Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / 19. Menebus Kesalahan

Share

19. Menebus Kesalahan

last update Last Updated: 2024-12-31 14:09:45

Sejak tahu fakta itu, Gavin kesulitan berkonsentrasi. Dia merasa tak sabar dan ingin membicarakan masalah ini dengan Melinda. Pria berhidung tinggi itu masih tidak percaya ibunya tega melakukan ini padanya juga Revita. Terlebih saat itu Revita tengah mengandung anaknya, darah dagingnya.

Namun, Revita dengan wajah rapuh itu membuatnya urung meluapkan emosi itu kepada Melinda. Bahkan Revita melarang Gavin untuk menemui Bi Ayun.

"Tapi aku harus minta maaf sama Bi Ayun, Re. Bi Ayun pasti hancur banget. Bodohnya aku percaya begitu saja sama mama."

"Nggak sekarang."

"Tapi, Re—"

"Jangan sekarang, please."

Gavin mengembuskan napas mengingat percakapan itu lagi. Dia mengusap wajah frustrasi, dan menjatuhkan kepala ke atas meja.

Pintu diketuk dua kali dan suara Vania terdengar.

"Permisi, Pak. Mbak Selena sudah datang," beritahu wanita itu. Lalu dia mempersilakan adik kedua Gavin itu masuk.

Selena Adhiyaksa. Umur yang tidak jauh beda dari Gavin membuat keduanya begitu akrab. Meskipun wani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anies
gaaas aja Gavin trabas semua halangan yang ada.. kamu pasti bisa
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
duh rumit banget ini....kira kira d trobos aja apa gavin gak berani ya ....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   20. Penyesalan Gavin

    Gavin memarkirkan mobil di salah satu rest area SPBU. Di jam sore, biasanya dia menemukan Nana di sana bersama bunga-bunganya. Dan dugaannya tepat ketika matanya menangkap keberadaan anak itu di teras rest area. Dari dalam mobil, pria berahang tegas itu tercenung sambil menatap gadis kecil yang sedang menata bunga-bunga mawar di keranjang itu. Hatinya tercubit melihat pemandangan itu. Selama ini hidupnya bergelimang harta. Tidak kekurangan apa pun. Sandang yang dia miliki semua branded baik lokal mau pun internasional. Tinggal di salah satu apartemen mewah di jantung kota. Kendaraan mentereng keluaran luar negeri. Rasa bersalah dan penyesalannya menggunung melihat anaknya sendiri malah berjibaku menjadi penjual asongan di sepanjang jalan lampu merah demi ingin agar Revita tidak bekerja lagi. Ayah macam apa dia?Gavin membenturkan kepalanya sendiri ke stir mobil. Rasanya kesalahan yang sudah dia lakukan tidak bisa ditebus dengan apa pun. Dia menarik napas panjang sebelum keluar dari

    Last Updated : 2024-12-31
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   21. Honey

    Revita mengunyah potongan martabak dalam diam. Tatapnya lurus menatap televisi layar datar yang sedang menyiarkan acara talk show malam. Dia pura-pura fokus menonton meskipun acaranya sama sekali tidak menarik. "Mau lagi?" tanya Gavin, melihat potongan martabak di tangan Revita tinggal separuh. "Udah kenyang." Gavin meraih tisu dan mengelap tangannya yang berminyak. Lantas menusuk sedotan ke minuman yang dia beli. "Apa kamu belum diizinkan pulang dokter?" Di sini Gavin berusaha terus membangun percakapan. Berusaha meruntuhkan jarak yang sedang Revita pasang. "Kalau tidak besok, mungkin lusa," sahut Revita singkat. Matanya melirik jam dinding. Pukul setengah sepuluh, tapi tidak ada tanda-tanda Gavin pamit atau beranjak. Dia mulai gusar. Meskipun sudah delapan tahun lamanya, perasaan yang dipaksa hilang itu bisa muncul lagi. Revita takut. Dia tidak yakin dengan hatinya sendiri bahwa tidak ada rongga kosong yang diselipi pria itu. "Revita ...." Kembali Gavin memanggil. Dan berulang

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   22. Tidak Ada Hubungan Apa-apa

    Bukan bunga mawar seperti yang biasa dia kirim. Namun, kali ini Gavin membawa satu buket bunga mawar asli yang dia beli dari toko bunga. Satu hal lagi, dia tidak memberikannya secara diam-diam. Dia berniat akan memberikannya langsung kepada Revita. Ini hari pertama wanita itu masuk kantor lagi. Sejak obrolannya dengan Revita malam itu, dia berniat mengejar kembali cinta Revita secara terang-terangan. Kantor departemen pengembangan masih sangat sepi. Hanya ada beberapa karyawan di ruangan lain yang tampak sedang ngopi atau sarapan. Gavin mengayunkan kaki di lantai koridor yang sedang dibersihkan OB. Dia membalas sapaan dari OB tersebut sebelum berbelok ke kantor pengembangan. Langkah kakinya yang tadi dia buat mantap, tiba-tiba berjalan pelan ketika pintu workstation Revita sudah nampak. Dia terlalu pagi sepertinya lantaran tidak ada siapa pun di sini. Namun, ketika dia berhasil memasuki wilayah orang-orang pengembangan, dia melihat seorang wanita yang tengah membereskan pernak-per

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   23. prospek

    Arum menggeser cepat kursinya ke dekat meja Revita ketika matanya melihat kedatangan Gavin dari kejauhan. Sampai-sampai Revita yang tengah sibuk mengetik terkaget-kaget. "Lo yakin nggak ada hubungan apa-apa sama Pak Gavin?" Revita yang masih menyentuh dadanya menoleh. "Ya Allah, Mbak. Kamu bikin gue kaget tau nggak."Tanpa rasa bersalah, Arum malah terkikik. "Sori, Rev. Habisnya ... Liat tuh di sana." Wanita beranak satu itu menunjuk sesuatu dengan dagunya. Revita mengikuti pandangan Arum dan dia langsung bisa menemukan Gavin yang sekarang tengah mengobrol dengan Pak Jamet dari tim peneliti. Perasaannya mendadak tak enak. "Dia ke sini pasti mau nyamperin lo," ujar Arum dengan tatap curiga. "Ya nggak mungkinlah, Mbak," bantah Revita cepat. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi. "Kata Mbak Ayu orang HRD bukannya Pak Gavin memang sering datang ke departemen penelitian dan pengembangan?" Dia masih ingat bagaimana Ayu memberitahu tentang betapa beruntungnya Revita masuk departemen i

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   24. Bekal

    Bagi Revita duduk berhadapan lagi dengan Gavin itu suatu kemustahilan. Ketika ibunya mengajaknya pergi dari rumah keluarga Adhiyaksa, dia berusaha mati-matian menahan rindu kepada pria itu. Cintanya masih sangat besar pada saat itu, namun keadaan seolah merenggut paksa. Keadaan membuatnya terpaksa harus melupakan ayah dari bayi yang dia kandung. Bisa dibayangkan bagaimana stresnya dia menjalani kehamilan tanpa seorang suami? Nyaris tiap hari dia menangis. Apalagi ketika rindu itu datang. Sekarang, dia kembali berhadapan dengan pria itu. Pria yang pernah menawarkan segalanya, pria yang pernah memberinya cinta begitu besar hingga dia lupa berpijak ke bumi, pria yang rela membuatnya menyerahkan hal paling berharga yang dia miliki, pria yang terpaksa harus dia tinggal pergi demi harga diri. Gavin Adhiyaksa masih memiliki senyum manis seperti dulu. Senyum yang sanggup membuat dada Revita berdebar. Saat ini sosok itu benar-benar ada di hadapannya lagi, memandang dirinya dengan tatap yang

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   25. Menunggu Pulang

    Gavin mendebas. Napasnya berembus keras. Poninya yang menjuntai dia tiup-tiup ke atas. Netra cokelatnya mengawasi layar ponsel yang terus menyala. Nama ibunya terus berkedip di sana. Sudah beberapa hari ini dia melarikan diri dari sang mama. Bosan mendengar wanita yang sudah melahirkannya itu terus mendesak perkara kencan bersama Talia. "Pak, itu ponselnya geter terus loh. Nggak mau diangkat aja?" tanya Vania yang kebetulan masuk membawa setumpuk berkas. "Biarin aja lah, Van. Saya tahu apa yang akan mama katakan." Vania meringis sambil menaruh tumpukan berkas ke atas meja Gavin. "Ya udah kalau gitu Pak Gavin tanda tangan ini dulu aja. Sudah ditunggu sama orang HRD." Dengan malas, Gavin menarik berkas itu. Dia menarik pena dan mulai membuka lembar pertama. "By the way, Mbak Talia itu cantik loh, Pak," ujar Vania tiba-tiba, tapi langsung merapatkan mulut ketika mata Gavin melirik tajam. Dia meringis dan bergerak mundur. "Habis ini nggak ada kerjaan urgent kan?" tanya lelaki itu sa

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   26. De Javu

    Selama perjalanan menuju restoran, Revita tidak banyak bicara. Satu mobil bersama Gavin lagi setelah sekian lama membuatnya terlempar di jaman ketika keduanya masih memiliki hubungan spesial. Biasanya Revita akan menunggu lelaki itu di gerbang depan perumahan agak jauh dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Karena kalau ketahuan ibu dia berangkat bersama anak majikan, bisa-bisa kena omel tiga hari tiga malam. "Nanti pulang jam berapa?" tanya Gavin saat itu setelah Revita menaiki kursi di sebelah kemudi. "Kayaknya bakal sampe sore," sahut Revita sembari memikirkan jadwal kuliahnya hari itu. "Aku jemput ya. Kita nonton, bentar lagi kan kamu semesteran. Jadi harus refresh otak dulu." Ingin rasanya mengiyakan ajakan itu. Namun, kalau sampai pulang terlambat Revita yakin ibunya akan menceramahinya habis-habisan. "Nggak deh. Aku langsung pulang aja, Mas. Aku harus bantuin ibu." "Sesekali, Re. Memang kamu nggak mau kencan sama aku?" Gavin masih terus membujuk. Usahanya tidak pernah gagal

    Last Updated : 2025-01-03
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   27. Teman kok Ciuman

    Revita pikir, Gavin akan segera pulang setelah mengantar pulang. Namun, lelaki itu malah mencegah Revita turun. Keduanya berdiam di mobil untuk beberapa lama. Lampu di dalam rumah masih menyala. Dari luar Revita bisa melihat. Sebenarnya dia sedikit cemas kalau-kalau dari rumah muncul sosok ibunya."Jadi, kamu tinggal di rumah ini?" tanya Gavin memperhatikan rumah yang memiliki halaman luas tidak jauh dari tempatnya sekarang. Rumah dengan dinding berwarna putih itu sejenis rumah tua berarsitektur Belanda. Memiliki atap berbentuk limas dengan pintu kayu berwarna kuning gading. Jendela rumahnya juga sangat klasik. Bagian atas jendela berbuku-buku dan bagian bawahnya papan kayu biasa. Memiliki teras yang mengelilingi rumah dengan dua tiang besi penyangga. Di tengah teras tersebut terdapat jalan yang lurus ke arah pintu. "Iya. Bukan rumah kami. Kami hanya menyewa saja," sahut Revita, menunduk. Dua tangannya memeluk tas dan bungkusan martabak pesanan putrinya. "Mas, aku harus masuk. Kamu

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status