Share

25. Menunggu Pulang

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 18:42:31

Gavin mendebas. Napasnya berembus keras. Poninya yang menjuntai dia tiup-tiup ke atas. Netra cokelatnya mengawasi layar ponsel yang terus menyala. Nama ibunya terus berkedip di sana. Sudah beberapa hari ini dia melarikan diri dari sang mama. Bosan mendengar wanita yang sudah melahirkannya itu terus mendesak perkara kencan bersama Talia.

"Pak, itu ponselnya geter terus loh. Nggak mau diangkat aja?" tanya Vania yang kebetulan masuk membawa setumpuk berkas.

"Biarin aja lah, Van. Saya tahu apa yang akan mama katakan."

Vania meringis sambil menaruh tumpukan berkas ke atas meja Gavin. "Ya udah kalau gitu Pak Gavin tanda tangan ini dulu aja. Sudah ditunggu sama orang HRD."

Dengan malas, Gavin menarik berkas itu. Dia menarik pena dan mulai membuka lembar pertama.

"By the way, Mbak Talia itu cantik loh, Pak," ujar Vania tiba-tiba, tapi langsung merapatkan mulut ketika mata Gavin melirik tajam. Dia meringis dan bergerak mundur.

"Habis ini nggak ada kerjaan urgent kan?" tanya lelaki itu sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Anies
lopyu thoooor.. author kali ini emang ugal²an banget deh kayaknya, benar² gercep, sat-set dan gas poll pokoknya.. makasih banyak² thor udah up banyak tiap harinya.. semangat terus ya
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
kasian si revita....nikmati aja .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   26. De Javu

    Selama perjalanan menuju restoran, Revita tidak banyak bicara. Satu mobil bersama Gavin lagi setelah sekian lama membuatnya terlempar di jaman ketika keduanya masih memiliki hubungan spesial. Biasanya Revita akan menunggu lelaki itu di gerbang depan perumahan agak jauh dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Karena kalau ketahuan ibu dia berangkat bersama anak majikan, bisa-bisa kena omel tiga hari tiga malam. "Nanti pulang jam berapa?" tanya Gavin saat itu setelah Revita menaiki kursi di sebelah kemudi. "Kayaknya bakal sampe sore," sahut Revita sembari memikirkan jadwal kuliahnya hari itu. "Aku jemput ya. Kita nonton, bentar lagi kan kamu semesteran. Jadi harus refresh otak dulu." Ingin rasanya mengiyakan ajakan itu. Namun, kalau sampai pulang terlambat Revita yakin ibunya akan menceramahinya habis-habisan. "Nggak deh. Aku langsung pulang aja, Mas. Aku harus bantuin ibu." "Sesekali, Re. Memang kamu nggak mau kencan sama aku?" Gavin masih terus membujuk. Usahanya tidak pernah gagal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   27. Teman kok Ciuman

    Revita pikir, Gavin akan segera pulang setelah mengantar pulang. Namun, lelaki itu malah mencegah Revita turun. Keduanya berdiam di mobil untuk beberapa lama. Lampu di dalam rumah masih menyala. Dari luar Revita bisa melihat. Sebenarnya dia sedikit cemas kalau-kalau dari rumah muncul sosok ibunya."Jadi, kamu tinggal di rumah ini?" tanya Gavin memperhatikan rumah yang memiliki halaman luas tidak jauh dari tempatnya sekarang. Rumah dengan dinding berwarna putih itu sejenis rumah tua berarsitektur Belanda. Memiliki atap berbentuk limas dengan pintu kayu berwarna kuning gading. Jendela rumahnya juga sangat klasik. Bagian atas jendela berbuku-buku dan bagian bawahnya papan kayu biasa. Memiliki teras yang mengelilingi rumah dengan dua tiang besi penyangga. Di tengah teras tersebut terdapat jalan yang lurus ke arah pintu. "Iya. Bukan rumah kami. Kami hanya menyewa saja," sahut Revita, menunduk. Dua tangannya memeluk tas dan bungkusan martabak pesanan putrinya. "Mas, aku harus masuk. Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   28. Om Itu Belum Punya Pacar

    Gavin menemukan Reina. Anak tujuh tahun itu sedang mengenakan kaus kaki saat mobilnya berhasil terparkir dengan apik di pelataran rest area SPBU. Pria itu keluar dari mobil setelah sebelumnya mengambil sebuah paper bag di kursi belakang. Dengan senyum yang mengembang pria bermata cokelat itu berjalan menghampiri Reina yang sepertinya belum sadar akan kedatangannya. "Halo, Nana," sapa Gavin, langsung duduk di sebelah anak itu. Anak perempuan berkucir kuda itu menoleh. "Oh, Om Ganteng," gumamnya lantas kembali ke aktivitasnya mengenakan sepatu. "Om punya sesuatu buat kamu." Senyum Gavin sumringah ketika memindahkan paper bag ke sisi anak itu. Lagi-lagi bocah yang memiliki iris mata serupa dirinya menoleh. Bola matanya turun melirik paper bag itu. Dia bisa melihat ada sebuah boneka kucing dengan bulu yang tampak lembut. Gavin mendapat informasi dari Revita kalau anak itu menyukai kucing. Jadi, dia berpikir untuk membelikan boneka yang serupa kucing asli. "Kenapa Om kasih ini ke aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   29. Jalan Bareng

    Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak Revita bahwa dirinya dan Reina akan berdiri di sini. Di sebuah lobi salah satu mall ibukota untuk memenuhi janji jalan bersama Gavin. Rasanya aneh dan cukup membuatnya berdebar. Harusnya memang dia tidak perlu ikut. Bukankah yang lelaki itu butuhkan cuma Reina? Lalu kenapa sekarang dirinya ikut latah ada di salah satu mall terbesar ini? Jika bukan karena rengekan Reina yang terus memintanya turut serta, menikmati Minggu dengan secangkir kopi adalah pilihan terbaik. Gavin belum datang. Sepertinya masih ada kesempatan untuk kabur dari pertemuan ini. Dia melirik Reina yang hari ini tampil cantik dengan setelan celana panjang dan kaus bergambar Spongebob Squarepants berukuran besar. Revita memikirkan alasan yang tepat untuk berpamitan agar anak itu setuju. Reina tipe anak kritis yang tidak mudah dikibuli. Di sini Revita harus benar-benar memberi alasan yang masuk akal. Sedetik, dua detik dia belum bisa menemukan ide apa pun. Hingga detik ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   30. Mahesa

    "Aku mau semuanya sampai di sini aja, Mas." Revita mengatakan itu seraya meletakkan kunci rumah dan kunci kendaraan yang biasa dia bawa. Dua benda penting itu adalah pemberian Mahesa, lelaki yang sudah satu tahun ini dekat dengannya. Wajah tampan di hadapannya cukup terkejut. Mungkin pria itu tidak menyangka kalau wanita itu bisa mengembalikan semua itu dengan raut tenang. Mahesa menyaksikan Revita membuka dompet. Dari benda persegi itu, wanita itu mengambil dua buah kartu berwarna hitam dan gold. Spontan Mahesa menghela napas panjang. "Aku juga mau balikin ini. Isi di dalamnya masih utuh. Kamu bisa pastikan itu." "Kenapa harus sampai gini sih, Re?" Pria berkumis tipis itu menatap Revita putus asa. Entah sudah berapa kali dia memohon agar wanita itu tetap tinggal. "Memang harus gini kan, Mas? Aku nggak bisa lanjutin semua. Bakal banyak yang tersakiti.""Tersakiti apa sih, Re?" Mahesa mengacak rambut frustrasi. "Aku udah bilang kan kalau aku sedang menjalani proses cerai?" Wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   31. Mencari Tahu

    Gavin meninggalkan kesibukannya sesaat ketika interkomnya berbunyi. Dengan mata yang masih separuh fokus kepada dokumen di tangan, dia bersuara. "Ada apa, Van?" tanya Gavin sambil lalu."Ada tamu, Pak. Beliau Pak Mahesa." Suara Vania menyahut. Mendengar nama Mahesa disebut, senyum Gavin terbit. "Langsung antar masuk aja, Van.""Oke, Pak." Tidak lama Mahesa masuk ke ruangan Gavin yang luas itu. Kepala Gavin terangkat, lalu tersenyum lebar. Dia segera berdiri dan menyambut kedatangan pamannya itu. "Akhirnya Om datang ke kantorku." Gavin langsung memeluk Mahesa. "Gila, sih. Udah berapa tahun coba? Lima apa enam tahun ya? Apa Surabaya sudah mengalihkan segalanya?" tanya Gavin, menggoda. Mahesa tertawa. "Enam tahun sepertinya." Lantas tertawa lagi. Gavin mempersilakan Mahesa duduk. Paman dan ponakan itu memang sudah lama tidak bertemu. Mahesa terlalu sibuk di Surabaya, sementara Gavin sibuk mengambil S2 di luar negeri sebelum kembali ke Jakarta untuk mengurus bisnis keluarga. "Aku b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   32. Lelaki Bebas

    Refleks Revita berdiri. Bukan untuk mendekat, tapi menjauh. Dia menoleh dan melihat langit kota masih kelabu. Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Dia suka hujan, tapi untuk saat ini pengecualian. Lantaran hujan sore ini menahannya lebih lama di halte bus. Terlebih sekarang dia harus berhadapan dengan Mahesa. Orang yang paling tidak ingin dia temui."Rumah kamu di mana? Biar aku antar." Suara Mahesa terdengar begitu ramah. Masih sama seperti dulu yang Revita tahu. "Makasih. Tapi itu nggak perlu." Pria berkumis tipis itu mendongak. Menatap hujan yang makin deras. "Kayaknya bakal lama hujannya. Kamu yakin nggak mau aku antar?" "Aku menunggu hujan reda." "Oke. Kalau begitu aku akan menemani kamu." Mahesa itu lantas duduk. "Itu juga nggak perlu." Rasa tak nyaman menyelusup. Revita merasa ini akan sulit. Mahesa juga tipe lelaki yang sulit diusir, nyaris sama seperti Gavin. Apa hubungan darah di antara mereka mempengaruhi? "Jadi kamu kerja di kantor Gavin? Itu suatu kebetulan en

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   33. Test Run

    Revita memejamkan mata saat Arum mengonfirmasi tentang kejadian lift pagi tadi. Dengan wajah kepo maksimal, wanita satu anak itu mencondongkan badannya ke dekat meja Revita. "Gue nggak mau gosip di belakang lo. Jadi gue nanya langsung," kilah wanita itu dengan wajah serius. Revita menggigit bibir bawah. Ujung matanya melirik Dona dan Ilham yang tampak tengah saling bercanda di depan mikroskop. Sementara Dany dan Rafa menopang dagunya dengan sebelah tangan satu sama lain, seakan menunggu jawaban Revita. "Iya, tapi itu nggak seperti yang kalian pikir," ucap Revita akhirnya. Dia mendesah lelah melihat tatapan para rekan kerjanya. Tiba-tiba saja Arum menarik tangan perempuan itu dan menatapnya dengan serius. "Dengar, Re. Kalau pun di antara lo dan Pak Gavin ada sesuatu, kami semua di sini dukung lo 100 persen. Ya nggak, Gaes?" Dua alis Revita terangkat dan sontak bingung melihat para temannya mengangguk kompak. Apa maksudnya? "Demi apa pun kalian cocok. Cuma memang agak berat sih. De

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   133. Jangan Mau!

    Mata Reina melirik pintu yang terbuka dari luar. Dia menemukan seutas senyum seseorang yang tidak pernah muncul lagi selama dirinya dirawat. Mahesa. Pria itu datang membawa boneka dan buket berisi cokelat. "Selamat siang, Cantik," sapa Mahesa sembari masuk. Namun reaksi Reina melihat pria itu tampak kurang senang. Dia ingat bagaimana kesalnya pada lelaki itu sesaat sebelum terjadinya kecelakaan. Secara tak langsung pria itu yang membuatnya begini."Gimana keadaanmu, Sayang?" tanya Mahesa ramah, meski disuguhi muka berlipat anak itu. "Baik. Ngapain Om Hesa ke sini?" sahut Reina tidak peduli. Dia kembali sibuk menggambar di tablet yang baru dia dapatkan kemarin. "Jenguk kamu, of course. And they're for you." Bahkan ketika Mahesa memamerkan bawaannya, Reina hanya meliriknya sekilas. "Thank you," sahutnya lirih. "Taroh aja di situ, Om." Mahesa mengangguk-angguk. Senyum di bibirnya tak selebar awal tadi. Dia lantas menuruti permintaan Reina untuk meletakkan hadiahnya di atas nakas.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   128. Beacon Hill

    Usaha yang tidak mudah bagi Gavin untuk melobi para pemegang saham yang sebagian besar sudah tidak tinggal lagi di dalam negeri. Dan ketika dia berhasil menemui mereka pun tidak segampang itu memersuasi mereka agar mau suka rela memberikan sahamnya. Meski dia menjanjikan waktu berjangka dan kemajuan perusahaan, ternyata itu juga belum cukup meyakinkan mereka. Alhasil Gavin harus rela menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia prediksi. Bahkan ketika Mannaf ikut turun tangan tidak membuat masalah itu cepat selesai. "Setidaknya kamu sudah menggenggam separuhnya. Sementara ibu kamu hanya punya 25 persen. Papa rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menurunkan ego dia," ucap Mannaf ketika putra sulungnya itu mengunjungi rumahnya yang ada di Beacon Hill, Boston. Gavin mengangguk. Papanya benar, tinggal usaha untuk membuat perusahaan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa pabrik baru sudah mulai beroperasi dan kantor distribusi juga sudah diperluas. Meski tidak memakan biaya yang se

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   127. Pikiran Buruk

    Revita bergegas mengayunkan langkah menuju kosan ketika melihat mobil milik Gavin terparkir di tanah lapang. Dia yang baru pulang dari pabrik mengernyit bingung. Jika weekend dia akan maklum dengan keberadaan lelaki itu di sini. Masalahnya sekarang hari kerja, dan masih pukul empat sore. Kenapa pria itu ada di sini? Mendekati kamar kosan, Revita melihat sepatu pria itu yang tergeletak rapi di dekat pintu. Tanpa alasan yang jelas hatinya berdesir, bahkan Revita merasa tubuhnya merinding. Dia kembali melangkah mendekat hingga suara tawa Reina dan Gavin masuk ke pendengarannya. Dia sengaja tidak langsung masuk dan hanya berdiri di teras kosan. "Kapan, Pa?" "Sabtu ini. Ada yang harus papa selesaikan." "Lama enggak?" "Uhm, papa nggak tau. Mudah-mudahan kerjaan di sana cepat beres jadi papa bisa segera pulang." Dari percakapan itu Revita bisa menyimpulkan jika Gavin akan pergi. Tapi ke mana? "Boston itu jauh, Pa?" Boston. Pria itu akan pergi ke Boston. Negara yang sama saat dulu Gav

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   126. Piknik

    Melihat kedatangan Mahesa membuat Revita merasa menjadi umpan yang tanpa sengaja tercebur ke kolam ikan. Pasalnya saat ini ada Gavin di kosan yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan piknik. Entah dapat ide dari mana, mereka, Reina, Gavin, dan Indila tiba-tiba ingin pergi piknik. Sebenarnya Revita malas ikut. Daripada menghabiskan waktu di luaran, jujur dia lebih butuh tidur. Mengingat jadwal kerja tiap hari menyita waktu tidurnya. Namun, tentu saja putrinya yang cantiknya sekolong langit tak mungkin membiarkan itu terjadi. "Biar aku sama papa deh yang nyiapin bekal, mama tinggal duduk manis aja," ucap Reina ketika Revita menolak untuk ikut. "Jangan lupakan aku," seru Indila sambil mengacungkan keranjang makanan. "Ah iya, sama Tante Indi.""Ikut aja, Re. Kalau pun ntar di sana kamu tidur nggak apa-apa kok," imbuh Gavin, tangannya sibuk mengepak berbagai macam makanan. Kalau sudah begitu Revita bisa apa? Lalu ketika mereka bersiap pergi Mahesa muncul. Kening pria itu berkerut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   125. Jemuran

    Revita sedang menjemur pakaian yang baru dicuci saat dari kejauhan melihat dua orang tengah lari bersama. Dua orang lelaki dan perempuan itu sedikit menyedot perhatiannya sampai Revita menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya. Pangkal alisnya menyatu saat tahu ternyata mereka itu Gavin dan Indila. Keduanya jogging bersama? Keduanya terlihat lari bersamaan sambil ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan sampai saling melempar tawa begitu. Di posisinya Revita tidak melepas pandangannya. Dia malah makin menatap keduanya dengan tajam. Wanita itu baru tahu jika tetangga kosannya itu ternyata akrab dengan Gavin. Bibirnya berkerut tak senang tahu fakta itu. Namun tiba-tiba Revita terperanjat sendiri. "Kenapa aku mesti nggak senang?" tanyanya pada diri sendiri lalu kepalanya menggeleng cepat. "Bodo amat dia mau akrab sama siapa," ujarnya lagi bersikap sok tak peduli lalu melanjutkan kegiatan menjemur baju, tapi lagi-lagi tanpa sadar matanya bergerak mengintip dari balik kain jemuran

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status