Share

35. Mengejar Nana

last update Last Updated: 2025-01-08 09:24:43

Revita mengerutkan kening menatap pria yang duduk di seberangnya. Jarinya yang tengah mengutak-atik ponsel menggantung. Dia tidak paham maksud Mahesa mengatakan itu di depan Gavin. Lumayan dekat pria itu bilang? Demi apa pun! Meskipun Gavin pernah menorehkan luka, tapi Mahesa-lah yang sudah menikamnya paling tajam.

"Maaf, kita nggak sedekat itu, Pak," ucap Revita dengan wajah datar.

Beruntung pesanan mereka akhirnya datang sehingga Revita tidak perlu mendengar omong kosong Mahesa lebih lanjut. Dan Gavin yang seolah tahu ketidak-nyamanan Revita pun akhirnya mengalihkan topik pembicaraan tentang perusahaan.

Sepanjang makan siang itu, Revita tidak banyak komentar. Gavin pun segera mengajak wanita itu pergi setelah selesai makan siang dengan alasan ada meeting yang harus dia hadiri.

"Kamu sepertinya nggak suka sama Om Mahes. Apa dulu dia bukan atasan yang baik?" tanya Gavin ketika mereka dalam perjalanan kembali menuju kantor.

"Saya harap ini terakhir kalinya Pak Gavin mengajak saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anies
nyesek banget sih jadi Revita
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
kasihan kamu nana, jdi korban keegoisan mama ny Gavin .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   36. Aku yang Salah

    Reina sesenggukan di pangkuan Revita. Keduanya duduk di kursi depan sebuah mini market. Sementara itu Gavin terlihat baru keluar dari dalam mini market sembari membawa dua botol minuman dingin serta satu pak tisu. Pria itu mendekati dua ibu dan anak itu dan duduk di salah satu kursinya. "Maafin Nana, Ma," ucap Reina di tengah isakannya. Tubuh kecilnya masih terguncang. "Mama akan maafin kamu kalau kamu mau janji sama mama nggak akan jualan lagi," sahut Revita. Dadanya masih terasa sesak setelah mendengar penjelasan anak itu soal tujuannya berjualan bunga secara diam-diam selama ini. Reina mengangkat kepala dari pangkuan Revita dan menatap ibunya itu dengan air mata berlinang. "Iya, aku janji. Aku nggak akan berjualan lagi."Wajah Revita menengadah, menghalau air matanya yang akan kembali jatuh. Sebelah tangannya mengusap kepala gadis kecilnya. "Nak, mama sangat berterima kasih kamu punya keinginan membantu mama. Tapi... selama mama masih mampu bekerja, kamu nggak perlu melakukan it

    Last Updated : 2025-01-08
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   37. Wakil CEO

    Arum tampak memasang wajah serius ketika memasuki workstation bersama Ferdy. Keduanya baru saja selesai mengikuti meeting bersama CEO di lantai paling atas gedung. Dari raut wajahnya, wanita yang biasa menemani Ferdy meeting itu sepertinya membawa berita baru. Arum beringsut ke mejanya setelah Ferdy terlihat mengintruksikan sesuatu sebelum masuk ke ruangannya. "Posisi wakil CEO yang lama kosong sekarang sudah terisi." Suara wanita itu mengalihkan semua staf yang ada di ruangan tersebut. "Oh ya?" Dany bahkan langsung menggeser kursinya mendekat meninggalkan pekerjaannya sesaat. "Siapa?" "Dengar-dengar dia adik dari Bu Bos. Namanya Pak Mahesa."Sepuluh jari Revita yang tengah menari di atas keyboard berhenti seketika saat mendengar nama Mahesa disebut. Bahkan tubuhnya langsung menegang. "Jadi, dia pamannya Pak Gavin?" tanya Rafa yang baru muncul dari pantry sambil membawa satu cup kopi. Arum mengangguk. Menatap satu per satu teman-teman kerjanya. "Dia nggak kalah ganteng dari Pak G

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   38. Reina juga Anakku

    Kunyahan Gavin memelan mendengar permintaan wanita di depannya. Dia sengaja memindahkan Revita ke pusat supaya bisa leluasa bertemu dan mendekati wanita itu lagi. Mendekati Revita yang sekarang jauh lebih sulit daripada dulu. Dan di saat sedikit demi sedikit Revita sudah mulai menerima kehadirannya kembali, mana mungkin dia membiarkan wanita itu menjauh lagi? "Ada apa dengan pekerjaanmu sekarang?" tanya Gavin, kembali memotong paha ayam di depannya. "Apa kamu kesulitan beradaptasi di sana atau orang-orang di sana nggak menerima kamu dengan baik?" Revita menggulirkan kembali pandangannya ke kotak bekal yang isinya tinggal sedikit. Tidak mungkin dia memberitahu alasan sebenarnya. "Aku merasa tak pantas saja berada di sini. Semua staf di sini minimal lulusan sarjana. Sementara aku cuma lulusan SMA. Akan lebih pantas kalau aku di pabrik." Gavin meletakkan garpu dan pisau plastik yang dipegangnya lantas membuang napas kasar. Dia kembali menatap Revita. "Kalau begitu masalahnya kamu perl

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   39. Cupcake

    Revita mengernyit bingung ketika para temannya mengerumuni meja kerjanya. Seperti ada yang menarik di sana. Dengan penasaran, wanita bermata bulat itu mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi. "Nah! Ini dia orangnya!" Revita tersentak kaget saat dari belakang Dany menepuk pundaknya. Dia refleks menoleh, begitu pun teman-temannya yang lain. Dona tampak berbinar-binar mendapati Revita dan langsung berdiri menggaet lengan wanita itu. "Rev, liat deh satu kotak cup cake di meja lo. Uuunch, Pak Gavin romantis banget sih pake acara kirim cupcake segala." Secara otomatis pandangan Revita jatuh ke atas mejanya. Dona benar ada beberapa cup cake yang tersimpan cantik di atas kotak transparan. Tidak heran teman-temannya itu bisa melihat isi di dalamnya yang cantik-cantik. "Iya, laki gue aja nggak pernah beli-beli ginian pas baru pendekatan. Paling banter palingan ditraktir seblak," sambut Arum, lantas memonyongkan bibirnya mengingat kelakuan suaminya dulu. Rafa dan Ilham sampai tergelak m

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   40. Sebuah Pelukan

    Revita tahu kedatangan Mahesa ke rumahnya malam itu adalah awal. Awal masalah di hidupnya. Haruskah dia lari lagi? Rasanya Revita sudah lelah terus berlari. Tidak bisakah orang-orang seperti Gavin dan Mahesa membiarkan hidupnya tenang? Seperti saat ini. Pagi-pagi sekali Revita terjebak di ruang kerja Gavin. Wanita berambut cokelat kehitaman itu mengerjap saat Gavin menunjukkan sederet brosur tentang universitas. Revita tidak menyangka pria itu akan berbuat sejauh ini. Gavin tidak benar-benar menyuruhnya kuliah kan? "Orang cerdas seperti kamu sayang kalau nggak lanjut sekolah. Kamu bisa pilih sendiri universitasnya," ucap Gavin. Gara-gara mengandung anaknya Revita terpaksa putus sekolah. Gavin ingin menebus semuanya. "Aku nggak punya waktu buat belajar lagi. Yang aku butuhkan sekarang pekerjaan." "Kamu masih bisa tetap kerja sambil kuliah, Honey." Gavin mengambil satu brosur dan menunjukkannya pada Revita. "Universitas ini lumayan bagus. Dia buka kelas malam dan juga kelas eksten

    Last Updated : 2025-01-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   41. Bukan Urusan Kamu

    Baru kemarin-kemarin Mahesa memuji Revita. Menyebut wanita itu salah satu mantan karyawannya yang kompeten. Namun sekarang, Gavin mendengar dengan begitu jelas pria itu meremehkan Revita menggunakan anaknya. Terang saja hal itu membuat Gavin kesal bukan main. Meski demikian rasa sedih tiba-tiba hadir. Mungkin Mahesa hanya salah satu. Selama ini entah berapa banyak orang di luar sana yang mungkin juga mencemooh Revita dan putrinya. Gavin mengepalkan tangan, dan lagi-lagi rasa bersalah menghantamnya telak. "Aku harap ini terakhir kalinya aku mendengar Om Mahes merendahkan Revita," ucap Gavin menahan amarahnya, membuat pria matang di depannya itu terkekeh. "Dude, kamu terlalu serius. Aku nggak bermaksud merendahkan Revita. Calm down, Oke?" Gavin menarik napas panjang. Berusaha menekan emosinya yang sempat mencuat naik. "Jadi, apa yang membuat Om Mahes sepagi ini datang ke ruanganku? Aku dengar biasanya Om datang ke kantor nggak pernah kurang dari pukul sepuluh." "Mamamu memintaku me

    Last Updated : 2025-01-10
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   42. Terima Kasih

    Revita terkejut mendapati Gavin melambaikan tangan padanya lengkap dengan senyum menawan ketika dia dan Reina baru keluar dari pagar rumah. Pria itu terlihat tengah bersandar di badan mobil yang terparkir tidak jauh dari rumahnya. "Om Gavin!" Reina yang lebih dulu menyerukan nama pria itu. Bahkan gadis kecil itu langsung berjalan cepat menarik tangan Revita untuk menghampiri pria itu. "Pagi, Cantik. Sudah siap sekolah hari ini?" sapa Gavin sedikit membungkukkan badan, menyambut Reina. "Siap dong, Om." Anak tujuh tahun itu merentangkan tangan, memamerkan seragam baru yang dia pakai. "Aku suka seragam baruku. Keren kan, Om?" tanya gadis itu lagi sembari mengembangkan senyum. Ini adalah hari pertama Reina masuk ke sekolah baru. Anak itu terlihat antusias. Rambutnya yang panjang dan lurus dikuncir tinggi dan dililit pita berwarna biru. Reina benar-benar cantik seperti ibunya. Terlebih mata cokelatnya yang berbinar begitu terang. Melengkapi kecantikannya. "Keren banget!" Sebagai apresi

    Last Updated : 2025-01-11
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   43. Mampir Sebentar

    Revita mengerjap mendapati Gavin ada di lift karyawan. Bibir pria itu tersenyum lebar dengan mata fokus hanya padanya. "Pak Gavin kenapa ada di lift karyawan?" Itu bukan pertanyaan yang keluar dari mulut Revita, melainkan dari Arum yang tengah menunggu lift terbuka bersama Revita dan juga Dany. "Lift sebelah mati," dalih Gavin berkilah. Dia sedikit menyingkir memberi mereka ruang untuk masuk. Dengan sengaja Dany dan Arum memberi ruang kosong tepat di sebelah lelaki itu khusus untuk Revita yang masuk terakhir. Keduanya terkikik geli melihat Revita memasang wajah tak terima. "Tumben Pak Gavin pulang sore?" tanya Dany. Jika bukan karena sang CEO kerap menyambangi kantor R n D mana mungkin dia seberani itu berbasa-basi. "Kebetulan sedang longgar," sahut Gavin tersenyum. Kepalanya miring ke arah Revita dan berbisik. "Pulang bareng ya." Revita yang sejak tadi memilih diam sampai terperanjat. Dia tidak berani menjawab karena suaranya pasti didengar oleh dua rekan di sebelahnya. Diam a

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   150. Musim Gugur di Beacon Hill

    Berjalan sambil bergandengan tangan di Charless street pada musim gugur akan menjadi momen romantis yang tidak akan pernah Revita lupa. Berbaur di pemandangan jalan yang mempesona si kawasan pinggir kota paling tua dan makmur, Boston. Untuk ke-empat kalinya Gavin mengajak Revita dan anak-anak ke kota ini dan wanita itu akui tidak pernah bosan berada di tempat ini. "Ini kali pertama kita ke sini pas musim gugur. Kalau tau bakal seindah ini aku pasti sudah minta ke sini di bulan-bulan musim gugur sebelumnya," ujar Revita dengan bibir maju. Sudah empat kali berkunjung, dan dia baru melihat musim secantik ini. Kakinya yang terbungkus boots panjang berjalan menapaki trotoar yang terbuat dari batu kerikil. Matanya mengedar dengan senyum yang mengembang memperhatikan barisan rumah bergaya federal. Yang menarik, rumah-rumah di sini memiliki pengetuk pintu dari kuningan yang dipoles alih-alih bel wifi atau listrik. Gavin bilang itu adalah simbol tak resmi kawasan pinggir kota ini. "Musim g

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   149. Kejutan (2)

    Begitu membuka pintu kosan, Revita langsung melihat wajah putrinya yang tersenyum lebar. Anak itu segera menghambur ke pelukannya. Di belakang Reina, Gavin melambaikan tangan seraya tersenyum manis. "Mama udah siap?" tanya Reina, kepalanya meneleng untuk melihat barang-barang di belakang punggung ibunya. Hanya ada satu koper besar dan tas jinjing berukuran sedang. "Isi rumah nggak dibawa, Ma?" Revita terkekeh sembari menggeleng. "Barang-barang itu kan bukan milik kita, Na. Ada-ada aja kamu."Gavin sendiri langsung mengambil alih bawaan sang istri dan segera memasukkannya ke bagasi mobil. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. Revita dan Reina akan tinggal bersamanya menjadi satu keluarga utuh. "Itu apa?" tanya Gavin melihat kotak dengan ukuran lumayan besar yang dibungkus kado. Revita mengikuti arah pandang Gavin. "Itu dari teman-teman di pabrik. Belum aku buka sih." "Dibawa juga?" "Iya. Kado perpisahan." Selain koper milik dirinya, ada juga koper milik Reina di bagasi mobil Gavin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   148. Kejutan (1)

    Mata Revita mengerjap. Mungkin yang Indila katakan benar, tapi wanita itu tidak boleh pesimis. Mahesa hanya belum melupakan Revita, tapi bukan berarti tidak bisa melupakan. Revita tersenyum menatap wanita manis di depannya. "Dengan lo terus di sampingnya, gue yakin dia bisa segera lupain gue. Apalagi lo deket sama Dony. Sekedar informasi, meski dia dulu deketin gue, dia nggak pernah loh ngenalin anaknya ke gue. Tapi ke lo? Nah itu tandanya dia serius sama lo." Wajah mendung Indila hilang seketika. Berganti dengan wajah penuh senyum. "Lo bisa aja, Re," katanya cengengesan. "Gue yakin sih bentar lagi lo bakal dilamar," goda Revita seraya menaik-turunkan alisnya. "Nggaklah. Gue bakal kasih waktu ke dia buat terima kenyataan bahwa lo itu milik keponakannya." Kedua wanita itu lantas tertawa. Lalu saling berpelukan. Tepat saat itu Revita seolah menyadari sesuatu. "Tunggu-tunggu." Revita melepas pelukannya dan mengangkat tangan sejenak. Dia merasa ada yang aneh di sini. "Jadi, lo mau p

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   147. Pagar Makan Tanaman

    Perombakan kesekretariatan ternyata lumayan mengundang perhatian. Bukan hanya itu, Gavin juga memecat beberapa sekretaris yang diduga berkomplot menjebak dirinya, termasuk Ferial. Tidak peduli dikatakan presdir kejam atau apa. Baginya perbuatan Ferial dan teman-temannya sudah melampaui batas. Kejadian mabuknya Ferial membuat Gavin tahu betapa busuknya perempuan itu. Paginya, begitu wanita itu sadar, Gavin memintanya untuk pulang ke Indonesia. Sempat ada drama dan permohonan maaf dari Ferial, tapi Gavin tak peduli dan tetap mengirim wanita itu kembali ke Jakarta. Alhasil seminar dua hari dan rapat terakhir dia lakukan sendiri tanpa dampingan sekretaris. "Jadi, apa yang bikin kamu memecat mereka?" tanya Mahesa saat pria itu berkunjung ke kantor Gavin. Kabar itu cukup bikin heboh. "Mereka kerjanya tidak becus," sahut Gavin sambil terus menandatangani dokumen di mejanya. Menarik kursi di depan meja, Mahesa pun duduk. "Apa yang mereka lakukan?" "Aku yakin Om sudah tau apa yang terjadi

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   146. Resiko

    "Mas?" Rasa kantuk dan kesal hilang seketika saat Revita menemukan suaminya sudah berdiri di depan pintu kosan. Dia mengucek mata untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ini sudah hampir pukul satu malam. Kenapa Gavin ada di sini? "Kaget ya? Biarin aku masuk dulu, Re. Aku capek." Gavin hendak masuk kamar, tapi segera Revita tahan. "Tunggu-tunggu, kamu beneran Mas Gavin, kan? Bukan demit yang nyamar jadi suamiku?" Detik berikutnya Revita terpekik karena mendapat sentilan di dahi. Dia segera mengusap dahinya yang kesakitan. "Demit mana ada yang seganteng suami kamu." Dengan pelan Gavin mendorong Revita masuk, begitu pun dirinya yang lantas ikut masuk dan menutup pintu kamar kosan. "Tapi, Mas. Kamu kan lagi ada di Malaysia. Kok sekarang udah ada di sini aja? Mana malam-malam lagi datangnya." Rasanya Revita belum puas mendapat jawaban dari pria itu. "Kamu kabur ya?" Melepas sepatu, Gavin pun juga melepas kemeja beserta celana panjangnya. "Seminar sudah selesai. Bu

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   145. Merepotkan

    "Berapa hari?" Selain meeting ada seminar kewirausahaan yang harus Gavin hadiri selama dua hari. Kebetulan dia akan menjadi salah satu pengisi materi di hari kedua seminar yang diadakan di Kuala Lumpur tersebut. "Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang." "Hm, lama." Reina cemberut. "Mama weekend katanya masuk kerja. Masa papa juga belum balik?"Gavin menyentuh kepala Reina. "Papa usahakan weekend sudah kembali," ucapnya tersenyum. "Pak, sudah waktunya berangkat!" Di dekat mobil, Ferial kembali mengingatkan. Mata cokelat Reina langsung melirik tak suka. "Ih, aku nggak suka sama sekretaris papa yang itu. Kenapa bukan Tante Vania aja sih?" "Tante Vania ada pekerjaan lain.""Ya ganti aja jangan yang itu. Kelihatannya genit. Mentang-mentang cantik. Papa nggak takut mama cemburu?" "Uhm—""Papa mau ke Malaysia bareng dia kan?"Gavin mengangguk ragu. Semoga ini bukan masalah. "Tapi kami ke sana cuma bekerja. Dia di sana cuma membantu pekerjaan papa. Sekaligus papa lagi nguji dia layak atau ngg

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   144. Sekretaris Baru

    Alis Gavin naik sebelah ketika melihat sekretaris bernama Ferial datang menjemputnya. Dia tidak berharap orang baru yang akan menemani perjalanan bisnisnya. Namun sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Anggap saja ini ujian pertama sekretaris itu. Jika gagal, Gavin bisa punya alasan untuk mendepaknya dari kesekretariatan. "Tidak ada yang memberitahu saya kalau kamu yang akan menemani saya ke Malaysia," ucap Gavin seraya masuk ke mobil mewah fasilitas kantor. Ferial tersenyum manis, lalu ikut masuk ke mobil setelah memastikan bosnya itu duduk nyaman di dalam sana. "Saya sudah memberitahukan itu ke Pak Gavin. Di reminder juga ada. Mungkin Pak Gavin lupa."Sekilas Gavin memindai outfit yang wanita muda itu kenakan. Wanita itu mengenakan floral dress sebatas lutut yang dilapisi blazer hitam. Dress dengan potongan flowly itu agak naik ke atas saat dia duduk. Warna krem dress itu seolah tengah berlomba dengan warna kulit putih Ferial yang secerah mutiara. Gavin tidak mengerti kenapa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   143. LDR

    "Selamat pagi, Pak."Gavin mengangkat wajah dari tumpukan kertas yang sedang dia baca ketika sapaan asing seseorang terdengar. Di depannya berdiri seorang wanita muda yang terlihat cantik dan energik. Alisnya terangkat sebelah karena tidak mengenali sosok itu. "Kamu siapa?" tanya Gavin tanpa membalas sapaan wanita muda itu. "Saya Ferial, Pak. Saya di sini menggantikan Mbak Vania." "Memang Vania ke mana?" "Mbak Vania mendampingi CEO baru kita, Pak." Gavin mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih ingin Vania yang menemaninya di posisi sekarang sebagai presdir baru. Ya rapat pemegang saham menunjuknya menjadi presdir menggantikan Melinda yang dulu menjabat sebagai presdir pasif. Gavin sendiri memilih tetap ngantor karena masih banyak yang harus dia pastikan keberlangsungan beberapa proyeknya. "Selain saya ada tiga sekretaris lain yang akan membantu pekerjaan Anda, Pak.""Ya, terima kasih," sahut Gavin lantas kembali memperhatikan kertas-kertas di mejanya. Dia pikir sekretaris bernama

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   142. Malam Penuh Gairah (warning area)

    *WARNING 21+*===========Pangkal alis Revita berkedut. Bibirnya menggeram lirih lalu lama-lama badannya menggeliat. Entah sekarang pukul berapa. Yang jelas sudah larut, karena kesunyian terasa begitu pekat. Setengah sadar dia menyingkirkan tangan tak sopan yang membuat tidurnya terganggu. "Aku ngantuk, Mas," gumamnya tak jelas, lalu kembali terlelap. Tidak ada sahutan, tapi tangan itu makin tak mau berhenti bergerak. Ketika Revita mengubah posisi menjadi miring, tangan itu pun ikut mengejar. Mencari celah agar bisa menyusup ke balik piyama yang wanita itu kenakan. "Mas," gumam Revita lagi, ketika tangan itu berhasil menyusup masuk dan meremas payudaranya. Karena masih sangat mengantuk, akhirnya Revita membiarkan saja. Tapi lama-lama pergerakan itu membuat Revita tak nyaman. Apalagi ketika puncak dadanya dimainkan. Tubuhnya yang sensitif sontak bereaksi. Dia melenguh pelan. Dalam tidur berusaha menikmati apa yang suaminya lakukan. "Bangun, Sayang," bisik Gavin, sembari terus memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status