Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / 52. Kasihan, Nana Kesepian

Share

52. Kasihan, Nana Kesepian

last update Last Updated: 2025-01-18 10:26:16

Beberapa kali Gavin menciumi tangan Revita dalam genggamannya. Rasa tak rela bergelayut saat Revita akhirnya pamit pulang. Namun yang dilakukan pria itu malah terus menahan, seolah enggan melepas wanita itu pergi.

"Nana pasti nyariin aku. Aku nggak bilang kalau bakal pulang terlambat."

Setelah puas menciumi tangan Revita, Gavin memeluk pinggang wanita itu dan malah merebahkan kepala di dadanya. Persis anak kecil yang takut ditinggal ibunya.

"Kapan kalian mau nginap di sini?"

Revita meringis mendengar pertanyaan itu. Sesuatu yang tampak mustahil. Apa kata ibunya kalau dia menginap di luar tanpa alasan yang jelas?

"Aku nggak mau bikin masalah begitu. Apa kata orang kalau aku dan Nana nginep di sini?" Revita mendorong pelan agar Gavin menjauh darinya.

"Orang-orang di sini nggak ada yang resek. Mereka terlalu sibuk sama urusan mereka sendiri."

"Oke. Tapi ibuku?"

"Jadi, izinkan aku bertemu ibu kamu buat minta maaf sekaligus minta restu."

Mendengar itu Revita benar-benar melepas pelu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anies
bucinnya kebangetan nih buat yang baru aja balikan.. wkwkwk lanjut thor makasih ya
goodnovel comment avatar
Teteng Yeni
dinikmati aja wes........yang manis manis ......habis ini .......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   53. Hanya Aku yang Belum Menikah

    Delapan tahun. Ah tidak. Bahkan lebih Revita tidak pernah melihat lagi adik perempuan Gavin yang seumuran dengannya itu. Demi apa pun sudah banyak perubahan pada putri bungsu keluarga Adhiyaksa itu. Selain terlihat tambah dewasa, Selena juga makin cantik dan mempesona. "Sudah lama banget. Aku beneran pangling," ucap Revita setelah mereka saling berpelukan selama beberapa saat. "Justru aku yang pangling. Kamu beda banget, Re. Pantas saja Mas Gavin ngejar-ngejar kamu terus sampe kepalanya botak dan bocor." Selena mengerling jahil kepada sang kakak. Yang jadi sasaran bully hanya berdecak pelan. "Revita udah mau balik. Kalian kalau mau ngobrol lebih lama lain kali aja." Kembali Gavin meraih tangan Revita. "Pak Eep udah nungguin.""Selena, Sori. Tapi aku beneran harus balik. Kalau enggak orang rumah bisa cemas." "Iya, nggak masalah. Nanti kita atur jadwal temu." Selena beralih menatap Gavin. "Mas, ini makanannya gimana?" "Kamu langsung ke atas aja. Aku mau antar Revita ke depan dulu."

    Last Updated : 2025-01-18
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   54. Permintaan Nana

    "Sotonya nggak enak?" Gavin mengernyitkan dahi saat melihat Revita menyuap sendok ke mulut lalu bengong. Wanita itu seperti tidak berselera makan. Baiklah Gavin tahu Revita biasa membawa bekal. Hari ini dia yang memaksanya makan siang di luar. Itu pun karena kebetulan dia lagi ada meeting di luar. Pilihannya jatuh ke restoran Indonesia dengan menu andalan Coto Makassar. Gavin pikir Revita bakal suka itu. Mata bulat Revita melirik Gavin yang tengah menatapnya. Wanita itu malah terlihat bingung. Ketika Gavin menunjuk mangkok Sotonya, dia baru sadar bahwa makananya itu tidak berkurang sama sekali. "Kalau sotonya nggak enak. Kita bisa pesan makanan lain." Revita menggeleng cepat. Dia segera menyendok kuah soto kental itu. "Ini enak kok," ucapnya tersenyum sebelum memasukkan sendok ke mulut. "Ada masalah di kantor?" tanya Gavin lagi. "Aku bisa minta Ferdy--" "Nggak ada masalah di kantor. Ini bukan soal kerjaan.""Jadi apa yang bikin kamu bengong?" Revita menunduk. Melihat Gavin hari

    Last Updated : 2025-01-19
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   55. Terancam

    "Seandainya kita lebih awal bertemu, apa ada kemungkinan kamu akan menerimaku kembali?" Revita pusing mendengar semua yang keluar dari mulut pria berkumis tipis di sebelahnya. Dia sama sekali belum membuka mulut sejak Mahesa terus mengatakan hal-hal tidak penting itu. "Revita, aku belum mau menyerah." Sinting! Revita memejamkan mata menahan geram. Sebisa mungkin tidak terpancing emosi. Tatapnya bergulir ke atas dan mengumpat dalam hati ketika lift seperti berjalan terlalu lamban. Benar-benar menyebalkan. "Aku janji sama Ibu buat datang sore ini. Apa kamu—" "Mas!" seru Revita kesal. "Apa kamu nggak bisa menghormati keputusanku?" Dia menatap lelaki keras kepala itu tak percaya. Langkahnya sedikit bergeser, memberi jarak. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Perasaan manusia juga bisa berubah. Hari ini mungkin kamu suka Gavin, belum tentu besok." Mahesa menyeringai. Dan dengan gerakan secepat kilat dia mengurung tubuh Revita, menatap wanita itu tajam. Apa yang Mahesa

    Last Updated : 2025-01-19
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   56. Bubur Ayam Abah Cianjur

    "Aku tau, nggak boleh kasih tau nenek kan?" Revita mengulum senyum ketika dirinya hendak mewanti-wanti Reina agar tidak membocorkan soal kedatangan Gavin ke acara sekolah di hari ayah. "Tapi aku nggak mau bohong." Gadis tujuh tahun itu mencebik. "Siapa yang minta kamu bohong? Mama cuma minta kamu nggak kasih tau nenek. Selama nenek nggak tanya aman." Revita menepuk pelan pipi putrinya, lantas menoleh ketika bus jemputan sekolah datang. "Bus kamu udah datang. Mama datang sekitar pukul sepuluh nanti." Dengan senyum secerah matahari pagi, Reina mengangguk penuh semangat. Dia melambaikan tangannya dengan riang lewat jendela bus, saat kendaraan besar itu melaju. Dan baru saja bus sekolah Reina berlalu, kendaraan lain tampak datang mendekat padanya. Wanita yang saat ini mengenakan bando putih kecil pada rambutnya itu mengukir senyum saat melihat mobil tidak asing itu berhenti di dekatnya. Kaca jendela mobil sebelah kiri lantas turun, dan wajah tampan Gavin sontak muncul. "Kenapa pagi

    Last Updated : 2025-01-20
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   57. Hari Ayah

    Event hari ayah di sekolah Reina ternyata tidak main-main. Menurut info yang Reina beri katanya tahun ini pertama kalinya sekolah mengadakan acara untuk hari ayah. Selain pentas seni anak, sekolah juga menghadirkan seorang pakar parenting sebagai pembicara. Revita tidak menyangka kedatangannya dan Gavin disambut sangat baik oleh pihak sekolah. Bahkan keduanya mendapat tempat duduk prioritas dengan posisi paling depan seperti tamu kehormatan. "Kenapa kita bisa duduk di sini?" tanya Revita berbisik. "Kita kan tamu istimewa," sahut Gavin asal. Revita berdecak pelan, lalu menatap sekeliling. Baginya ini tidak benar, karena dia melihat wali murid lain duduk di tempat khusus wali murid. "Bukannya kita seharusnya duduk di sana juga, Mas?" tanya Revita lagi. "Nggak, Re. Tempat duduk kita memang di sini. Ini posisi bagus buat liat Nana tampil." Revita tampak pasrah saja. Anggap ini nasib baiknya karena mendapat tempat strategis. Sebelum acara pentas seni anak, ada seminar kecil tentang p

    Last Updated : 2025-01-21
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   58. Masak Bersama

    Mata cokelat Reina membelalak hebat ketika Gavin membawa masuk ke unitnya. Anak itu memang kerap melihat gedung tinggi, tapi baru kali ini bisa masuk ke dalamnya. Sejak Gavin menggandeng tangan kecil itu memasuki lobi gedung, tatap bening Reina tidak berhenti mengedar. Menyapukan semua pandangan ke area yang bisa dia jangkau. "Ini rumah Om Gavin?" tanya gadis kecil itu masih dengan rasa takjub. Gavin mengangguk sambil tersenyum. "Ayo, masuk." Setelah serangkaian acara hari ayah di sekolah selesai, Gavin mengajak Reina dan Revita untuk mampir ke apartemennya. Awalnya Revita menolak, tapi berkat Reina merengek lantaran penasaran, serta bujukan Gavin akhirnya wanita itu setuju dengan syarat tidak boleh lama-lama. "Bagus banget!" seru Reina mengitari setiap penjuru unit dengan mata cokelatnya yang bersinar. "Bersih dan kinclong. Om tiap hari bersih-bersih ya?" Gavin tidak bisa menyembunyikan tawanya, lalu dengan gemas mengacak rambut Reina. "Tiap hari ada orang yang bantuin Om buat b

    Last Updated : 2025-01-21
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   59. Ultah Papa

    Sudah ada Selena ketika Gavin datang. Adik bungsunya itu terlihat sedang santai menikmati serial TV berbayar sambil mengemil semangkok besar keripik kentang di atas sofa. Sementara putranya sedang sibuk main bersama pengasuhnya di lantai yang dialasi karpet busa. "Enak banget hidup kamu, Nyonya," ujar Gavin sambil menyomot keripik kentang dari belakang Selena. Wanita berambut gelombang itu kontan menegakkan punggung dan menoleh ke belakang. "Loh, Mas tumben banget siang balik ke rumah. Nggak sibuk?" "Sibuk sih sebenarnya." Gavin memutar dan duduk di samping Selena. Sebelumnya dia sempatkan menowel pipi gembil Fio. Meskipun bocah itu tidak bereaksi sama sekali. "Tapi Nyonya Besar nyuruh aku balik. Papa ultah." Mendengar itu Selena kembali menegakkan punggung dan berseru kaget. "Ya Allah! Kok aku bisa lupa ya?!" Di sebelahnya Gavin menaikan alis tinggi-tinggi lantas menggelengkan kepalanya. Dia kembali menyomot keripik kentang. Lantas menghampiri Fio. "Fio, ikut Om, yuk. Ketemu Opa

    Last Updated : 2025-01-22
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   60. Tak Mau Mundur

    "Kemarin kamu pergi ke NusBang sama Revita, Mas?" tanya Selena pelan. Matanya bergerak mengawasi keadaan sekitar. Takut sang nyonya besar mendengar. "Hm, iya. Ada acara hari ayah." "Gila!" pekik Selena tertahan. "Kalau ketahuan mama gimana? Jadi anak Revita kamu sekolahin di sana." Gavin mengangguk. "Sudah kewajibanku memberinya pendidikan yang terbaik." "Tapi masalahnya, kenapa kamu masukin dia ke sana? Mama sewaktu-waktu bisa nyidak sekolah itu. Sekolah bagus di sini bukan cuma NusBang doang." Selena benar. Tapi dengan beberapa pertimbangan, Gavin memilih Reina sekolah di NusBang. Setidaknya tidak akan ada yang berani mengganggu Reina seperti yang Revita takutkan karena dirinya pemilik yayasan. "Gimana kalau mama cari tau tentang Revita?" "Itu artinya, Mama sudah waktunya tahu tentang Revita, juga Reina." "Reina?" "Anakku." Selena garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana ibunya akan mencak-mencak kalau tahu Revita muncul lagi di kehidupan

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   84. Saat Terakhir

    Suara orang mengaji masih bisa Revita dengar sayup-sayup, dikalahkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Wanita itu masih duduk terpekur dengan Reina yang terus menangis sesenggukan di atas pangkuannya, menemani jasad yang terbujur kaku di depan mereka. Ini bagaikan mimpi buruk. Tidak terlintas dalam benak Revita ibunya akan meninggalkannya seperti ini. Semalam dia masih yakin Ayun hanya terjatuh di kamar mandi dan akan baik-baik saja. Bahkan saat membawanya ke rumah sakit dengan taksi yang dia pesan, Revita masih merasakan genggaman tangan sang ibu. Namun, keadaan dengan cepat berbalik ketika Ayun mendapat tindakan medis dan tak berapa lama dokter mengatakan bahwa pasien sudah mengembuskan napas terakhir saat masih dalam perjalanan. Meski rasanya tidak percaya karena kejadiannya begitu tiba-tiba, Revita berusaha menerima kenyataan. Tuhan lebih sayang ibunya. Tidak akan ada lagi seseorang yang mengeluhkan betapa banyak obat yang harus diminum. Tuhan langsung mengangkat sa

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   83. Om Gavin Nyakitin Mama?

    Reina tertegun di tempat saat melihat Revita duduk di tepi ranjang sambil mengusap air mata. Dia yang berencana menunjukkan hasil gambarnya urung melihat kesedihan di wajah sang ibu. Gadis kecil itu menggigit bibir, dan memutuskan mendekat setelah menimbang-nimbang. "Mama kenapa?" Revita terkesiap, dan kontan mengusap pipinya yang basah. Dia buru-buru mengubah ekspresi dan menatap Reina sembari tersenyum. "Hei, kamu kok belum tidur?" Perlahan Reina duduk di sebelah Revita, mata cokelatnya terus mengamati raut sang ibu. "Om Gavin nyakitin Mama?" tanyanya hati-hati. "Hah? E-enggak kok," elak Revita menggeleng. Bibirnya masih terus berusaha melengkung. Namun itu jelas tidak bisa Reina percaya begitu saja. Meskipun masih kecil, dia tidak mudah dibohongi. Gadis kecil itu mendesah, tatapnya melirik ke tablet yang dia bawa. "Kupikir Om Gavin benar-benar suka sama Mama dan nggak akan nyakitin Mama. Kalau tahu dia bikin mama sedih begini, aku nggak akan pernah kasih izin dia buat deketin

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   82. Para Kacung

    "Makasih ya, Pak! Sering-sering aja begini!" Lalu tawa berderai diikuti satu per satu langkah memasuki lobi. "Doakan saja saya banyak rezeki." "Oh pasti dong, Pak!" Gavin menoleh sejenak ke arah rombongan staf yang baru saja masuk. Dirinya dan beberapa orang-orangnya yang tengah sibuk dengan klien penting sedikit terdistraksi oleh suara-suara tersebut. Tatap cokelatnya melihat rombongan staf RnD yang tengah berjalan sambil bercanda. Terlihat Revita berada juga di antara mereka. Namun yang membuat matanya lantas menyipit, ada Mahesa di belakang wanita itu sejajar dengan langkah Ferdy. "Eh, itu Pak Gavin," seru salah seorang dari mereka. Itu suara Dany, pria yang sampai saat ini gigih mengajak Vania kencan, meski belum ada hasil. "Jangan ribut woy. Kalem, suara lo pada, bisa ganggu," cetus Ilham memperingatkan. "Rev..." Arum di sisi Revita menyikut lengan wanita itu. "Pak Gavin," bisiknya. "kok sekarang dia jarang ke kantor kita?" Revita melirik sejenak ke arah rombongan Gavin d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   81. Kegelisahan Melinda

    "Ma?" Wanita dengan tatanan rambut rapi itu menoleh dengan wajah cemas saat Gavin datang. Ada kekhawatiran yang tercetak kental di matanya. "Ada apa?" tanya Gavin sembari mendekat. Tidak biasanya dia melihat ibunya gelisah. Melinda seorang wanita angkuh yang tidak takut apa pun. "Mama hampir tak percaya ini," ucap Melinda. "Rencanaku bisa kacau kalau berita ini menyebar." Gavin menyipitkan mata. Tidak mengerti maksud ucapan Nyonya Besar keluarga Adhiyaksa itu. "Kamu sengaja menutupi ini dari mama kan?" Kali ini mata berbulu lentik itu menyorot Gavin tajam. Sorot kegelisahan itu berubah dalam sekejap menjadi sorot penuh amarah. "Apa yang Mama bicarakan?" tanya Gavin bingung. Namun detik berikutnya dia cukup terkesiap saat Melinda melempar sebuah dokumen ke arahnya. Dahi Gavin mengernyit, menatap dokumen itu. Akan tetapi sejurus kemudian dia langsung paham apa yang terjadi. Gavin tidak menyangka sang mama bisa secepat ini mendapat informasi tentang Reina. "Wanita itu pasti senga

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   80. Ibu Cantik

    "Kamu nggak mau main itu? Mumpung sepi loh." Reina menyorot indoor playground yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan alis mengerut. "Plese deh, Om. Aku udah tujuh tahun dan mau delapan tahun. Masa disuruh main playground? Memangnya aku anak Tk?" sahut Reina dengan bibir maju. Membuat Gavin serta merta tertawa melihat wajah lucu gadis itu. Saat ini keduanya berada di salah satu restoran keluarga yang juga menyediakan arena playground. Gavin memesan chicken steak dengan lelehan saus pedas di atasnya. Sementara Reina memilih mix plate karena dia bilang perutnya masih kenyang. "Om lupa kalau kamu udah besar. Jadi sekarang kamu sukanya apa?" tanya Gavin sembari memotong steak di depannya. "Uhm, aku sekarang lagi belajar menggambar digital, Om." "It sounds great. Pakai media apa?" Reina mencomot sosis dan mencoleknya ke wadah saus tomat. "Di sekolah pake tablet. Tapi kalau di rumah pinjam HP mama." "Pake HP kurang maksimal dong." Reina mengangguk. "Tapi cuma itu yang ada di

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   79. Minim Ekspresi

    "Pak, ponselnya geter terus tuh!" Suara Vania membuyarkan lamunan Gavin. Pria bermata cokelat itu melirik sekilas ponsel yang tergeletak di meja. Lantas menghela napas ketika tahu yang melakukan panggilan telepon ibunya. "Hari ini ada meeting penting lagi yang harus saya hadiri, Van?" tanya Gavin, mengabaikan panggilan telepon itu. "Pukul dua siang ntar ada rapat bersama tim marketing membahas tentang pencapaian promo yang sedang berjalan, Pak. Bisa diundur kalau Anda ada keperluan lain," sahut Vania. Beberapa hari belakangan bosnya itu seperti orang yang kehilangan gairah. Meski tidak pernah melakukan kesalahan dalam tugas, tapi ekspresi pria itu benar-benar terlihat suram. Gavin mengangguk lantas menutup pena setelah menandatangani halaman terakhir sebuah dokumen yang dia pekuri. "Oke. Pending sampai besok. Saya harus pergi sekarang," ujarnya lantas berdiri dan menyambar jasnya di hanging stand yang terletak di belakang kursi. "Anda mau pergi bersama Revita?" tanya Vania lagi.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   78. Terbakar Cemburu

    Revita menarik napas panjang beberapa kali. Mencoba menekan kesedihannya. Berulang kali dia merapal dalam hati, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Meski ucapan Gavin masih terus terngiang dan bikin hatinya berdenyut nyeri. Dari awal dirinya tahu resiko ini. Revita hanya tidak menyangka saja pikiran Gavin padanya sesempit itu. Revita baru akan membuka aplikasi taksi online ketika sebuah mobil tampak menepi, secara refleks kakinya mundur. Dahinya mengernyit saat mobil berjenis sedan itu akhirnya berhenti tepat di depan tempatnya berdiri. Saat kaca mobil itu turun, lampu penerangan dalam mobil membuatnya tahu wajah seseorang di balik kemudi. "Revita, kamu ngapain malam-malam sendirian di sini?" tanya pria berkacamata yang tak lain adalah manajernya, Ferdy. "Pak Ferdy?" "Ayo masuk. Saya antar kamu balik. Bahaya perempuan malam-malam sendirian.""Tapi saya mau pesan taksi online.""Lebih aman ikut mobil saya, Revita."Wanita itu tercenung sejenak sebelum akhirnya memut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   77. Kecewa

    Revita meremas tangannya dengan pandangan menunduk. Gavin sudah tahu semua sebelum dia menjelaskan. Ada sesuatu yang terasa meremas hati Revita, mendapat pandangan dingin dari pria yang dia cintai. Revita sadar dirinya bukan orang suci, hanya saja mendapat tatapan penghakiman dari orang yang dia percaya, hatinya terasa begitu nyeri. "Aku bisa menjelaskan," ucap Revita, menelan ludah. Dia tahu segalanya tidak akan berakhir baik. "Menjelaskan kalau kamu pernah menjalin hubungan dengan pria beristri yang ternyata pamanku?" tukas Gavin cepat. "Demi Tuhan aku nggak pernah tahu kalau dia lelaki beristri. Kalau aku tahu aku nggak akan pernah menerimanya." Terlepas dari itu, rasa cemburu terus mengganggu Gavin. Tahu bahwa Revita mau membuka hati lagi untuk pria lain itu artinya wanita itu sudah sukses melupakannya. Tidak seperti dirinya yang terjebak perasaannya sendiri selama delapan tahun ini. "Do you love him?" tanya Gavin dengan suara lirih. "Jangan bilang tidak. Satu tahun kamu bers

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   76. Provokasi

    BEBERAPA HARI LALU==============Mendadak Gavin muak dengan senyum yang Mahesa tunjukkan. Siang ini dia menyambangi ruangan pamannya itu. Dan sepertinya pria berkumis tipis itu tahu tujuan Gavin mendatanginya. Mahesa tetap terlihat ramah seperti biasa. Seolah tidak sedang melakukan sesuatu yang membuat Gavin jengkel. "Ada yang bisa aku bantu, Keponakan?" tanya Mahesa, lalu mempersilakan Gavin duduk di sofanya. Dia sendiri langsung duduk menyilangkan kaki, menatap sang ponakan sambil terus mempertahankan senyum ramah. "Apa hubungan Om Mahes dan Revita?" tanya Gavin to the point. "Jangan bilang cuma mantan atasan dan bawahan." Senyum Mahesa surut secara perlahan. Dia sudah menduga, Gavin akan menanyakan tentang Revita cepat atau lambat. Dan Mahesa tidak berniat menyembunyikan apa pun lagi. "Revita pacarku saat dia di Surabaya." Mahesa mengucapkan itu dengan nada tenang. Meski begitu dia bisa melihat dua tangan Gavin tampak mengepal erat. "Revita sudah tiga tahun ini di Jakarta. It

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status