Home / Romansa / Terjebak Bersama Dua Mantan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjebak Bersama Dua Mantan: Chapter 71 - Chapter 80

84 Chapters

71. Cokelat Singapore

"Dia tidak mengenali kamu?" Revita mengangguk. Setelah pulang dari Orchad Road, wanita itu menceritakan semuanya pada Gavin. "Apa aku sekarang beda dari aku yang berusia 19 tahun?" Revita bertanya itu dengan raut serius, tapi Gavin malah senyum-senyum tak jelas. Seketika dua alis wanita itu mengeriting kesal. "Nggak heran sih mama nggak ngenalin kamu.""Maksudnya?"Gavin mencondongkan badan mendekati Revita dan berbisik. "Kamu sekarang jauh lebih cantik dan ..." Dia sengaja menggantung kata-katanya, lantas mengecup kekasihnya itu sebelum berbisik lagi, "... Seksi." Revita langsung menjauhkan diri dan sedikit mendorong tubuh Gavin menjauh. "Jangan bercanda." Jujur, sekujur tubuhnya mendadak merinding mendengar bisikan di dekat telinganya itu. Membuatnya teringat kejadian semalam. Sial! "Aku serius. Kapan aku bercanda sama kamu." Didekapnya tubuh Revita. Hidungnya yang bangir lantas mengendus-ngendus leher wanita itu. "Kita menikah saja ya?" "Mas..." "Pulang dari sini kita kete
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

72. Give me a Kiss, please...

Selama cuti dua hari, Arum memang mengerjakan tugas Revita. Namun hanya beberapa yang bisa wanita itu tangani, mengingat pekerjaan Arum juga tak kalah banyak. Sehingga begitu Revita kembali ngantor, pekerjaannya pun menumpuk. Bahkan saat jam makan siang, dia nyambi bekerja. Menolak ajakan makan bersama Gavin. "Memang dua hari bersama nggak bikin bosen?" tanya Revita kala Gavin meneleponnya. "Mana mungkin aku bosen sama kamu? Gini aja deh, kalau kamu nggak mau aku ajak makan siang. Sore nanti ke apartemenku."Gavin akan makan siang bersama seorang klien. Ya kali Revita ikut! Wanita itu sudah akan membuka mulut, tapi suara lelaki itu di seberang sana mendahului lagi. "Aku nggak terima penolakan." "Hm, ya. Oke," sahut Revita pasrah, sambil memikirkan alasan apa yang akan dia berikan pada ibunya kalau dia akan pulang terlambat. "Oke, pekerjaanku lagi banyak banget nih. Aku tutup dulu." "Give me a Kiss, please." Revita mengernyit bingung. "Ini kan telponan?" Kendati di kantor orang-o
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

73. Waswas

Tidak ada yang tahu kalau saat ini detak jantung Revita sudah seperti ingin meloncat dari tempatnya. Dia terus menunduk, pura-pura sibuk dengan makanannya, selagi Gavin bicara dengan Mahesa. "Aku cari Pak Ferdy. Kupikir dia ada. Dan nggak sengaja malah ketemu Revita di pantri." Itu suara Mahesa. Yang cuma dibalas gumaman tak jelas oleh Gavin. Revita di tempatnya makin tak karuan saat mendengar Mahesa pamit dan suara langkahnya makin menjauh. Sekarang di pantri tinggal dirinya dan Gavin. Hanya saja beberapa detik lamanya, dia tidak merasakan pria itu mendekat, bikin perasaannya makin waswas. "Kamu bicara apa saja sama Om Mahes?" Nyaris saja Revita terlonjak dari tempat duduk ketika suara berat Gavin mengudara. Dia menoleh dan memaksakan diri menarik sudut bibir ke atas, membentuk seulas senyum. "Soal kerjaan aja," sahut Revita bohong. Dia lantas segera mengalihkan tatap ke makanannya lagi. Sebenarnya dia bingung karena Gavin masih bertahan berdiri di dekat pintu alih-alih mendekat
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

74. Curiga

Gavin tengah serius mendengar penjelasan salah satu koleganya yang dia temui di lobi ketika tanpa sengaja tatapnya menemukan Mahesa keluar dari arah toilet lobi sambil membenarkan dasi. Mata cokelatnya menyipit dan terus mengawasi pria itu yang entah kenapa gelagatnya terasa aneh. Tidak berapa lama dari tempat yang sama, Revita muncul dengan langkah tergesa serta wajah yang terus menunduk. Wanita itu bergerak ke arah lift. "Sebentar," ucap Gavin menghentikan koleganya yang sedang menjelaskan. Dia menyeret langkah, agar bisa melihat ruang tempat lift dari jaraknya saat ini. Dari sini dia bisa melihat Mahesa mempersilahkan Revita memasuki lift lebih dulu, baru pria itu menyusul kemudian. Gavin tidak ingin memiliki prasangka buruk. Hanya saja melihat mereka tengah bersama dua kali memunculkan tanda tanya besar di kepalanya. Kali ini Gavin tidak akan percaya kalau mereka bertemu tanpa sengaja. "Pak Gavin, kita harus segera berangkat," ucap koleganya memperingatkan. "Oh iya, Pak Lucca
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

75. Gelisah

Semalaman suntuk Revita tidak bisa tidur! Semalam Gavin menutup panggilan telepon begitu saja lalu pergi. Di saat masih ada Mahesa di rumah wanita itu. Revita mencoba menghubunginya kembali, tapi panggilannya tidak diangkat. "Ada apa?" tanya Mahesa melihat kepanikan Revita setelah menerima telepon. Dia menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Revita. Tidak ada siapa pun di sana selain mobilnya yang teronggok sendirian. Dan juga mobil yang baru saja pergi. Tatapnya menyipit dan kembali menghadap Revita. "Apa itu Gavin?" "Mas, sebaiknya kamu pulang. Aku mau istirahat," ucap Revita lantas berbalik menuju pintu. Namun, dengan cepat Mahesa mencekal lengannya. "Tunggu. Apa itu tadi yang barusan pergi mobil Gavin?" tanya pria itu sekali lagi. Revita memutar tangan, mencoba melepaskan diri. "Nggak penting itu siapa! Tapi aku harap ini terakhir kalinya kamu datang ke sini!" "Revita, kalau dia sampai nyakiti kamu--" "Gavin nggak akan pernah nyakitin aku!" sentak Revita jengkel, lalu s
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

76. Provokasi

BEBERAPA HARI LALU==============Mendadak Gavin muak dengan senyum yang Mahesa tunjukkan. Siang ini dia menyambangi ruangan pamannya itu. Dan sepertinya pria berkumis tipis itu tahu tujuan Gavin mendatanginya. Mahesa tetap terlihat ramah seperti biasa. Seolah tidak sedang melakukan sesuatu yang membuat Gavin jengkel. "Ada yang bisa aku bantu, Keponakan?" tanya Mahesa, lalu mempersilakan Gavin duduk di sofanya. Dia sendiri langsung duduk menyilangkan kaki, menatap sang ponakan sambil terus mempertahankan senyum ramah. "Apa hubungan Om Mahes dan Revita?" tanya Gavin to the point. "Jangan bilang cuma mantan atasan dan bawahan." Senyum Mahesa surut secara perlahan. Dia sudah menduga, Gavin akan menanyakan tentang Revita cepat atau lambat. Dan Mahesa tidak berniat menyembunyikan apa pun lagi. "Revita pacarku saat dia di Surabaya." Mahesa mengucapkan itu dengan nada tenang. Meski begitu dia bisa melihat dua tangan Gavin tampak mengepal erat. "Revita sudah tiga tahun ini di Jakarta. It
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

77. Kecewa

Revita meremas tangannya dengan pandangan menunduk. Gavin sudah tahu semua sebelum dia menjelaskan. Ada sesuatu yang terasa meremas hati Revita, mendapat pandangan dingin dari pria yang dia cintai. Revita sadar dirinya bukan orang suci, hanya saja mendapat tatapan penghakiman dari orang yang dia percaya, hatinya terasa begitu nyeri. "Aku bisa menjelaskan," ucap Revita, menelan ludah. Dia tahu segalanya tidak akan berakhir baik. "Menjelaskan kalau kamu pernah menjalin hubungan dengan pria beristri yang ternyata pamanku?" tukas Gavin cepat. "Demi Tuhan aku nggak pernah tahu kalau dia lelaki beristri. Kalau aku tahu aku nggak akan pernah menerimanya." Terlepas dari itu, rasa cemburu terus mengganggu Gavin. Tahu bahwa Revita mau membuka hati lagi untuk pria lain itu artinya wanita itu sudah sukses melupakannya. Tidak seperti dirinya yang terjebak perasaannya sendiri selama delapan tahun ini. "Do you love him?" tanya Gavin dengan suara lirih. "Jangan bilang tidak. Satu tahun kamu bers
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

78. Terbakar Cemburu

Revita menarik napas panjang beberapa kali. Mencoba menekan kesedihannya. Berulang kali dia merapal dalam hati, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Meski ucapan Gavin masih terus terngiang dan bikin hatinya berdenyut nyeri. Dari awal dirinya tahu resiko ini. Revita hanya tidak menyangka saja pikiran Gavin padanya sesempit itu. Revita baru akan membuka aplikasi taksi online ketika sebuah mobil tampak menepi, secara refleks kakinya mundur. Dahinya mengernyit saat mobil berjenis sedan itu akhirnya berhenti tepat di depan tempatnya berdiri. Saat kaca mobil itu turun, lampu penerangan dalam mobil membuatnya tahu wajah seseorang di balik kemudi. "Revita, kamu ngapain malam-malam sendirian di sini?" tanya pria berkacamata yang tak lain adalah manajernya, Ferdy. "Pak Ferdy?" "Ayo masuk. Saya antar kamu balik. Bahaya perempuan malam-malam sendirian.""Tapi saya mau pesan taksi online.""Lebih aman ikut mobil saya, Revita."Wanita itu tercenung sejenak sebelum akhirnya memut
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

79. Minim Ekspresi

"Pak, ponselnya geter terus tuh!" Suara Vania membuyarkan lamunan Gavin. Pria bermata cokelat itu melirik sekilas ponsel yang tergeletak di meja. Lantas menghela napas ketika tahu yang melakukan panggilan telepon ibunya. "Hari ini ada meeting penting lagi yang harus saya hadiri, Van?" tanya Gavin, mengabaikan panggilan telepon itu. "Pukul dua siang ntar ada rapat bersama tim marketing membahas tentang pencapaian promo yang sedang berjalan, Pak. Bisa diundur kalau Anda ada keperluan lain," sahut Vania. Beberapa hari belakangan bosnya itu seperti orang yang kehilangan gairah. Meski tidak pernah melakukan kesalahan dalam tugas, tapi ekspresi pria itu benar-benar terlihat suram. Gavin mengangguk lantas menutup pena setelah menandatangani halaman terakhir sebuah dokumen yang dia pekuri. "Oke. Pending sampai besok. Saya harus pergi sekarang," ujarnya lantas berdiri dan menyambar jasnya di hanging stand yang terletak di belakang kursi. "Anda mau pergi bersama Revita?" tanya Vania lagi.
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

80. Ibu Cantik

"Kamu nggak mau main itu? Mumpung sepi loh." Reina menyorot indoor playground yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan alis mengerut. "Plese deh, Om. Aku udah tujuh tahun dan mau delapan tahun. Masa disuruh main playground? Memangnya aku anak Tk?" sahut Reina dengan bibir maju. Membuat Gavin serta merta tertawa melihat wajah lucu gadis itu. Saat ini keduanya berada di salah satu restoran keluarga yang juga menyediakan arena playground. Gavin memesan chicken steak dengan lelehan saus pedas di atasnya. Sementara Reina memilih mix plate karena dia bilang perutnya masih kenyang. "Om lupa kalau kamu udah besar. Jadi sekarang kamu sukanya apa?" tanya Gavin sembari memotong steak di depannya. "Uhm, aku sekarang lagi belajar menggambar digital, Om." "It sounds great. Pakai media apa?" Reina mencomot sosis dan mencoleknya ke wadah saus tomat. "Di sekolah pake tablet. Tapi kalau di rumah pinjam HP mama." "Pake HP kurang maksimal dong." Reina mengangguk. "Tapi cuma itu yang ada di
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status