Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / 20. Penyesalan Gavin

Share

20. Penyesalan Gavin

last update Last Updated: 2024-12-31 16:20:10
Gavin memarkirkan mobil di salah satu rest area SPBU. Di jam sore, biasanya dia menemukan Nana di sana bersama bunga-bunganya. Dan dugaannya tepat ketika matanya menangkap keberadaan anak itu di teras rest area.

Dari dalam mobil, pria berahang tegas itu tercenung sambil menatap gadis kecil yang sedang menata bunga-bunga mawar di keranjang itu. Hatinya tercubit melihat pemandangan itu.

Selama ini hidupnya bergelimang harta. Tidak kekurangan apa pun. Sandang yang dia miliki semua branded baik lokal mau pun internasional. Tinggal di salah satu apartemen mewah di jantung kota. Kendaraan mentereng keluaran luar negeri.

Rasa bersalah dan penyesalannya menggunung melihat anaknya sendiri malah berjibaku menjadi penjual asongan di sepanjang jalan lampu merah demi ingin agar Revita tidak bekerja lagi. Ayah macam apa dia?

Gavin membenturkan kepalanya sendiri ke stir mobil. Rasanya kesalahan yang sudah dia lakukan tidak bisa ditebus dengan apa pun.

Dia menarik napas panjang sebelum keluar dari
Yuli F. Riyadi

Aku up terus karena udah ada tabungan bab ya Gaes. Bukan karena manusia super wkwk

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Anies
semangat terus thor.. makasih untuk up hari ininya
goodnovel comment avatar
Ivana Oktaviana
semangat thorr
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
asik ...sistimny mkn eror....banyak up hari ini ...semoga banyak up....dobel dobel dobel up...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   21. Honey

    Revita mengunyah potongan martabak dalam diam. Tatapnya lurus menatap televisi layar datar yang sedang menyiarkan acara talk show malam. Dia pura-pura fokus menonton meskipun acaranya sama sekali tidak menarik. "Mau lagi?" tanya Gavin, melihat potongan martabak di tangan Revita tinggal separuh. "Udah kenyang." Gavin meraih tisu dan mengelap tangannya yang berminyak. Lantas menusuk sedotan ke minuman yang dia beli. "Apa kamu belum diizinkan pulang dokter?" Di sini Gavin berusaha terus membangun percakapan. Berusaha meruntuhkan jarak yang sedang Revita pasang. "Kalau tidak besok, mungkin lusa," sahut Revita singkat. Matanya melirik jam dinding. Pukul setengah sepuluh, tapi tidak ada tanda-tanda Gavin pamit atau beranjak. Dia mulai gusar. Meskipun sudah delapan tahun lamanya, perasaan yang dipaksa hilang itu bisa muncul lagi. Revita takut. Dia tidak yakin dengan hatinya sendiri bahwa tidak ada rongga kosong yang diselipi pria itu. "Revita ...." Kembali Gavin memanggil. Dan berulang

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   22. Tidak Ada Hubungan Apa-apa

    Bukan bunga mawar seperti yang biasa dia kirim. Namun, kali ini Gavin membawa satu buket bunga mawar asli yang dia beli dari toko bunga. Satu hal lagi, dia tidak memberikannya secara diam-diam. Dia berniat akan memberikannya langsung kepada Revita. Ini hari pertama wanita itu masuk kantor lagi. Sejak obrolannya dengan Revita malam itu, dia berniat mengejar kembali cinta Revita secara terang-terangan. Kantor departemen pengembangan masih sangat sepi. Hanya ada beberapa karyawan di ruangan lain yang tampak sedang ngopi atau sarapan. Gavin mengayunkan kaki di lantai koridor yang sedang dibersihkan OB. Dia membalas sapaan dari OB tersebut sebelum berbelok ke kantor pengembangan. Langkah kakinya yang tadi dia buat mantap, tiba-tiba berjalan pelan ketika pintu workstation Revita sudah nampak. Dia terlalu pagi sepertinya lantaran tidak ada siapa pun di sini. Namun, ketika dia berhasil memasuki wilayah orang-orang pengembangan, dia melihat seorang wanita yang tengah membereskan pernak-per

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   23. prospek

    Arum menggeser cepat kursinya ke dekat meja Revita ketika matanya melihat kedatangan Gavin dari kejauhan. Sampai-sampai Revita yang tengah sibuk mengetik terkaget-kaget. "Lo yakin nggak ada hubungan apa-apa sama Pak Gavin?" Revita yang masih menyentuh dadanya menoleh. "Ya Allah, Mbak. Kamu bikin gue kaget tau nggak."Tanpa rasa bersalah, Arum malah terkikik. "Sori, Rev. Habisnya ... Liat tuh di sana." Wanita beranak satu itu menunjuk sesuatu dengan dagunya. Revita mengikuti pandangan Arum dan dia langsung bisa menemukan Gavin yang sekarang tengah mengobrol dengan Pak Jamet dari tim peneliti. Perasaannya mendadak tak enak. "Dia ke sini pasti mau nyamperin lo," ujar Arum dengan tatap curiga. "Ya nggak mungkinlah, Mbak," bantah Revita cepat. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi. "Kata Mbak Ayu orang HRD bukannya Pak Gavin memang sering datang ke departemen penelitian dan pengembangan?" Dia masih ingat bagaimana Ayu memberitahu tentang betapa beruntungnya Revita masuk departemen i

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   24. Bekal

    Bagi Revita duduk berhadapan lagi dengan Gavin itu suatu kemustahilan. Ketika ibunya mengajaknya pergi dari rumah keluarga Adhiyaksa, dia berusaha mati-matian menahan rindu kepada pria itu. Cintanya masih sangat besar pada saat itu, namun keadaan seolah merenggut paksa. Keadaan membuatnya terpaksa harus melupakan ayah dari bayi yang dia kandung. Bisa dibayangkan bagaimana stresnya dia menjalani kehamilan tanpa seorang suami? Nyaris tiap hari dia menangis. Apalagi ketika rindu itu datang. Sekarang, dia kembali berhadapan dengan pria itu. Pria yang pernah menawarkan segalanya, pria yang pernah memberinya cinta begitu besar hingga dia lupa berpijak ke bumi, pria yang rela membuatnya menyerahkan hal paling berharga yang dia miliki, pria yang terpaksa harus dia tinggal pergi demi harga diri. Gavin Adhiyaksa masih memiliki senyum manis seperti dulu. Senyum yang sanggup membuat dada Revita berdebar. Saat ini sosok itu benar-benar ada di hadapannya lagi, memandang dirinya dengan tatap yang

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   25. Menunggu Pulang

    Gavin mendebas. Napasnya berembus keras. Poninya yang menjuntai dia tiup-tiup ke atas. Netra cokelatnya mengawasi layar ponsel yang terus menyala. Nama ibunya terus berkedip di sana. Sudah beberapa hari ini dia melarikan diri dari sang mama. Bosan mendengar wanita yang sudah melahirkannya itu terus mendesak perkara kencan bersama Talia. "Pak, itu ponselnya geter terus loh. Nggak mau diangkat aja?" tanya Vania yang kebetulan masuk membawa setumpuk berkas. "Biarin aja lah, Van. Saya tahu apa yang akan mama katakan." Vania meringis sambil menaruh tumpukan berkas ke atas meja Gavin. "Ya udah kalau gitu Pak Gavin tanda tangan ini dulu aja. Sudah ditunggu sama orang HRD." Dengan malas, Gavin menarik berkas itu. Dia menarik pena dan mulai membuka lembar pertama. "By the way, Mbak Talia itu cantik loh, Pak," ujar Vania tiba-tiba, tapi langsung merapatkan mulut ketika mata Gavin melirik tajam. Dia meringis dan bergerak mundur. "Habis ini nggak ada kerjaan urgent kan?" tanya lelaki itu sa

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   26. De Javu

    Selama perjalanan menuju restoran, Revita tidak banyak bicara. Satu mobil bersama Gavin lagi setelah sekian lama membuatnya terlempar di jaman ketika keduanya masih memiliki hubungan spesial. Biasanya Revita akan menunggu lelaki itu di gerbang depan perumahan agak jauh dari rumah besar keluarga Adhiyaksa. Karena kalau ketahuan ibu dia berangkat bersama anak majikan, bisa-bisa kena omel tiga hari tiga malam. "Nanti pulang jam berapa?" tanya Gavin saat itu setelah Revita menaiki kursi di sebelah kemudi. "Kayaknya bakal sampe sore," sahut Revita sembari memikirkan jadwal kuliahnya hari itu. "Aku jemput ya. Kita nonton, bentar lagi kan kamu semesteran. Jadi harus refresh otak dulu." Ingin rasanya mengiyakan ajakan itu. Namun, kalau sampai pulang terlambat Revita yakin ibunya akan menceramahinya habis-habisan. "Nggak deh. Aku langsung pulang aja, Mas. Aku harus bantuin ibu." "Sesekali, Re. Memang kamu nggak mau kencan sama aku?" Gavin masih terus membujuk. Usahanya tidak pernah gagal

    Last Updated : 2025-01-03
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   27. Teman kok Ciuman

    Revita pikir, Gavin akan segera pulang setelah mengantar pulang. Namun, lelaki itu malah mencegah Revita turun. Keduanya berdiam di mobil untuk beberapa lama. Lampu di dalam rumah masih menyala. Dari luar Revita bisa melihat. Sebenarnya dia sedikit cemas kalau-kalau dari rumah muncul sosok ibunya."Jadi, kamu tinggal di rumah ini?" tanya Gavin memperhatikan rumah yang memiliki halaman luas tidak jauh dari tempatnya sekarang. Rumah dengan dinding berwarna putih itu sejenis rumah tua berarsitektur Belanda. Memiliki atap berbentuk limas dengan pintu kayu berwarna kuning gading. Jendela rumahnya juga sangat klasik. Bagian atas jendela berbuku-buku dan bagian bawahnya papan kayu biasa. Memiliki teras yang mengelilingi rumah dengan dua tiang besi penyangga. Di tengah teras tersebut terdapat jalan yang lurus ke arah pintu. "Iya. Bukan rumah kami. Kami hanya menyewa saja," sahut Revita, menunduk. Dua tangannya memeluk tas dan bungkusan martabak pesanan putrinya. "Mas, aku harus masuk. Kamu

    Last Updated : 2025-01-03
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   28. Om Itu Belum Punya Pacar

    Gavin menemukan Reina. Anak tujuh tahun itu sedang mengenakan kaus kaki saat mobilnya berhasil terparkir dengan apik di pelataran rest area SPBU. Pria itu keluar dari mobil setelah sebelumnya mengambil sebuah paper bag di kursi belakang. Dengan senyum yang mengembang pria bermata cokelat itu berjalan menghampiri Reina yang sepertinya belum sadar akan kedatangannya. "Halo, Nana," sapa Gavin, langsung duduk di sebelah anak itu. Anak perempuan berkucir kuda itu menoleh. "Oh, Om Ganteng," gumamnya lantas kembali ke aktivitasnya mengenakan sepatu. "Om punya sesuatu buat kamu." Senyum Gavin sumringah ketika memindahkan paper bag ke sisi anak itu. Lagi-lagi bocah yang memiliki iris mata serupa dirinya menoleh. Bola matanya turun melirik paper bag itu. Dia bisa melihat ada sebuah boneka kucing dengan bulu yang tampak lembut. Gavin mendapat informasi dari Revita kalau anak itu menyukai kucing. Jadi, dia berpikir untuk membelikan boneka yang serupa kucing asli. "Kenapa Om kasih ini ke aku

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   133. Jangan Mau!

    Mata Reina melirik pintu yang terbuka dari luar. Dia menemukan seutas senyum seseorang yang tidak pernah muncul lagi selama dirinya dirawat. Mahesa. Pria itu datang membawa boneka dan buket berisi cokelat. "Selamat siang, Cantik," sapa Mahesa sembari masuk. Namun reaksi Reina melihat pria itu tampak kurang senang. Dia ingat bagaimana kesalnya pada lelaki itu sesaat sebelum terjadinya kecelakaan. Secara tak langsung pria itu yang membuatnya begini."Gimana keadaanmu, Sayang?" tanya Mahesa ramah, meski disuguhi muka berlipat anak itu. "Baik. Ngapain Om Hesa ke sini?" sahut Reina tidak peduli. Dia kembali sibuk menggambar di tablet yang baru dia dapatkan kemarin. "Jenguk kamu, of course. And they're for you." Bahkan ketika Mahesa memamerkan bawaannya, Reina hanya meliriknya sekilas. "Thank you," sahutnya lirih. "Taroh aja di situ, Om." Mahesa mengangguk-angguk. Senyum di bibirnya tak selebar awal tadi. Dia lantas menuruti permintaan Reina untuk meletakkan hadiahnya di atas nakas.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   128. Beacon Hill

    Usaha yang tidak mudah bagi Gavin untuk melobi para pemegang saham yang sebagian besar sudah tidak tinggal lagi di dalam negeri. Dan ketika dia berhasil menemui mereka pun tidak segampang itu memersuasi mereka agar mau suka rela memberikan sahamnya. Meski dia menjanjikan waktu berjangka dan kemajuan perusahaan, ternyata itu juga belum cukup meyakinkan mereka. Alhasil Gavin harus rela menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia prediksi. Bahkan ketika Mannaf ikut turun tangan tidak membuat masalah itu cepat selesai. "Setidaknya kamu sudah menggenggam separuhnya. Sementara ibu kamu hanya punya 25 persen. Papa rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menurunkan ego dia," ucap Mannaf ketika putra sulungnya itu mengunjungi rumahnya yang ada di Beacon Hill, Boston. Gavin mengangguk. Papanya benar, tinggal usaha untuk membuat perusahaan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa pabrik baru sudah mulai beroperasi dan kantor distribusi juga sudah diperluas. Meski tidak memakan biaya yang se

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   127. Pikiran Buruk

    Revita bergegas mengayunkan langkah menuju kosan ketika melihat mobil milik Gavin terparkir di tanah lapang. Dia yang baru pulang dari pabrik mengernyit bingung. Jika weekend dia akan maklum dengan keberadaan lelaki itu di sini. Masalahnya sekarang hari kerja, dan masih pukul empat sore. Kenapa pria itu ada di sini? Mendekati kamar kosan, Revita melihat sepatu pria itu yang tergeletak rapi di dekat pintu. Tanpa alasan yang jelas hatinya berdesir, bahkan Revita merasa tubuhnya merinding. Dia kembali melangkah mendekat hingga suara tawa Reina dan Gavin masuk ke pendengarannya. Dia sengaja tidak langsung masuk dan hanya berdiri di teras kosan. "Kapan, Pa?" "Sabtu ini. Ada yang harus papa selesaikan." "Lama enggak?" "Uhm, papa nggak tau. Mudah-mudahan kerjaan di sana cepat beres jadi papa bisa segera pulang." Dari percakapan itu Revita bisa menyimpulkan jika Gavin akan pergi. Tapi ke mana? "Boston itu jauh, Pa?" Boston. Pria itu akan pergi ke Boston. Negara yang sama saat dulu Gav

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   126. Piknik

    Melihat kedatangan Mahesa membuat Revita merasa menjadi umpan yang tanpa sengaja tercebur ke kolam ikan. Pasalnya saat ini ada Gavin di kosan yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan piknik. Entah dapat ide dari mana, mereka, Reina, Gavin, dan Indila tiba-tiba ingin pergi piknik. Sebenarnya Revita malas ikut. Daripada menghabiskan waktu di luaran, jujur dia lebih butuh tidur. Mengingat jadwal kerja tiap hari menyita waktu tidurnya. Namun, tentu saja putrinya yang cantiknya sekolong langit tak mungkin membiarkan itu terjadi. "Biar aku sama papa deh yang nyiapin bekal, mama tinggal duduk manis aja," ucap Reina ketika Revita menolak untuk ikut. "Jangan lupakan aku," seru Indila sambil mengacungkan keranjang makanan. "Ah iya, sama Tante Indi.""Ikut aja, Re. Kalau pun ntar di sana kamu tidur nggak apa-apa kok," imbuh Gavin, tangannya sibuk mengepak berbagai macam makanan. Kalau sudah begitu Revita bisa apa? Lalu ketika mereka bersiap pergi Mahesa muncul. Kening pria itu berkerut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   125. Jemuran

    Revita sedang menjemur pakaian yang baru dicuci saat dari kejauhan melihat dua orang tengah lari bersama. Dua orang lelaki dan perempuan itu sedikit menyedot perhatiannya sampai Revita menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya. Pangkal alisnya menyatu saat tahu ternyata mereka itu Gavin dan Indila. Keduanya jogging bersama? Keduanya terlihat lari bersamaan sambil ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan sampai saling melempar tawa begitu. Di posisinya Revita tidak melepas pandangannya. Dia malah makin menatap keduanya dengan tajam. Wanita itu baru tahu jika tetangga kosannya itu ternyata akrab dengan Gavin. Bibirnya berkerut tak senang tahu fakta itu. Namun tiba-tiba Revita terperanjat sendiri. "Kenapa aku mesti nggak senang?" tanyanya pada diri sendiri lalu kepalanya menggeleng cepat. "Bodo amat dia mau akrab sama siapa," ujarnya lagi bersikap sok tak peduli lalu melanjutkan kegiatan menjemur baju, tapi lagi-lagi tanpa sadar matanya bergerak mengintip dari balik kain jemuran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status