Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Terjebak Bersama Dua Mantan: Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

51. Cium Aku Sekali Lagi

"Gimana sekolah Nana?" "Baik." "Nggak seperti yang kamu cemaskan kan?" "Iya."Tangan Gavin bergerak naik turun mengusap lembut lengan Revita. Saat ini keduanya berakhir merebah di sofa dengan tubuh saling berpelukan. Revita sedikit menindih pria itu karena lebar sofa tidak bisa menampung tubuh keduanya seutuhnya. "Aku bilang juga apa, Nana itu anak cerdas. Dia pasti bisa membaur dengan cepat di sana bersama teman-teman barunya." Merebah di dada Gavin masih senyaman dulu. Bukan hanya bisa menghidu wanginya yang familiar dan menyejukkan, tapi dengan posisi ini Revita bisa mendengar detak jantung Gavin yang seirama dengan detak jantungnya. Dia tidak mau memikirkan apa yang akan mereka hadapi nanti. Biarkan rasa bahagia ini sejenak memenuhi relung hatinya. Revita merasa lelah berjalan terlalu jauh sendirian. Boleh kan sekali ini dia istrihat barang sekejap? "Ya, dia cerdas kayak kamu. Matanya juga mata kamu. Dia lebih banyak mewarisi gen kamu daripada aku, ibu yang mengandung dan me
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

52. Kasihan, Nana Kesepian

Beberapa kali Gavin menciumi tangan Revita dalam genggamannya. Rasa tak rela bergelayut saat Revita akhirnya pamit pulang. Namun yang dilakukan pria itu malah terus menahan, seolah enggan melepas wanita itu pergi."Nana pasti nyariin aku. Aku nggak bilang kalau bakal pulang terlambat." Setelah puas menciumi tangan Revita, Gavin memeluk pinggang wanita itu dan malah merebahkan kepala di dadanya. Persis anak kecil yang takut ditinggal ibunya. "Kapan kalian mau nginap di sini?" Revita meringis mendengar pertanyaan itu. Sesuatu yang tampak mustahil. Apa kata ibunya kalau dia menginap di luar tanpa alasan yang jelas? "Aku nggak mau bikin masalah begitu. Apa kata orang kalau aku dan Nana nginep di sini?" Revita mendorong pelan agar Gavin menjauh darinya. "Orang-orang di sini nggak ada yang resek. Mereka terlalu sibuk sama urusan mereka sendiri.""Oke. Tapi ibuku?" "Jadi, izinkan aku bertemu ibu kamu buat minta maaf sekaligus minta restu." Mendengar itu Revita benar-benar melepas pelu
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

53. Hanya Aku yang Belum Menikah

Delapan tahun. Ah tidak. Bahkan lebih Revita tidak pernah melihat lagi adik perempuan Gavin yang seumuran dengannya itu. Demi apa pun sudah banyak perubahan pada putri bungsu keluarga Adhiyaksa itu. Selain terlihat tambah dewasa, Selena juga makin cantik dan mempesona. "Sudah lama banget. Aku beneran pangling," ucap Revita setelah mereka saling berpelukan selama beberapa saat. "Justru aku yang pangling. Kamu beda banget, Re. Pantas saja Mas Gavin ngejar-ngejar kamu terus sampe kepalanya botak dan bocor." Selena mengerling jahil kepada sang kakak. Yang jadi sasaran bully hanya berdecak pelan. "Revita udah mau balik. Kalian kalau mau ngobrol lebih lama lain kali aja." Kembali Gavin meraih tangan Revita. "Pak Eep udah nungguin.""Selena, Sori. Tapi aku beneran harus balik. Kalau enggak orang rumah bisa cemas." "Iya, nggak masalah. Nanti kita atur jadwal temu." Selena beralih menatap Gavin. "Mas, ini makanannya gimana?" "Kamu langsung ke atas aja. Aku mau antar Revita ke depan dulu."
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

54. Permintaan Nana

"Sotonya nggak enak?" Gavin mengernyitkan dahi saat melihat Revita menyuap sendok ke mulut lalu bengong. Wanita itu seperti tidak berselera makan. Baiklah Gavin tahu Revita biasa membawa bekal. Hari ini dia yang memaksanya makan siang di luar. Itu pun karena kebetulan dia lagi ada meeting di luar. Pilihannya jatuh ke restoran Indonesia dengan menu andalan Coto Makassar. Gavin pikir Revita bakal suka itu. Mata bulat Revita melirik Gavin yang tengah menatapnya. Wanita itu malah terlihat bingung. Ketika Gavin menunjuk mangkok Sotonya, dia baru sadar bahwa makananya itu tidak berkurang sama sekali. "Kalau sotonya nggak enak. Kita bisa pesan makanan lain." Revita menggeleng cepat. Dia segera menyendok kuah soto kental itu. "Ini enak kok," ucapnya tersenyum sebelum memasukkan sendok ke mulut. "Ada masalah di kantor?" tanya Gavin lagi. "Aku bisa minta Ferdy--" "Nggak ada masalah di kantor. Ini bukan soal kerjaan.""Jadi apa yang bikin kamu bengong?" Revita menunduk. Melihat Gavin hari
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

55. Terancam

"Seandainya kita lebih awal bertemu, apa ada kemungkinan kamu akan menerimaku kembali?" Revita pusing mendengar semua yang keluar dari mulut pria berkumis tipis di sebelahnya. Dia sama sekali belum membuka mulut sejak Mahesa terus mengatakan hal-hal tidak penting itu. "Revita, aku belum mau menyerah." Sinting! Revita memejamkan mata menahan geram. Sebisa mungkin tidak terpancing emosi. Tatapnya bergulir ke atas dan mengumpat dalam hati ketika lift seperti berjalan terlalu lamban. Benar-benar menyebalkan. "Aku janji sama Ibu buat datang sore ini. Apa kamu—" "Mas!" seru Revita kesal. "Apa kamu nggak bisa menghormati keputusanku?" Dia menatap lelaki keras kepala itu tak percaya. Langkahnya sedikit bergeser, memberi jarak. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Perasaan manusia juga bisa berubah. Hari ini mungkin kamu suka Gavin, belum tentu besok." Mahesa menyeringai. Dan dengan gerakan secepat kilat dia mengurung tubuh Revita, menatap wanita itu tajam. Apa yang Mahesa
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

56. Bubur Ayam Abah Cianjur

"Aku tau, nggak boleh kasih tau nenek kan?" Revita mengulum senyum ketika dirinya hendak mewanti-wanti Reina agar tidak membocorkan soal kedatangan Gavin ke acara sekolah di hari ayah. "Tapi aku nggak mau bohong." Gadis tujuh tahun itu mencebik. "Siapa yang minta kamu bohong? Mama cuma minta kamu nggak kasih tau nenek. Selama nenek nggak tanya aman." Revita menepuk pelan pipi putrinya, lantas menoleh ketika bus jemputan sekolah datang. "Bus kamu udah datang. Mama datang sekitar pukul sepuluh nanti." Dengan senyum secerah matahari pagi, Reina mengangguk penuh semangat. Dia melambaikan tangannya dengan riang lewat jendela bus, saat kendaraan besar itu melaju. Dan baru saja bus sekolah Reina berlalu, kendaraan lain tampak datang mendekat padanya. Wanita yang saat ini mengenakan bando putih kecil pada rambutnya itu mengukir senyum saat melihat mobil tidak asing itu berhenti di dekatnya. Kaca jendela mobil sebelah kiri lantas turun, dan wajah tampan Gavin sontak muncul. "Kenapa pagi
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

57. Hari Ayah

Event hari ayah di sekolah Reina ternyata tidak main-main. Menurut info yang Reina beri katanya tahun ini pertama kalinya sekolah mengadakan acara untuk hari ayah. Selain pentas seni anak, sekolah juga menghadirkan seorang pakar parenting sebagai pembicara. Revita tidak menyangka kedatangannya dan Gavin disambut sangat baik oleh pihak sekolah. Bahkan keduanya mendapat tempat duduk prioritas dengan posisi paling depan seperti tamu kehormatan. "Kenapa kita bisa duduk di sini?" tanya Revita berbisik. "Kita kan tamu istimewa," sahut Gavin asal. Revita berdecak pelan, lalu menatap sekeliling. Baginya ini tidak benar, karena dia melihat wali murid lain duduk di tempat khusus wali murid. "Bukannya kita seharusnya duduk di sana juga, Mas?" tanya Revita lagi. "Nggak, Re. Tempat duduk kita memang di sini. Ini posisi bagus buat liat Nana tampil." Revita tampak pasrah saja. Anggap ini nasib baiknya karena mendapat tempat strategis. Sebelum acara pentas seni anak, ada seminar kecil tentang p
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

58. Masak Bersama

Mata cokelat Reina membelalak hebat ketika Gavin membawa masuk ke unitnya. Anak itu memang kerap melihat gedung tinggi, tapi baru kali ini bisa masuk ke dalamnya. Sejak Gavin menggandeng tangan kecil itu memasuki lobi gedung, tatap bening Reina tidak berhenti mengedar. Menyapukan semua pandangan ke area yang bisa dia jangkau. "Ini rumah Om Gavin?" tanya gadis kecil itu masih dengan rasa takjub. Gavin mengangguk sambil tersenyum. "Ayo, masuk." Setelah serangkaian acara hari ayah di sekolah selesai, Gavin mengajak Reina dan Revita untuk mampir ke apartemennya. Awalnya Revita menolak, tapi berkat Reina merengek lantaran penasaran, serta bujukan Gavin akhirnya wanita itu setuju dengan syarat tidak boleh lama-lama. "Bagus banget!" seru Reina mengitari setiap penjuru unit dengan mata cokelatnya yang bersinar. "Bersih dan kinclong. Om tiap hari bersih-bersih ya?" Gavin tidak bisa menyembunyikan tawanya, lalu dengan gemas mengacak rambut Reina. "Tiap hari ada orang yang bantuin Om buat b
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

59. Ultah Papa

Sudah ada Selena ketika Gavin datang. Adik bungsunya itu terlihat sedang santai menikmati serial TV berbayar sambil mengemil semangkok besar keripik kentang di atas sofa. Sementara putranya sedang sibuk main bersama pengasuhnya di lantai yang dialasi karpet busa. "Enak banget hidup kamu, Nyonya," ujar Gavin sambil menyomot keripik kentang dari belakang Selena. Wanita berambut gelombang itu kontan menegakkan punggung dan menoleh ke belakang. "Loh, Mas tumben banget siang balik ke rumah. Nggak sibuk?" "Sibuk sih sebenarnya." Gavin memutar dan duduk di samping Selena. Sebelumnya dia sempatkan menowel pipi gembil Fio. Meskipun bocah itu tidak bereaksi sama sekali. "Tapi Nyonya Besar nyuruh aku balik. Papa ultah." Mendengar itu Selena kembali menegakkan punggung dan berseru kaget. "Ya Allah! Kok aku bisa lupa ya?!" Di sebelahnya Gavin menaikan alis tinggi-tinggi lantas menggelengkan kepalanya. Dia kembali menyomot keripik kentang. Lantas menghampiri Fio. "Fio, ikut Om, yuk. Ketemu Opa
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

60. Tak Mau Mundur

"Kemarin kamu pergi ke NusBang sama Revita, Mas?" tanya Selena pelan. Matanya bergerak mengawasi keadaan sekitar. Takut sang nyonya besar mendengar. "Hm, iya. Ada acara hari ayah." "Gila!" pekik Selena tertahan. "Kalau ketahuan mama gimana? Jadi anak Revita kamu sekolahin di sana." Gavin mengangguk. "Sudah kewajibanku memberinya pendidikan yang terbaik." "Tapi masalahnya, kenapa kamu masukin dia ke sana? Mama sewaktu-waktu bisa nyidak sekolah itu. Sekolah bagus di sini bukan cuma NusBang doang." Selena benar. Tapi dengan beberapa pertimbangan, Gavin memilih Reina sekolah di NusBang. Setidaknya tidak akan ada yang berani mengganggu Reina seperti yang Revita takutkan karena dirinya pemilik yayasan. "Gimana kalau mama cari tau tentang Revita?" "Itu artinya, Mama sudah waktunya tahu tentang Revita, juga Reina." "Reina?" "Anakku." Selena garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana ibunya akan mencak-mencak kalau tahu Revita muncul lagi di kehidupan
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status