gavin, Mbak Vania." Dia mengambil langkah gegas secepat mungkin. Bayangan wajah merah Melinda saat itu masih terekam jelas di ingatan Revita. Dia tidak mau mengambil resiko bertemu dengan wanit
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

13. Accident

"Mau pulang bersama?" Revita yang sedang menunggu hujan reda di teras lobi berjengit mendengar suara itu. Dia menoleh dan menemukan Gavin lengkap dengan seulas senyum. Refleks wanita itu bergerak menjauh. "Nggak perlu, Pak. Saya sedang menunggu ojek online," sahut Revita. Kepalanya lantas menoleh melihat keadaan sekitar. Bukan hanya dia yang menunggu hujan reda, ada beberapa karyawan lain juga. Dan Revita takut kehadiran Gavin ini mengundang perhatian mereka."Ojek online memang ada yang mau terima orderan?" tanya Gavin sambil menatap derasnya hujan sore ini. Awan kelabu bahkan masih menggantung pekat di langit Jakarta. "Ada kok." Sebenarnya Revita tidak yakin, karena sejak tadi orderannya memang terus ditolak. Siapa juga driver ojek yang mau bawa penumpang hujan-hujanan begini? "Sudah dapat drivernya?" tanya Gavin lagi, melihat Revita masih terus sibuk dengan gadget-nya. Wanita yang masih terlihat cantik di mata Gavin itu mengabaikan. Dia terus saja menunduk, dan merapal doa d
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

14. Lebih Dari Sekedar Atasan

Sudah satu jam lebih Revita masuk ke IGD. Entah apa yang dilakukan tenaga medis di dalam sana pada wanita itu. Yang pasti, Gavin berharap tidak akan terjadi hal buruk pada wanita itu. Rasa cemas yang tergambar jelas di wajah pria itu tidak luput dari pengawasan Ferdy. Manajer Departemen Pengembangan itu masih bersama Gavin menunggui Revita. Di kepalanya sekarang berjubel banyak pertanyaan. Dan yang paling membuatnya penasaran adalah ada hubungan apa antara bos besarnya tersebut dengan Revita? Jika mereka tidak memiliki hubungan, tidak mungkin Gavin bisa segusar itu. "Pak, Anda tidak menghubungi keluarga, Revita?" tanya Ferdy, sedikit mengusik ketegangan pada wajah atasannya itu. Gavin yang berdiri gelisah di depan pintu IGD tampak terkejut. Saking cemasnya, dia tidak terpikirkan untuk menghubungi keluarga wanita itu. Spontan dia merogoh saku celananya, mengambil ponsel. Namun, sialnya ponselnya mati lantaran basah kuyup terkena siraman air hujan. "Mungkin kamu saja yang menghubung
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

15. Demam

Gavin meninggalkan Revita ketika ada tanda-tanda kedatangan Bi Ayun. Dia melihat wanita tua itu dari jauh berjalan tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit mencari ruang rawat inap Revita. Sebenarnya Gavin ingin menghampirinya, tapi dia merasa sekarang belum waktunya. Bi Ayun sedang cemas, Gavin takut wanita tua itu akan syok ketika dirinya tiba-tiba muncul. Jadi, ketika ibu dari Revita itu menemukan kamar rawat inap anaknya, Gavin perlahan mundur, menjauhi lorong ruang kamar VIP tersebut. Jarum jam menunjuk ke angka sebelas ketika Gavin masuk ke apartemen. Pakaiannya yang sempat basah kuyup bahkan sampai kering dengan sendirinya. Dia melupakan makan malam keluarga yang ibunya rencanakan. Boro-boro ingat, keadaan Revita membuat lupa segalanya. Ponselnya yang mati dia abaikan. Malam ini dia teramat lelah. Badannya terasa hangat. Sebenarnya sudah dia rasakan sejak di rumah sakit, tapi Gavin tidak terlalu peduli. Baginya melihat Revita ditangani dengan baik, jauh lebih penting daripada ko
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

16. Cari Suami

"Siapa Revita?" Melinda menatap ganti Gavin dan Vania. Nama itu muncul kembali dan wanita itu harap bukan nama orang yang dia kenal.Gavin melirik sekretarisnya dan memberi kode agar tidak bicara terlalu banyak. Lima tahun bersama lelaki itu membuat Vania cukup paham akan kode yang bosnya berikan. Wanita itu tersenyum kepada Nyonya Besar. "Dia salah satu staf kami yang mengalami kecelakaan kemarin, Bu." "Oh ya?" Kembali Melinda menatap Gavin dengan pandangan curiga. "Namanya nggak asing, ya, Vin? Mama harap itu bukan orang yang sama." Gavin tidak merespons. Dia berusaha tidak peduli dan pura-pura fokus dengan buburnya. "Tapi, Vania. Kenapa mereka menanyakan kamar rawat inapnya ke Gavin?" Pria bermata cokelat yang sedang berusaha menelan satu suapan bubur itu terperanjat. Sang mama memang cerdas. Padahal Gavin ingin semuanya berakhir dengan cepat. Kembali dia memberi kode kepada Vania. Meskipun awalnya gelagapan, Vania cukup menguasai diri. Dia lagi-lagi memberikan senyum manisn
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

17. Wanita Single

"Pak Gavin itu siapa, Ma?" Pertanyaan Nana membuat haha-hihi di ruang VIP itu sontak terjeda. Mereka hampir melupakan kehadiran anak kecil di tengah mereka. Dan cukup terkejut saat mendengar anak itu menyebut Revita 'ma'. "Ma? Dia anak lo, Rev?" tanya Arum, membuat seisi ruangan terdiam. Waktu seolah berhenti berdetak. Selama ini Revita menyembunyikan Nana dari teman-temannya dulu bukan tanpa sebab. Dia hanya tidak ingin melihat putrinya diolok-olok. Apalagi karena itu bukan kesalahan gadis kecil itu. Namun, kali ini tidak ada yang bisa Revita sembunyikan lagi.Revita tersenyum tipis dan menyentuh pipi Nana yang agak chubby. "Iya. Dia Reina. Putri gue." Semua mata takjub. Di usia semuda ini Revita memiliki putri yang sudah cukup besar. Arum bahkan membandingkan dirinya. Usianya sudah 33 tahun, tapi anaknya baru satu. Mana masih balita lagi. "Halo, cantik. Kamu kelas berapa sekarang?" tanya Dany, tersenyum semanis mungkin. "Aku kelas 2 SD, Om," sahut Nana tersenyum lebar. Mata co
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

18. Anakku?

Sunyi. Hanya suara jarum jam berdetak tiap detik yang mendominasi di ruangan serba putih ini. Bunyi suara hawa yang dihasilkan dari air conditioner pun tidak bisa mengalahkan bunyi benda penunjuk waktu itu. Apalagi suara dengkuran halus Nana, yang makin lelap di atas sofa. Revita menunduk mendengar permintaan Gavin. Terdengar sepele, tapi efek bagi wanita 27 tahun itu luar biasa. "Maaf, saya tidak bisa. Sekarang kita hanya atasan dan bawahan. Saya harus menghormati Anda sebagai atasan saya," ucap Revita, menelan ludah. "Sekarang bukan jam kerja. Kalau di jam kerja aku bisa paham." Revita tidak membalas, dan lagi-lagi dia menunduk. Desah napas Gavin kembali terdengar. "Sampai saat ini aku masih bingung dengan apa yang sudah terjadi di antara kita. Nggak ada satu pun yang bisa memberiku informasi dengan benar mengenai kamu." Revita diam. Sakitnya kembali menggigit. Bahkan rasa-rasanya luka yang dia dapat dari kecelakaan itu tidak seberapa dibanding luka yang sudah dia bawa selama i
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

19. Menebus Kesalahan

Sejak tahu fakta itu, Gavin kesulitan berkonsentrasi. Dia merasa tak sabar dan ingin membicarakan masalah ini dengan Melinda. Pria berhidung tinggi itu masih tidak percaya ibunya tega melakukan ini padanya juga Revita. Terlebih saat itu Revita tengah mengandung anaknya, darah dagingnya. Namun, Revita dengan wajah rapuh itu membuatnya urung meluapkan emosi itu kepada Melinda. Bahkan Revita melarang Gavin untuk menemui Bi Ayun. "Tapi aku harus minta maaf sama Bi Ayun, Re. Bi Ayun pasti hancur banget. Bodohnya aku percaya begitu saja sama mama.""Nggak sekarang." "Tapi, Re—""Jangan sekarang, please." Gavin mengembuskan napas mengingat percakapan itu lagi. Dia mengusap wajah frustrasi, dan menjatuhkan kepala ke atas meja. Pintu diketuk dua kali dan suara Vania terdengar. "Permisi, Pak. Mbak Selena sudah datang," beritahu wanita itu. Lalu dia mempersilakan adik kedua Gavin itu masuk. Selena Adhiyaksa. Umur yang tidak jauh beda dari Gavin membuat keduanya begitu akrab. Meskipun wani
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

20. Penyesalan Gavin

Gavin memarkirkan mobil di salah satu rest area SPBU. Di jam sore, biasanya dia menemukan Nana di sana bersama bunga-bunganya. Dan dugaannya tepat ketika matanya menangkap keberadaan anak itu di teras rest area. Dari dalam mobil, pria berahang tegas itu tercenung sambil menatap gadis kecil yang sedang menata bunga-bunga mawar di keranjang itu. Hatinya tercubit melihat pemandangan itu. Selama ini hidupnya bergelimang harta. Tidak kekurangan apa pun. Sandang yang dia miliki semua branded baik lokal mau pun internasional. Tinggal di salah satu apartemen mewah di jantung kota. Kendaraan mentereng keluaran luar negeri. Rasa bersalah dan penyesalannya menggunung melihat anaknya sendiri malah berjibaku menjadi penjual asongan di sepanjang jalan lampu merah demi ingin agar Revita tidak bekerja lagi. Ayah macam apa dia?Gavin membenturkan kepalanya sendiri ke stir mobil. Rasanya kesalahan yang sudah dia lakukan tidak bisa ditebus dengan apa pun. Dia menarik napas panjang sebelum keluar dari
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status