Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / 28. Om Itu Belum Punya Pacar

Share

28. Om Itu Belum Punya Pacar

last update Last Updated: 2025-01-04 14:14:29
Gavin menemukan Reina. Anak tujuh tahun itu sedang mengenakan kaus kaki saat mobilnya berhasil terparkir dengan apik di pelataran rest area SPBU. Pria itu keluar dari mobil setelah sebelumnya mengambil sebuah paper bag di kursi belakang. Dengan senyum yang mengembang pria bermata cokelat itu berjalan menghampiri Reina yang sepertinya belum sadar akan kedatangannya.

"Halo, Nana," sapa Gavin, langsung duduk di sebelah anak itu.

Anak perempuan berkucir kuda itu menoleh. "Oh, Om Ganteng," gumamnya lantas kembali ke aktivitasnya mengenakan sepatu.

"Om punya sesuatu buat kamu." Senyum Gavin sumringah ketika memindahkan paper bag ke sisi anak itu.

Lagi-lagi bocah yang memiliki iris mata serupa dirinya menoleh. Bola matanya turun melirik paper bag itu. Dia bisa melihat ada sebuah boneka kucing dengan bulu yang tampak lembut.

Gavin mendapat informasi dari Revita kalau anak itu menyukai kucing. Jadi, dia berpikir untuk membelikan boneka yang serupa kucing asli.

"Kenapa Om kasih ini ke aku
Yuli F. Riyadi

Gavin squad belum pada muncul kayaknya~~so sad (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anies
Gaviiiin.. terus aja bandel maju terus pantang mundur.. aku selalu disini thor untuk karya²mu
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
hadirr truss thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   29. Jalan Bareng

    Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak Revita bahwa dirinya dan Reina akan berdiri di sini. Di sebuah lobi salah satu mall ibukota untuk memenuhi janji jalan bersama Gavin. Rasanya aneh dan cukup membuatnya berdebar. Harusnya memang dia tidak perlu ikut. Bukankah yang lelaki itu butuhkan cuma Reina? Lalu kenapa sekarang dirinya ikut latah ada di salah satu mall terbesar ini? Jika bukan karena rengekan Reina yang terus memintanya turut serta, menikmati Minggu dengan secangkir kopi adalah pilihan terbaik. Gavin belum datang. Sepertinya masih ada kesempatan untuk kabur dari pertemuan ini. Dia melirik Reina yang hari ini tampil cantik dengan setelan celana panjang dan kaus bergambar Spongebob Squarepants berukuran besar. Revita memikirkan alasan yang tepat untuk berpamitan agar anak itu setuju. Reina tipe anak kritis yang tidak mudah dikibuli. Di sini Revita harus benar-benar memberi alasan yang masuk akal. Sedetik, dua detik dia belum bisa menemukan ide apa pun. Hingga detik ke

    Last Updated : 2025-01-04
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   30. Mahesa

    "Aku mau semuanya sampai di sini aja, Mas." Revita mengatakan itu seraya meletakkan kunci rumah dan kunci kendaraan yang biasa dia bawa. Dua benda penting itu adalah pemberian Mahesa, lelaki yang sudah satu tahun ini dekat dengannya. Wajah tampan di hadapannya cukup terkejut. Mungkin pria itu tidak menyangka kalau wanita itu bisa mengembalikan semua itu dengan raut tenang. Mahesa menyaksikan Revita membuka dompet. Dari benda persegi itu, wanita itu mengambil dua buah kartu berwarna hitam dan gold. Spontan Mahesa menghela napas panjang. "Aku juga mau balikin ini. Isi di dalamnya masih utuh. Kamu bisa pastikan itu." "Kenapa harus sampai gini sih, Re?" Pria berkumis tipis itu menatap Revita putus asa. Entah sudah berapa kali dia memohon agar wanita itu tetap tinggal. "Memang harus gini kan, Mas? Aku nggak bisa lanjutin semua. Bakal banyak yang tersakiti.""Tersakiti apa sih, Re?" Mahesa mengacak rambut frustrasi. "Aku udah bilang kan kalau aku sedang menjalani proses cerai?" Wajah

    Last Updated : 2025-01-05
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   31. Mencari Tahu

    Gavin meninggalkan kesibukannya sesaat ketika interkomnya berbunyi. Dengan mata yang masih separuh fokus kepada dokumen di tangan, dia bersuara. "Ada apa, Van?" tanya Gavin sambil lalu."Ada tamu, Pak. Beliau Pak Mahesa." Suara Vania menyahut. Mendengar nama Mahesa disebut, senyum Gavin terbit. "Langsung antar masuk aja, Van.""Oke, Pak." Tidak lama Mahesa masuk ke ruangan Gavin yang luas itu. Kepala Gavin terangkat, lalu tersenyum lebar. Dia segera berdiri dan menyambut kedatangan pamannya itu. "Akhirnya Om datang ke kantorku." Gavin langsung memeluk Mahesa. "Gila, sih. Udah berapa tahun coba? Lima apa enam tahun ya? Apa Surabaya sudah mengalihkan segalanya?" tanya Gavin, menggoda. Mahesa tertawa. "Enam tahun sepertinya." Lantas tertawa lagi. Gavin mempersilakan Mahesa duduk. Paman dan ponakan itu memang sudah lama tidak bertemu. Mahesa terlalu sibuk di Surabaya, sementara Gavin sibuk mengambil S2 di luar negeri sebelum kembali ke Jakarta untuk mengurus bisnis keluarga. "Aku b

    Last Updated : 2025-01-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   32. Lelaki Bebas

    Refleks Revita berdiri. Bukan untuk mendekat, tapi menjauh. Dia menoleh dan melihat langit kota masih kelabu. Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Dia suka hujan, tapi untuk saat ini pengecualian. Lantaran hujan sore ini menahannya lebih lama di halte bus. Terlebih sekarang dia harus berhadapan dengan Mahesa. Orang yang paling tidak ingin dia temui."Rumah kamu di mana? Biar aku antar." Suara Mahesa terdengar begitu ramah. Masih sama seperti dulu yang Revita tahu. "Makasih. Tapi itu nggak perlu." Pria berkumis tipis itu mendongak. Menatap hujan yang makin deras. "Kayaknya bakal lama hujannya. Kamu yakin nggak mau aku antar?" "Aku menunggu hujan reda." "Oke. Kalau begitu aku akan menemani kamu." Mahesa itu lantas duduk. "Itu juga nggak perlu." Rasa tak nyaman menyelusup. Revita merasa ini akan sulit. Mahesa juga tipe lelaki yang sulit diusir, nyaris sama seperti Gavin. Apa hubungan darah di antara mereka mempengaruhi? "Jadi kamu kerja di kantor Gavin? Itu suatu kebetulan en

    Last Updated : 2025-01-06
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   33. Test Run

    Revita memejamkan mata saat Arum mengonfirmasi tentang kejadian lift pagi tadi. Dengan wajah kepo maksimal, wanita satu anak itu mencondongkan badannya ke dekat meja Revita. "Gue nggak mau gosip di belakang lo. Jadi gue nanya langsung," kilah wanita itu dengan wajah serius. Revita menggigit bibir bawah. Ujung matanya melirik Dona dan Ilham yang tampak tengah saling bercanda di depan mikroskop. Sementara Dany dan Rafa menopang dagunya dengan sebelah tangan satu sama lain, seakan menunggu jawaban Revita. "Iya, tapi itu nggak seperti yang kalian pikir," ucap Revita akhirnya. Dia mendesah lelah melihat tatapan para rekan kerjanya. Tiba-tiba saja Arum menarik tangan perempuan itu dan menatapnya dengan serius. "Dengar, Re. Kalau pun di antara lo dan Pak Gavin ada sesuatu, kami semua di sini dukung lo 100 persen. Ya nggak, Gaes?" Dua alis Revita terangkat dan sontak bingung melihat para temannya mengangguk kompak. Apa maksudnya? "Demi apa pun kalian cocok. Cuma memang agak berat sih. De

    Last Updated : 2025-01-07
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   34. Terjebak Bersama Dua Mantan

    "Kalau kamu terus begini kita jadi seperti punya hubungan kucing-kucingan."Gavin mengatakan itu seraya membuka pintu restoran dan membiarkan Revita masuk lebih dulu. Bukan tanpa sebab Gavin mengatakan itu. Pasalnya untuk berangkat bersama menuju restoran ini, dia bersama mobilnya harus menunggu jauh dari area kantor atas permintaan Revita. "Kita nggak punya hubungan seperti itu," tukas Revita. Jika bukan karena atasannya, dia tidak mau diajak makan siang pria itu. Revita hanya tidak mau membuat masalah yang nanti bisa menyusahkannya. "Meja kita ada di sana." Gavin mempersilakan Revita duduk setelah menarik salah satu kursi. Ini bukan pertama kali Gavin mengajaknya makan siang di tempat prestisius begini. Dulu ketika mereka masih menjalin hubungan, Gavin kerap mengajaknya makan di restoran yang harga menunya bisa bikin Revita migrain seketika. "Kamu tenang aja." Gavin duduk di sebelah wanita itu. "Ada yang mau traktir kita," katanya seraya mengedipkan sebelah mata. Secara refleks

    Last Updated : 2025-01-07
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   35. Mengejar Nana

    Revita mengerutkan kening menatap pria yang duduk di seberangnya. Jarinya yang tengah mengutak-atik ponsel menggantung. Dia tidak paham maksud Mahesa mengatakan itu di depan Gavin. Lumayan dekat pria itu bilang? Demi apa pun! Meskipun Gavin pernah menorehkan luka, tapi Mahesa-lah yang sudah menikamnya paling tajam. "Maaf, kita nggak sedekat itu, Pak," ucap Revita dengan wajah datar. Beruntung pesanan mereka akhirnya datang sehingga Revita tidak perlu mendengar omong kosong Mahesa lebih lanjut. Dan Gavin yang seolah tahu ketidak-nyamanan Revita pun akhirnya mengalihkan topik pembicaraan tentang perusahaan. Sepanjang makan siang itu, Revita tidak banyak komentar. Gavin pun segera mengajak wanita itu pergi setelah selesai makan siang dengan alasan ada meeting yang harus dia hadiri. "Kamu sepertinya nggak suka sama Om Mahes. Apa dulu dia bukan atasan yang baik?" tanya Gavin ketika mereka dalam perjalanan kembali menuju kantor. "Saya harap ini terakhir kalinya Pak Gavin mengajak saya

    Last Updated : 2025-01-08
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   36. Aku yang Salah

    Reina sesenggukan di pangkuan Revita. Keduanya duduk di kursi depan sebuah mini market. Sementara itu Gavin terlihat baru keluar dari dalam mini market sembari membawa dua botol minuman dingin serta satu pak tisu. Pria itu mendekati dua ibu dan anak itu dan duduk di salah satu kursinya. "Maafin Nana, Ma," ucap Reina di tengah isakannya. Tubuh kecilnya masih terguncang. "Mama akan maafin kamu kalau kamu mau janji sama mama nggak akan jualan lagi," sahut Revita. Dadanya masih terasa sesak setelah mendengar penjelasan anak itu soal tujuannya berjualan bunga secara diam-diam selama ini. Reina mengangkat kepala dari pangkuan Revita dan menatap ibunya itu dengan air mata berlinang. "Iya, aku janji. Aku nggak akan berjualan lagi."Wajah Revita menengadah, menghalau air matanya yang akan kembali jatuh. Sebelah tangannya mengusap kepala gadis kecilnya. "Nak, mama sangat berterima kasih kamu punya keinginan membantu mama. Tapi... selama mama masih mampu bekerja, kamu nggak perlu melakukan it

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   133. Jangan Mau!

    Mata Reina melirik pintu yang terbuka dari luar. Dia menemukan seutas senyum seseorang yang tidak pernah muncul lagi selama dirinya dirawat. Mahesa. Pria itu datang membawa boneka dan buket berisi cokelat. "Selamat siang, Cantik," sapa Mahesa sembari masuk. Namun reaksi Reina melihat pria itu tampak kurang senang. Dia ingat bagaimana kesalnya pada lelaki itu sesaat sebelum terjadinya kecelakaan. Secara tak langsung pria itu yang membuatnya begini."Gimana keadaanmu, Sayang?" tanya Mahesa ramah, meski disuguhi muka berlipat anak itu. "Baik. Ngapain Om Hesa ke sini?" sahut Reina tidak peduli. Dia kembali sibuk menggambar di tablet yang baru dia dapatkan kemarin. "Jenguk kamu, of course. And they're for you." Bahkan ketika Mahesa memamerkan bawaannya, Reina hanya meliriknya sekilas. "Thank you," sahutnya lirih. "Taroh aja di situ, Om." Mahesa mengangguk-angguk. Senyum di bibirnya tak selebar awal tadi. Dia lantas menuruti permintaan Reina untuk meletakkan hadiahnya di atas nakas.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   128. Beacon Hill

    Usaha yang tidak mudah bagi Gavin untuk melobi para pemegang saham yang sebagian besar sudah tidak tinggal lagi di dalam negeri. Dan ketika dia berhasil menemui mereka pun tidak segampang itu memersuasi mereka agar mau suka rela memberikan sahamnya. Meski dia menjanjikan waktu berjangka dan kemajuan perusahaan, ternyata itu juga belum cukup meyakinkan mereka. Alhasil Gavin harus rela menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia prediksi. Bahkan ketika Mannaf ikut turun tangan tidak membuat masalah itu cepat selesai. "Setidaknya kamu sudah menggenggam separuhnya. Sementara ibu kamu hanya punya 25 persen. Papa rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menurunkan ego dia," ucap Mannaf ketika putra sulungnya itu mengunjungi rumahnya yang ada di Beacon Hill, Boston. Gavin mengangguk. Papanya benar, tinggal usaha untuk membuat perusahaan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa pabrik baru sudah mulai beroperasi dan kantor distribusi juga sudah diperluas. Meski tidak memakan biaya yang se

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   127. Pikiran Buruk

    Revita bergegas mengayunkan langkah menuju kosan ketika melihat mobil milik Gavin terparkir di tanah lapang. Dia yang baru pulang dari pabrik mengernyit bingung. Jika weekend dia akan maklum dengan keberadaan lelaki itu di sini. Masalahnya sekarang hari kerja, dan masih pukul empat sore. Kenapa pria itu ada di sini? Mendekati kamar kosan, Revita melihat sepatu pria itu yang tergeletak rapi di dekat pintu. Tanpa alasan yang jelas hatinya berdesir, bahkan Revita merasa tubuhnya merinding. Dia kembali melangkah mendekat hingga suara tawa Reina dan Gavin masuk ke pendengarannya. Dia sengaja tidak langsung masuk dan hanya berdiri di teras kosan. "Kapan, Pa?" "Sabtu ini. Ada yang harus papa selesaikan." "Lama enggak?" "Uhm, papa nggak tau. Mudah-mudahan kerjaan di sana cepat beres jadi papa bisa segera pulang." Dari percakapan itu Revita bisa menyimpulkan jika Gavin akan pergi. Tapi ke mana? "Boston itu jauh, Pa?" Boston. Pria itu akan pergi ke Boston. Negara yang sama saat dulu Gav

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   126. Piknik

    Melihat kedatangan Mahesa membuat Revita merasa menjadi umpan yang tanpa sengaja tercebur ke kolam ikan. Pasalnya saat ini ada Gavin di kosan yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan piknik. Entah dapat ide dari mana, mereka, Reina, Gavin, dan Indila tiba-tiba ingin pergi piknik. Sebenarnya Revita malas ikut. Daripada menghabiskan waktu di luaran, jujur dia lebih butuh tidur. Mengingat jadwal kerja tiap hari menyita waktu tidurnya. Namun, tentu saja putrinya yang cantiknya sekolong langit tak mungkin membiarkan itu terjadi. "Biar aku sama papa deh yang nyiapin bekal, mama tinggal duduk manis aja," ucap Reina ketika Revita menolak untuk ikut. "Jangan lupakan aku," seru Indila sambil mengacungkan keranjang makanan. "Ah iya, sama Tante Indi.""Ikut aja, Re. Kalau pun ntar di sana kamu tidur nggak apa-apa kok," imbuh Gavin, tangannya sibuk mengepak berbagai macam makanan. Kalau sudah begitu Revita bisa apa? Lalu ketika mereka bersiap pergi Mahesa muncul. Kening pria itu berkerut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   125. Jemuran

    Revita sedang menjemur pakaian yang baru dicuci saat dari kejauhan melihat dua orang tengah lari bersama. Dua orang lelaki dan perempuan itu sedikit menyedot perhatiannya sampai Revita menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya. Pangkal alisnya menyatu saat tahu ternyata mereka itu Gavin dan Indila. Keduanya jogging bersama? Keduanya terlihat lari bersamaan sambil ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan sampai saling melempar tawa begitu. Di posisinya Revita tidak melepas pandangannya. Dia malah makin menatap keduanya dengan tajam. Wanita itu baru tahu jika tetangga kosannya itu ternyata akrab dengan Gavin. Bibirnya berkerut tak senang tahu fakta itu. Namun tiba-tiba Revita terperanjat sendiri. "Kenapa aku mesti nggak senang?" tanyanya pada diri sendiri lalu kepalanya menggeleng cepat. "Bodo amat dia mau akrab sama siapa," ujarnya lagi bersikap sok tak peduli lalu melanjutkan kegiatan menjemur baju, tapi lagi-lagi tanpa sadar matanya bergerak mengintip dari balik kain jemuran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status