Share

36. Aku yang Salah

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 09:31:03

Reina sesenggukan di pangkuan Revita. Keduanya duduk di kursi depan sebuah mini market. Sementara itu Gavin terlihat baru keluar dari dalam mini market sembari membawa dua botol minuman dingin serta satu pak tisu. Pria itu mendekati dua ibu dan anak itu dan duduk di salah satu kursinya.

"Maafin Nana, Ma," ucap Reina di tengah isakannya. Tubuh kecilnya masih terguncang.

"Mama akan maafin kamu kalau kamu mau janji sama mama nggak akan jualan lagi," sahut Revita. Dadanya masih terasa sesak setelah mendengar penjelasan anak itu soal tujuannya berjualan bunga secara diam-diam selama ini.

Reina mengangkat kepala dari pangkuan Revita dan menatap ibunya itu dengan air mata berlinang. "Iya, aku janji. Aku nggak akan berjualan lagi."

Wajah Revita menengadah, menghalau air matanya yang akan kembali jatuh. Sebelah tangannya mengusap kepala gadis kecilnya. "Nak, mama sangat berterima kasih kamu punya keinginan membantu mama. Tapi... selama mama masih mampu bekerja, kamu nggak perlu melakukan it
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Anies
udah ya Re.. buka hati kamu lagi buat Gavin, jangan bikin Gavin nunggu lama. makasih thor lanjuuuuuut
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
sedih bgt huuu, pkoknya mereka bertiga harus bahagia yaa thor
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
kok nyesek ya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   37. Wakil CEO

    Arum tampak memasang wajah serius ketika memasuki workstation bersama Ferdy. Keduanya baru saja selesai mengikuti meeting bersama CEO di lantai paling atas gedung. Dari raut wajahnya, wanita yang biasa menemani Ferdy meeting itu sepertinya membawa berita baru. Arum beringsut ke mejanya setelah Ferdy terlihat mengintruksikan sesuatu sebelum masuk ke ruangannya. "Posisi wakil CEO yang lama kosong sekarang sudah terisi." Suara wanita itu mengalihkan semua staf yang ada di ruangan tersebut. "Oh ya?" Dany bahkan langsung menggeser kursinya mendekat meninggalkan pekerjaannya sesaat. "Siapa?" "Dengar-dengar dia adik dari Bu Bos. Namanya Pak Mahesa."Sepuluh jari Revita yang tengah menari di atas keyboard berhenti seketika saat mendengar nama Mahesa disebut. Bahkan tubuhnya langsung menegang. "Jadi, dia pamannya Pak Gavin?" tanya Rafa yang baru muncul dari pantry sambil membawa satu cup kopi. Arum mengangguk. Menatap satu per satu teman-teman kerjanya. "Dia nggak kalah ganteng dari Pak G

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   38. Reina juga Anakku

    Kunyahan Gavin memelan mendengar permintaan wanita di depannya. Dia sengaja memindahkan Revita ke pusat supaya bisa leluasa bertemu dan mendekati wanita itu lagi. Mendekati Revita yang sekarang jauh lebih sulit daripada dulu. Dan di saat sedikit demi sedikit Revita sudah mulai menerima kehadirannya kembali, mana mungkin dia membiarkan wanita itu menjauh lagi? "Ada apa dengan pekerjaanmu sekarang?" tanya Gavin, kembali memotong paha ayam di depannya. "Apa kamu kesulitan beradaptasi di sana atau orang-orang di sana nggak menerima kamu dengan baik?" Revita menggulirkan kembali pandangannya ke kotak bekal yang isinya tinggal sedikit. Tidak mungkin dia memberitahu alasan sebenarnya. "Aku merasa tak pantas saja berada di sini. Semua staf di sini minimal lulusan sarjana. Sementara aku cuma lulusan SMA. Akan lebih pantas kalau aku di pabrik." Gavin meletakkan garpu dan pisau plastik yang dipegangnya lantas membuang napas kasar. Dia kembali menatap Revita. "Kalau begitu masalahnya kamu perl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   39. Cupcake

    Revita mengernyit bingung ketika para temannya mengerumuni meja kerjanya. Seperti ada yang menarik di sana. Dengan penasaran, wanita bermata bulat itu mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi. "Nah! Ini dia orangnya!" Revita tersentak kaget saat dari belakang Dany menepuk pundaknya. Dia refleks menoleh, begitu pun teman-temannya yang lain. Dona tampak berbinar-binar mendapati Revita dan langsung berdiri menggaet lengan wanita itu. "Rev, liat deh satu kotak cup cake di meja lo. Uuunch, Pak Gavin romantis banget sih pake acara kirim cupcake segala." Secara otomatis pandangan Revita jatuh ke atas mejanya. Dona benar ada beberapa cup cake yang tersimpan cantik di atas kotak transparan. Tidak heran teman-temannya itu bisa melihat isi di dalamnya yang cantik-cantik. "Iya, laki gue aja nggak pernah beli-beli ginian pas baru pendekatan. Paling banter palingan ditraktir seblak," sambut Arum, lantas memonyongkan bibirnya mengingat kelakuan suaminya dulu. Rafa dan Ilham sampai tergelak m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   40. Sebuah Pelukan

    Revita tahu kedatangan Mahesa ke rumahnya malam itu adalah awal. Awal masalah di hidupnya. Haruskah dia lari lagi? Rasanya Revita sudah lelah terus berlari. Tidak bisakah orang-orang seperti Gavin dan Mahesa membiarkan hidupnya tenang? Seperti saat ini. Pagi-pagi sekali Revita terjebak di ruang kerja Gavin. Wanita berambut cokelat kehitaman itu mengerjap saat Gavin menunjukkan sederet brosur tentang universitas. Revita tidak menyangka pria itu akan berbuat sejauh ini. Gavin tidak benar-benar menyuruhnya kuliah kan? "Orang cerdas seperti kamu sayang kalau nggak lanjut sekolah. Kamu bisa pilih sendiri universitasnya," ucap Gavin. Gara-gara mengandung anaknya Revita terpaksa putus sekolah. Gavin ingin menebus semuanya. "Aku nggak punya waktu buat belajar lagi. Yang aku butuhkan sekarang pekerjaan." "Kamu masih bisa tetap kerja sambil kuliah, Honey." Gavin mengambil satu brosur dan menunjukkannya pada Revita. "Universitas ini lumayan bagus. Dia buka kelas malam dan juga kelas eksten

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   41. Bukan Urusan Kamu

    Baru kemarin-kemarin Mahesa memuji Revita. Menyebut wanita itu salah satu mantan karyawannya yang kompeten. Namun sekarang, Gavin mendengar dengan begitu jelas pria itu meremehkan Revita menggunakan anaknya. Terang saja hal itu membuat Gavin kesal bukan main. Meski demikian rasa sedih tiba-tiba hadir. Mungkin Mahesa hanya salah satu. Selama ini entah berapa banyak orang di luar sana yang mungkin juga mencemooh Revita dan putrinya. Gavin mengepalkan tangan, dan lagi-lagi rasa bersalah menghantamnya telak. "Aku harap ini terakhir kalinya aku mendengar Om Mahes merendahkan Revita," ucap Gavin menahan amarahnya, membuat pria matang di depannya itu terkekeh. "Dude, kamu terlalu serius. Aku nggak bermaksud merendahkan Revita. Calm down, Oke?" Gavin menarik napas panjang. Berusaha menekan emosinya yang sempat mencuat naik. "Jadi, apa yang membuat Om Mahes sepagi ini datang ke ruanganku? Aku dengar biasanya Om datang ke kantor nggak pernah kurang dari pukul sepuluh." "Mamamu memintaku me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   42. Terima Kasih

    Revita terkejut mendapati Gavin melambaikan tangan padanya lengkap dengan senyum menawan ketika dia dan Reina baru keluar dari pagar rumah. Pria itu terlihat tengah bersandar di badan mobil yang terparkir tidak jauh dari rumahnya. "Om Gavin!" Reina yang lebih dulu menyerukan nama pria itu. Bahkan gadis kecil itu langsung berjalan cepat menarik tangan Revita untuk menghampiri pria itu. "Pagi, Cantik. Sudah siap sekolah hari ini?" sapa Gavin sedikit membungkukkan badan, menyambut Reina. "Siap dong, Om." Anak tujuh tahun itu merentangkan tangan, memamerkan seragam baru yang dia pakai. "Aku suka seragam baruku. Keren kan, Om?" tanya gadis itu lagi sembari mengembangkan senyum. Ini adalah hari pertama Reina masuk ke sekolah baru. Anak itu terlihat antusias. Rambutnya yang panjang dan lurus dikuncir tinggi dan dililit pita berwarna biru. Reina benar-benar cantik seperti ibunya. Terlebih mata cokelatnya yang berbinar begitu terang. Melengkapi kecantikannya. "Keren banget!" Sebagai apresi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   43. Mampir Sebentar

    Revita mengerjap mendapati Gavin ada di lift karyawan. Bibir pria itu tersenyum lebar dengan mata fokus hanya padanya. "Pak Gavin kenapa ada di lift karyawan?" Itu bukan pertanyaan yang keluar dari mulut Revita, melainkan dari Arum yang tengah menunggu lift terbuka bersama Revita dan juga Dany. "Lift sebelah mati," dalih Gavin berkilah. Dia sedikit menyingkir memberi mereka ruang untuk masuk. Dengan sengaja Dany dan Arum memberi ruang kosong tepat di sebelah lelaki itu khusus untuk Revita yang masuk terakhir. Keduanya terkikik geli melihat Revita memasang wajah tak terima. "Tumben Pak Gavin pulang sore?" tanya Dany. Jika bukan karena sang CEO kerap menyambangi kantor R n D mana mungkin dia seberani itu berbasa-basi. "Kebetulan sedang longgar," sahut Gavin tersenyum. Kepalanya miring ke arah Revita dan berbisik. "Pulang bareng ya." Revita yang sejak tadi memilih diam sampai terperanjat. Dia tidak berani menjawab karena suaranya pasti didengar oleh dua rekan di sebelahnya. Diam a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   44. Jangan Pergi Lagi

    Semburat cahaya senja memasuki ruang unit melalui pintu kaca yang terhubung ke area balkon. Indahnya warna jingga membuat Revita beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah pintu. Dia menyibak tirai panjang yang setengah menutupi pintu dan dengan mudah menggeser pintu tersebut setelah membuka kuncinya. Wanita itu terpukau melihat betapa indahnya matahari sore berada di sela-sela gedung pencakar langit kota. Dari sini dia bisa menyaksikan megahnya landskap kota. Sejenak Revita terpaku dengan keindahan di depan matanya. Ini untuk pertama kali dia bisa melihat pemandangan memukau dari atas gedung dengan jelas. Namun detik berikutnya dia tersenyum miris dan merasa kecil hati. Dari sini saja dia seharusnya sadar dirinya memang tidak layak bersanding dengan Gavin. Dari dulu memang seperti itu. Dia saja yang tidak tahu diri karena berani memasuki kehidupan pria itu atas nama cinta. Tanpa sadar dua tangan Revita meremas pagar pembatas stainless steel yang mengelilingi balkon. Dirinya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   84. Saat Terakhir

    Suara orang mengaji masih bisa Revita dengar sayup-sayup, dikalahkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Wanita itu masih duduk terpekur dengan Reina yang terus menangis sesenggukan di atas pangkuannya, menemani jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Ini bagaikan mimpi buruk. Tidak terlintas dalam benak Revita ibunya akan meninggalkannya seperti ini. Semalam dia masih yakin Ayun hanya terjatuh di kamar mandi dan akan baik-baik saja. Bahkan saat membawanya ke rumah sakit dengan taksi yang dia pesan, Revita masih merasakan genggaman tangan sang ibu. Namun, keadaan dengan cepat berbalik ketika Ayun mendapat tindakan medis dan tak berapa lama dokter mengatakan bahwa pasien sudah mengembuskan napas terakhir saat masih dalam perjalanan. Meski rasanya tidak percaya karena kejadiannya begitu tiba-tiba, Revita berusaha menerima kenyataan. Tuhan lebih sayang ibunya. Tidak akan ada lagi seseorang yang mengeluhkan betapa banyak obat yang harus diminum. Tuhan langsung mengangkat sa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   83. Om Gavin Nyakitin Mama?

    Reina tertegun di tempat saat melihat Revita duduk di tepi ranjang sambil mengusap air mata. Dia yang berencana menunjukkan hasil gambarnya urung melihat kesedihan di wajah sang ibu. Gadis kecil itu menggigit bibir, dan memutuskan mendekat setelah menimbang-nimbang. "Mama kenapa?" Revita terkesiap, dan kontan mengusap pipinya yang basah. Dia buru-buru mengubah ekspresi dan menatap Reina sembari tersenyum. "Hei, kamu kok belum tidur?" Perlahan Reina duduk di sebelah Revita, mata cokelatnya terus mengamati raut sang ibu. "Om Gavin nyakitin Mama?" tanyanya hati-hati. "Hah? E-enggak kok," elak Revita menggeleng. Bibirnya masih terus berusaha melengkung. Namun itu jelas tidak bisa Reina percaya begitu saja. Meskipun masih kecil, dia tidak mudah dibohongi. Gadis kecil itu mendesah, tatapnya melirik ke tablet yang dia bawa. "Kupikir Om Gavin benar-benar suka sama Mama dan nggak akan nyakitin Mama. Kalau tahu dia bikin mama sedih begini, aku nggak akan pernah kasih izin dia buat deketin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   82. Para Kacung

    "Makasih ya, Pak! Sering-sering aja begini!" Lalu tawa berderai diikuti satu per satu langkah memasuki lobi. "Doakan saja saya banyak rezeki." "Oh pasti dong, Pak!" Gavin menoleh sejenak ke arah rombongan staf yang baru saja masuk. Dirinya dan beberapa orang-orangnya yang tengah sibuk dengan klien penting sedikit terdistraksi oleh suara-suara tersebut. Tatap cokelatnya melihat rombongan staf RnD yang tengah berjalan sambil bercanda. Terlihat Revita berada juga di antara mereka. Namun yang membuat matanya lantas menyipit, ada Mahesa di belakang wanita itu sejajar dengan langkah Ferdy. "Eh, itu Pak Gavin," seru salah seorang dari mereka. Itu suara Dany, pria yang sampai saat ini gigih mengajak Vania kencan, meski belum ada hasil. "Jangan ribut woy. Kalem, suara lo pada, bisa ganggu," cetus Ilham memperingatkan. "Rev..." Arum di sisi Revita menyikut lengan wanita itu. "Pak Gavin," bisiknya. "kok sekarang dia jarang ke kantor kita?" Revita melirik sejenak ke arah rombongan Gavin d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   81. Kegelisahan Melinda

    "Ma?" Wanita dengan tatanan rambut rapi itu menoleh dengan wajah cemas saat Gavin datang. Ada kekhawatiran yang tercetak kental di matanya. "Ada apa?" tanya Gavin sembari mendekat. Tidak biasanya dia melihat ibunya gelisah. Melinda seorang wanita angkuh yang tidak takut apa pun. "Mama hampir tak percaya ini," ucap Melinda. "Rencanaku bisa kacau kalau berita ini menyebar." Gavin menyipitkan mata. Tidak mengerti maksud ucapan Nyonya Besar keluarga Adhiyaksa itu. "Kamu sengaja menutupi ini dari mama kan?" Kali ini mata berbulu lentik itu menyorot Gavin tajam. Sorot kegelisahan itu berubah dalam sekejap menjadi sorot penuh amarah. "Apa yang Mama bicarakan?" tanya Gavin bingung. Namun detik berikutnya dia cukup terkesiap saat Melinda melempar sebuah dokumen ke arahnya. Dahi Gavin mengernyit, menatap dokumen itu. Akan tetapi sejurus kemudian dia langsung paham apa yang terjadi. Gavin tidak menyangka sang mama bisa secepat ini mendapat informasi tentang Reina. "Wanita itu pasti senga

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   80. Ibu Cantik

    "Kamu nggak mau main itu? Mumpung sepi loh." Reina menyorot indoor playground yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan alis mengerut. "Plese deh, Om. Aku udah tujuh tahun dan mau delapan tahun. Masa disuruh main playground? Memangnya aku anak Tk?" sahut Reina dengan bibir maju. Membuat Gavin serta merta tertawa melihat wajah lucu gadis itu. Saat ini keduanya berada di salah satu restoran keluarga yang juga menyediakan arena playground. Gavin memesan chicken steak dengan lelehan saus pedas di atasnya. Sementara Reina memilih mix plate karena dia bilang perutnya masih kenyang. "Om lupa kalau kamu udah besar. Jadi sekarang kamu sukanya apa?" tanya Gavin sembari memotong steak di depannya. "Uhm, aku sekarang lagi belajar menggambar digital, Om." "It sounds great. Pakai media apa?" Reina mencomot sosis dan mencoleknya ke wadah saus tomat. "Di sekolah pake tablet. Tapi kalau di rumah pinjam HP mama." "Pake HP kurang maksimal dong." Reina mengangguk. "Tapi cuma itu yang ada di

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   79. Minim Ekspresi

    "Pak, ponselnya geter terus tuh!" Suara Vania membuyarkan lamunan Gavin. Pria bermata cokelat itu melirik sekilas ponsel yang tergeletak di meja. Lantas menghela napas ketika tahu yang melakukan panggilan telepon ibunya. "Hari ini ada meeting penting lagi yang harus saya hadiri, Van?" tanya Gavin, mengabaikan panggilan telepon itu. "Pukul dua siang ntar ada rapat bersama tim marketing membahas tentang pencapaian promo yang sedang berjalan, Pak. Bisa diundur kalau Anda ada keperluan lain," sahut Vania. Beberapa hari belakangan bosnya itu seperti orang yang kehilangan gairah. Meski tidak pernah melakukan kesalahan dalam tugas, tapi ekspresi pria itu benar-benar terlihat suram. Gavin mengangguk lantas menutup pena setelah menandatangani halaman terakhir sebuah dokumen yang dia pekuri. "Oke. Pending sampai besok. Saya harus pergi sekarang," ujarnya lantas berdiri dan menyambar jasnya di hanging stand yang terletak di belakang kursi. "Anda mau pergi bersama Revita?" tanya Vania lagi.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   78. Terbakar Cemburu

    Revita menarik napas panjang beberapa kali. Mencoba menekan kesedihannya. Berulang kali dia merapal dalam hati, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Meski ucapan Gavin masih terus terngiang dan bikin hatinya berdenyut nyeri. Dari awal dirinya tahu resiko ini. Revita hanya tidak menyangka saja pikiran Gavin padanya sesempit itu. Revita baru akan membuka aplikasi taksi online ketika sebuah mobil tampak menepi, secara refleks kakinya mundur. Dahinya mengernyit saat mobil berjenis sedan itu akhirnya berhenti tepat di depan tempatnya berdiri. Saat kaca mobil itu turun, lampu penerangan dalam mobil membuatnya tahu wajah seseorang di balik kemudi. "Revita, kamu ngapain malam-malam sendirian di sini?" tanya pria berkacamata yang tak lain adalah manajernya, Ferdy. "Pak Ferdy?" "Ayo masuk. Saya antar kamu balik. Bahaya perempuan malam-malam sendirian.""Tapi saya mau pesan taksi online.""Lebih aman ikut mobil saya, Revita."Wanita itu tercenung sejenak sebelum akhirnya memut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   77. Kecewa

    Revita meremas tangannya dengan pandangan menunduk. Gavin sudah tahu semua sebelum dia menjelaskan. Ada sesuatu yang terasa meremas hati Revita, mendapat pandangan dingin dari pria yang dia cintai. Revita sadar dirinya bukan orang suci, hanya saja mendapat tatapan penghakiman dari orang yang dia percaya, hatinya terasa begitu nyeri. "Aku bisa menjelaskan," ucap Revita, menelan ludah. Dia tahu segalanya tidak akan berakhir baik. "Menjelaskan kalau kamu pernah menjalin hubungan dengan pria beristri yang ternyata pamanku?" tukas Gavin cepat. "Demi Tuhan aku nggak pernah tahu kalau dia lelaki beristri. Kalau aku tahu aku nggak akan pernah menerimanya." Terlepas dari itu, rasa cemburu terus mengganggu Gavin. Tahu bahwa Revita mau membuka hati lagi untuk pria lain itu artinya wanita itu sudah sukses melupakannya. Tidak seperti dirinya yang terjebak perasaannya sendiri selama delapan tahun ini. "Do you love him?" tanya Gavin dengan suara lirih. "Jangan bilang tidak. Satu tahun kamu bers

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   76. Provokasi

    BEBERAPA HARI LALU==============Mendadak Gavin muak dengan senyum yang Mahesa tunjukkan. Siang ini dia menyambangi ruangan pamannya itu. Dan sepertinya pria berkumis tipis itu tahu tujuan Gavin mendatanginya. Mahesa tetap terlihat ramah seperti biasa. Seolah tidak sedang melakukan sesuatu yang membuat Gavin jengkel. "Ada yang bisa aku bantu, Keponakan?" tanya Mahesa, lalu mempersilakan Gavin duduk di sofanya. Dia sendiri langsung duduk menyilangkan kaki, menatap sang ponakan sambil terus mempertahankan senyum ramah. "Apa hubungan Om Mahes dan Revita?" tanya Gavin to the point. "Jangan bilang cuma mantan atasan dan bawahan." Senyum Mahesa surut secara perlahan. Dia sudah menduga, Gavin akan menanyakan tentang Revita cepat atau lambat. Dan Mahesa tidak berniat menyembunyikan apa pun lagi. "Revita pacarku saat dia di Surabaya." Mahesa mengucapkan itu dengan nada tenang. Meski begitu dia bisa melihat dua tangan Gavin tampak mengepal erat. "Revita sudah tiga tahun ini di Jakarta. It

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status