Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjebak Bersama Dua Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

84 Chapters

41. Bukan Urusan Kamu

Baru kemarin-kemarin Mahesa memuji Revita. Menyebut wanita itu salah satu mantan karyawannya yang kompeten. Namun sekarang, Gavin mendengar dengan begitu jelas pria itu meremehkan Revita menggunakan anaknya. Terang saja hal itu membuat Gavin kesal bukan main. Meski demikian rasa sedih tiba-tiba hadir. Mungkin Mahesa hanya salah satu. Selama ini entah berapa banyak orang di luar sana yang mungkin juga mencemooh Revita dan putrinya. Gavin mengepalkan tangan, dan lagi-lagi rasa bersalah menghantamnya telak. "Aku harap ini terakhir kalinya aku mendengar Om Mahes merendahkan Revita," ucap Gavin menahan amarahnya, membuat pria matang di depannya itu terkekeh. "Dude, kamu terlalu serius. Aku nggak bermaksud merendahkan Revita. Calm down, Oke?" Gavin menarik napas panjang. Berusaha menekan emosinya yang sempat mencuat naik. "Jadi, apa yang membuat Om Mahes sepagi ini datang ke ruanganku? Aku dengar biasanya Om datang ke kantor nggak pernah kurang dari pukul sepuluh." "Mamamu memintaku me
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

42. Terima Kasih

Revita terkejut mendapati Gavin melambaikan tangan padanya lengkap dengan senyum menawan ketika dia dan Reina baru keluar dari pagar rumah. Pria itu terlihat tengah bersandar di badan mobil yang terparkir tidak jauh dari rumahnya. "Om Gavin!" Reina yang lebih dulu menyerukan nama pria itu. Bahkan gadis kecil itu langsung berjalan cepat menarik tangan Revita untuk menghampiri pria itu. "Pagi, Cantik. Sudah siap sekolah hari ini?" sapa Gavin sedikit membungkukkan badan, menyambut Reina. "Siap dong, Om." Anak tujuh tahun itu merentangkan tangan, memamerkan seragam baru yang dia pakai. "Aku suka seragam baruku. Keren kan, Om?" tanya gadis itu lagi sembari mengembangkan senyum. Ini adalah hari pertama Reina masuk ke sekolah baru. Anak itu terlihat antusias. Rambutnya yang panjang dan lurus dikuncir tinggi dan dililit pita berwarna biru. Reina benar-benar cantik seperti ibunya. Terlebih mata cokelatnya yang berbinar begitu terang. Melengkapi kecantikannya. "Keren banget!" Sebagai apresi
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

43. Mampir Sebentar

Revita mengerjap mendapati Gavin ada di lift karyawan. Bibir pria itu tersenyum lebar dengan mata fokus hanya padanya. "Pak Gavin kenapa ada di lift karyawan?" Itu bukan pertanyaan yang keluar dari mulut Revita, melainkan dari Arum yang tengah menunggu lift terbuka bersama Revita dan juga Dany. "Lift sebelah mati," dalih Gavin berkilah. Dia sedikit menyingkir memberi mereka ruang untuk masuk. Dengan sengaja Dany dan Arum memberi ruang kosong tepat di sebelah lelaki itu khusus untuk Revita yang masuk terakhir. Keduanya terkikik geli melihat Revita memasang wajah tak terima. "Tumben Pak Gavin pulang sore?" tanya Dany. Jika bukan karena sang CEO kerap menyambangi kantor R n D mana mungkin dia seberani itu berbasa-basi. "Kebetulan sedang longgar," sahut Gavin tersenyum. Kepalanya miring ke arah Revita dan berbisik. "Pulang bareng ya." Revita yang sejak tadi memilih diam sampai terperanjat. Dia tidak berani menjawab karena suaranya pasti didengar oleh dua rekan di sebelahnya. Diam a
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

44. Jangan Pergi Lagi

Semburat cahaya senja memasuki ruang unit melalui pintu kaca yang terhubung ke area balkon. Indahnya warna jingga membuat Revita beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah pintu. Dia menyibak tirai panjang yang setengah menutupi pintu dan dengan mudah menggeser pintu tersebut setelah membuka kuncinya. Wanita itu terpukau melihat betapa indahnya matahari sore berada di sela-sela gedung pencakar langit kota. Dari sini dia bisa menyaksikan megahnya landskap kota. Sejenak Revita terpaku dengan keindahan di depan matanya. Ini untuk pertama kali dia bisa melihat pemandangan memukau dari atas gedung dengan jelas. Namun detik berikutnya dia tersenyum miris dan merasa kecil hati. Dari sini saja dia seharusnya sadar dirinya memang tidak layak bersanding dengan Gavin. Dari dulu memang seperti itu. Dia saja yang tidak tahu diri karena berani memasuki kehidupan pria itu atas nama cinta. Tanpa sadar dua tangan Revita meremas pagar pembatas stainless steel yang mengelilingi balkon. Dirinya m
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

45. Cuma Satu Hati

Kecupan itu berlangsung singkat. Tidak ada waktu untuk menghindar dan kejadiannya begitu cepat. Saat Gavin menjauh bahkan Revita masih mematung di tempat. Seolah telah kehilangan kesadaran selama beberapa saat. Bersamaan dengan itu Revita bisa merasakan wajahnya menghangat. Bagaimana kalau Gavin salah paham dengan reaksinya? "Aku benar-benar harus pulang sekarang," ucap Revita ketika berhasil menemukan kesadarannya kembali. Dia segera beranjak menjauh dan menyambar tasnya yang dia tinggalkan di atas sofa. "Oke, sebentar." Gavin pun segera memasuki kamarnya kembali guna mengambil sesuatu yang ingin dia berikan kepada Reina. Begitu Gavin menghilang dari balik dinding, Revita segera menyentuh dadanya yang bedentam-dentam kencang. Nyaris saja dia kehilangan napas. Revita memejamkan mata dan jatuh terduduk di sofa. Ikut Gavin datang ke apartemen ini ternyata bukan pilihan yang benar. Kepala Revita menoleh ketika Gavin muncul kembali membawa sebuah paper bag besar. Pria itu sudah mengg
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

46. Backstreet?

"Anterin Talia pulang ya, Vin. Tadi dia datang ke sini sama mama jadi nggak bawa mobil. Sekalian kamu jalan pulang."Gavin mendesah mendengar permintaan sang mama. Sudah bisa Gavin tebak bakal berakhir begini. Dan tentu saja dia tidak akan diberi kesempatan menolak. Dan tepat saat Talia dan Gavin pamit pulang, Mahesa datang bersama putranya. "Wah, siapa ini?" tanya duda itu saat menyambut uluran tangan Talia. Pria itu melirik Gavin sambil tersenyum simpul. "Saya Talia. Anda pasti Om Mahesa. Tante udah cerita kalau punya adik yang baru pulang dari Surabaya," sahut Talia memasang senyum semanis mungkin. Mahesa terkekeh pelan dan melirik Gavin dengan tatapan menggoda. "Ternyata saya sudah dikenal. Kamu pacar Gavin?" Gavin memutar bola mata mendengar pertanyaan pamannya itu. Dia tahu Mahesa sengaja memancing perkara. "Maunya sih gitu." Talia tampak malu-malu sambil melirik Gavin. "Tapi Gavinnya belum nembak aku, Om." "Kamu harus berjuang lebih gigih lagi kalau begitu. Tenang, Om duk
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

47. Dua Kotak Bekal

Seperti yang Revita janjikan, dia membawa dua kotak bekal dengan menu sederhana. Anggap saja itu sebagai ungkapan terima kasihnya. Meski pikiran jahat Revita menjerit, untuk apa melakukan ini?! Bukankah semua yang Gavin beri belum cukup untuk menggantikan penderitaannya selama ini? Namun segera mungkin dia menggeleng tegas. Lalu meyakinkan diri bahwa Gavin juga korban seperti dirinya. Revita menghela napas dan meletakkan dua kotak bekalnya di atas meja. Workstation sudah sangat sepi. Semua temannya sudah pergi beberapa menit lalu menuju kantin di belakang gedung. Tinggal Revita sendiri menunggu batang hidung Gavin yang belum juga muncul. Aneh. Biasanya sebelum jam makan siang pria itu akan menyambangi divisinya. Namun beberapa menit berlalu belum ada tanda-tanda kedatangannya. Revita baru akan beranjak dari kursinya ketika mendengar suara langkah seseorang mendekat. Dia memutuskan duduk kembali dan pura-pura sibuk di depan komputer untuk menutupi kegugupannya. Sejujurnya Revita mas
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

48. Lo Tertarik Enggak Jadi Bini Gue?

Sudah lebih dari seminggu Gavin tidak pernah muncul lagi di hadapan Revita. Seharusnya itu menjadi kabar baik buat wanita itu. Tapi kenyataanya dia gelisah dan bertanya-tanya. Sempat terbersit keinginan untuk menanyakan kabar pria itu kepada Vania, tapi dia tidak cukup memiliki keberanian melakukannya. Sepuluh menit lagi masuk jam makan siang. Revita melirik pintu divisi dengan dada berdebar. Biasanya Gavin tiba-tiba muncul dari sana dengan senyum manis yang selalu menyedot perhatian. Akankah hari ini Revita menemukan kekosongan seperti hari-hari kemarin?"Soto ayam!" "Nasi rames!" "Enakkan juga ayam geprek!" Teman satu divisinya sudah mulai ribut mempermasalahkan menu makan siang mereka. Dan Revita malah masih bertahan memelototi pintu divisi. "Re, lo bawa bekal atau mau makan bareng kita?" tanya Arum, menyadarkan Revita. Wanita berambut kecoklatan itu mengalihkan perhatian segera. "Gue bawa bekal kok, Mbak." "Gue juga bawa! Kita makan bareng ntar, Rev!" seru Rafa mengangkat t
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

49. Kabar Tak Enak

Ferdy menggeleng melihat kelakuan Rafa. Lelaki itu sangat tahu jika Revita dekat dengan CEO Bumi Indah, berani-beraninya mencari perkara. Manajer pengembangan itu menghela napas panjang mengingat dirinya yang langsung mundur perlahan begitu tahu ada hubungan istimewa antara Revita dan Gavin. Ferdy akui sempat memiliki niatan untuk mendekati wanita itu sebelum tahu semuanya. "Test run buat jam dua nanti udah kamu siapin, Raf?" tanya Ferdy mengingatkan saat dia mencapai pintu ruangannya. "Udah, Pak. Ntar saya ke sana bareng Dany."Ferdy mengangguk, lantas melirik Revita. "Meeting siang ini kamu bisa temani saya, Rev?" "Iya. Bisa, Pak." "Karena Pak Gavin masih belum masuk kemungkinan meeting kita kali ini sama Pak Mahesa."Revita menghentikan gerakan makannya tiba-tiba. Matanya mengerjap pelan mendengar dua kabar itu. Gavin tidak masuk kerja dan meeting sama Mahesa. "Pak Gavin belum masuk? Masih di Palembang?" tanya Rafa, mewakili isi hati Revita. "Nggak. Katanya dia lagi bedrest s
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

50. Norak

Buntut segala keresahannya sepanjang hari di kantor berakhir seperti ini. Keberanian yang muncul ketika dilanda panik membuat Revita tersesat di sebuah gedung 30 lantai yang terletak di jantung kota. Entah ini tindakan bodoh atau bukan. Yang jelas Revita mendadak bingung dan tertegun saat sudah berdiri di depan unit Gavin. Dia sama sekali belum bergerak dan mendadak ragu. Secara tidak sadar begitu jam kerja usai dia pontang-panting, bergegas lari sambil memesan ojek online. Dan secara impulsif tiba-tiba sudah berada di apartemen Gavin. Padahal hanya tinggal menekan tanggal lahir Reina, maka dia bisa masuk ke unit dengan mudah. Namun, keraguan menyergapnya seketika. Berbagai pertanyaan mulai hinggap di kepala. Meskipun rasa khawatirnya begitu besar, tapi lagi-lagi sesuatu dalam hati berteriak, dan tidak membenarkan eksitensinya saat ini. Revita menarik napas panjang dan pikiran memutar langkah sontak terlintas. Iya, buat apa dia di sini? Namun belum sempat kakinya bergerak pintu di
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status