Share

17. Wanita Single

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 12:32:41

"Pak Gavin itu siapa, Ma?"

Pertanyaan Nana membuat haha-hihi di ruang VIP itu sontak terjeda. Mereka hampir melupakan kehadiran anak kecil di tengah mereka. Dan cukup terkejut saat mendengar anak itu menyebut Revita 'ma'.

"Ma? Dia anak lo, Rev?" tanya Arum, membuat seisi ruangan terdiam.

Waktu seolah berhenti berdetak. Selama ini Revita menyembunyikan Nana dari teman-temannya dulu bukan tanpa sebab. Dia hanya tidak ingin melihat putrinya diolok-olok. Apalagi karena itu bukan kesalahan gadis kecil itu. Namun, kali ini tidak ada yang bisa Revita sembunyikan lagi.

Revita tersenyum tipis dan menyentuh pipi Nana yang agak chubby. "Iya. Dia Reina. Putri gue."

Semua mata takjub. Di usia semuda ini Revita memiliki putri yang sudah cukup besar. Arum bahkan membandingkan dirinya. Usianya sudah 33 tahun, tapi anaknya baru satu. Mana masih balita lagi.

"Halo, cantik. Kamu kelas berapa sekarang?" tanya Dany, tersenyum semanis mungkin.

"Aku kelas 2 SD, Om," sahut Nana tersenyum lebar. Mata co
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anies
lanjuuuut thor...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   18. Anakku?

    Sunyi. Hanya suara jarum jam berdetak tiap detik yang mendominasi di ruangan serba putih ini. Bunyi suara hawa yang dihasilkan dari air conditioner pun tidak bisa mengalahkan bunyi benda penunjuk waktu itu. Apalagi suara dengkuran halus Nana, yang makin lelap di atas sofa. Revita menunduk mendengar permintaan Gavin. Terdengar sepele, tapi efek bagi wanita 27 tahun itu luar biasa. "Maaf, saya tidak bisa. Sekarang kita hanya atasan dan bawahan. Saya harus menghormati Anda sebagai atasan saya," ucap Revita, menelan ludah. "Sekarang bukan jam kerja. Kalau di jam kerja aku bisa paham." Revita tidak membalas, dan lagi-lagi dia menunduk. Desah napas Gavin kembali terdengar. "Sampai saat ini aku masih bingung dengan apa yang sudah terjadi di antara kita. Nggak ada satu pun yang bisa memberiku informasi dengan benar mengenai kamu." Revita diam. Sakitnya kembali menggigit. Bahkan rasa-rasanya luka yang dia dapat dari kecelakaan itu tidak seberapa dibanding luka yang sudah dia bawa selama i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   19. Menebus Kesalahan

    Sejak tahu fakta itu, Gavin kesulitan berkonsentrasi. Dia merasa tak sabar dan ingin membicarakan masalah ini dengan Melinda. Pria berhidung tinggi itu masih tidak percaya ibunya tega melakukan ini padanya juga Revita. Terlebih saat itu Revita tengah mengandung anaknya, darah dagingnya. Namun, Revita dengan wajah rapuh itu membuatnya urung meluapkan emosi itu kepada Melinda. Bahkan Revita melarang Gavin untuk menemui Bi Ayun. "Tapi aku harus minta maaf sama Bi Ayun, Re. Bi Ayun pasti hancur banget. Bodohnya aku percaya begitu saja sama mama.""Nggak sekarang." "Tapi, Re—""Jangan sekarang, please." Gavin mengembuskan napas mengingat percakapan itu lagi. Dia mengusap wajah frustrasi, dan menjatuhkan kepala ke atas meja. Pintu diketuk dua kali dan suara Vania terdengar. "Permisi, Pak. Mbak Selena sudah datang," beritahu wanita itu. Lalu dia mempersilakan adik kedua Gavin itu masuk. Selena Adhiyaksa. Umur yang tidak jauh beda dari Gavin membuat keduanya begitu akrab. Meskipun wani

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   20. Penyesalan Gavin

    Gavin memarkirkan mobil di salah satu rest area SPBU. Di jam sore, biasanya dia menemukan Nana di sana bersama bunga-bunganya. Dan dugaannya tepat ketika matanya menangkap keberadaan anak itu di teras rest area. Dari dalam mobil, pria berahang tegas itu tercenung sambil menatap gadis kecil yang sedang menata bunga-bunga mawar di keranjang itu. Hatinya tercubit melihat pemandangan itu. Selama ini hidupnya bergelimang harta. Tidak kekurangan apa pun. Sandang yang dia miliki semua branded baik lokal mau pun internasional. Tinggal di salah satu apartemen mewah di jantung kota. Kendaraan mentereng keluaran luar negeri. Rasa bersalah dan penyesalannya menggunung melihat anaknya sendiri malah berjibaku menjadi penjual asongan di sepanjang jalan lampu merah demi ingin agar Revita tidak bekerja lagi. Ayah macam apa dia?Gavin membenturkan kepalanya sendiri ke stir mobil. Rasanya kesalahan yang sudah dia lakukan tidak bisa ditebus dengan apa pun. Dia menarik napas panjang sebelum keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   21. Honey

    Revita mengunyah potongan martabak dalam diam. Tatapnya lurus menatap televisi layar datar yang sedang menyiarkan acara talk show malam. Dia pura-pura fokus menonton meskipun acaranya sama sekali tidak menarik. "Mau lagi?" tanya Gavin, melihat potongan martabak di tangan Revita tinggal separuh. "Udah kenyang." Gavin meraih tisu dan mengelap tangannya yang berminyak. Lantas menusuk sedotan ke minuman yang dia beli. "Apa kamu belum diizinkan pulang dokter?" Di sini Gavin berusaha terus membangun percakapan. Berusaha meruntuhkan jarak yang sedang Revita pasang. "Kalau tidak besok, mungkin lusa," sahut Revita singkat. Matanya melirik jam dinding. Pukul setengah sepuluh, tapi tidak ada tanda-tanda Gavin pamit atau beranjak. Dia mulai gusar. Meskipun sudah delapan tahun lamanya, perasaan yang dipaksa hilang itu bisa muncul lagi. Revita takut. Dia tidak yakin dengan hatinya sendiri bahwa tidak ada rongga kosong yang diselipi pria itu. "Revita ...." Kembali Gavin memanggil. Dan berulang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   22. Tidak Ada Hubungan Apa-apa

    Bukan bunga mawar seperti yang biasa dia kirim. Namun, kali ini Gavin membawa satu buket bunga mawar asli yang dia beli dari toko bunga. Satu hal lagi, dia tidak memberikannya secara diam-diam. Dia berniat akan memberikannya langsung kepada Revita. Ini hari pertama wanita itu masuk kantor lagi. Sejak obrolannya dengan Revita malam itu, dia berniat mengejar kembali cinta Revita secara terang-terangan. Kantor departemen pengembangan masih sangat sepi. Hanya ada beberapa karyawan di ruangan lain yang tampak sedang ngopi atau sarapan. Gavin mengayunkan kaki di lantai koridor yang sedang dibersihkan OB. Dia membalas sapaan dari OB tersebut sebelum berbelok ke kantor pengembangan. Langkah kakinya yang tadi dia buat mantap, tiba-tiba berjalan pelan ketika pintu workstation Revita sudah nampak. Dia terlalu pagi sepertinya lantaran tidak ada siapa pun di sini. Namun, ketika dia berhasil memasuki wilayah orang-orang pengembangan, dia melihat seorang wanita yang tengah membereskan pernak-per

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   23. prospek

    Arum menggeser cepat kursinya ke dekat meja Revita ketika matanya melihat kedatangan Gavin dari kejauhan. Sampai-sampai Revita yang tengah sibuk mengetik terkaget-kaget. "Lo yakin nggak ada hubungan apa-apa sama Pak Gavin?" Revita yang masih menyentuh dadanya menoleh. "Ya Allah, Mbak. Kamu bikin gue kaget tau nggak."Tanpa rasa bersalah, Arum malah terkikik. "Sori, Rev. Habisnya ... Liat tuh di sana." Wanita beranak satu itu menunjuk sesuatu dengan dagunya. Revita mengikuti pandangan Arum dan dia langsung bisa menemukan Gavin yang sekarang tengah mengobrol dengan Pak Jamet dari tim peneliti. Perasaannya mendadak tak enak. "Dia ke sini pasti mau nyamperin lo," ujar Arum dengan tatap curiga. "Ya nggak mungkinlah, Mbak," bantah Revita cepat. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi. "Kata Mbak Ayu orang HRD bukannya Pak Gavin memang sering datang ke departemen penelitian dan pengembangan?" Dia masih ingat bagaimana Ayu memberitahu tentang betapa beruntungnya Revita masuk departemen i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   24. Bekal

    Bagi Revita duduk berhadapan lagi dengan Gavin itu suatu kemustahilan. Ketika ibunya mengajaknya pergi dari rumah keluarga Adhiyaksa, dia berusaha mati-matian menahan rindu kepada pria itu. Cintanya masih sangat besar pada saat itu, namun keadaan seolah merenggut paksa. Keadaan membuatnya terpaksa harus melupakan ayah dari bayi yang dia kandung. Bisa dibayangkan bagaimana stresnya dia menjalani kehamilan tanpa seorang suami? Nyaris tiap hari dia menangis. Apalagi ketika rindu itu datang. Sekarang, dia kembali berhadapan dengan pria itu. Pria yang pernah menawarkan segalanya, pria yang pernah memberinya cinta begitu besar hingga dia lupa berpijak ke bumi, pria yang rela membuatnya menyerahkan hal paling berharga yang dia miliki, pria yang terpaksa harus dia tinggal pergi demi harga diri. Gavin Adhiyaksa masih memiliki senyum manis seperti dulu. Senyum yang sanggup membuat dada Revita berdebar. Saat ini sosok itu benar-benar ada di hadapannya lagi, memandang dirinya dengan tatap yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Bersama Dua Mantan   25. Menunggu Pulang

    Gavin mendebas. Napasnya berembus keras. Poninya yang menjuntai dia tiup-tiup ke atas. Netra cokelatnya mengawasi layar ponsel yang terus menyala. Nama ibunya terus berkedip di sana. Sudah beberapa hari ini dia melarikan diri dari sang mama. Bosan mendengar wanita yang sudah melahirkannya itu terus mendesak perkara kencan bersama Talia. "Pak, itu ponselnya geter terus loh. Nggak mau diangkat aja?" tanya Vania yang kebetulan masuk membawa setumpuk berkas. "Biarin aja lah, Van. Saya tahu apa yang akan mama katakan." Vania meringis sambil menaruh tumpukan berkas ke atas meja Gavin. "Ya udah kalau gitu Pak Gavin tanda tangan ini dulu aja. Sudah ditunggu sama orang HRD." Dengan malas, Gavin menarik berkas itu. Dia menarik pena dan mulai membuka lembar pertama. "By the way, Mbak Talia itu cantik loh, Pak," ujar Vania tiba-tiba, tapi langsung merapatkan mulut ketika mata Gavin melirik tajam. Dia meringis dan bergerak mundur. "Habis ini nggak ada kerjaan urgent kan?" tanya lelaki itu sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   132. Blushing

    Kembali Revita terpedaya dan seperti hilang kewarasan. Bahkan dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana semua bisa terjadi. Dia hanya menuruti gerak tubuh yang tidak sinkron dengan isi kepalanya. Pengendalian dirinya sangat payah jika berdekatan dengan Gavin. Haruskah dia menyalahkan Gavin? Seperti sebelumnya, dia mungkin harus tetap menjaga jarak. Gara-gara ini Indila terjebak lama di rumah sakit. Revita merasa tak enak hati membiarkan wanita itu menunggu lama. Saat dirinya datang, wanita itu bahkan sudah jatuh tertidur. Gavin sendiri langsung kembali ke Jakarta setelah mengantarnya ke rumah sakit karena ada hal yang harus lelaki itu urus terkait pekerjaan yang sudah dia tinggal selama beberapa hari ini. "Lo udah datang?" Revita meringis saat Indila terjaga. "Maaf ya udah bikin lo nunggu lama." Bangkit duduk, Indila menguap lalu mengucek matanya. "Sendiri aja? Nggak sama Pak Gavin?" "Dia pulang ke Jakarta ada hal yang harus dia urus." Indila mengangguk-angguk lalu melangkah gont

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   131. Janji

    "Sakit, Na?" Lega luar biasa baru saja Revita dapat saat Reina akhirnya sadar dan dokter sudah memeriksa keadaan anak itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk saat ditanya. "Kamu mau sesuatu? Biar Mama ambilkan," tanya Revita lagi. Dan lagi-lagi juga Reina menggeleng. Di saat yang bersamaan, Gavin keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dan tampan. Dia langsung menyedot perhatian Reina. "Pa, minum," ucap anak itu. Yang membuat Revita di sisi ranjang kontan menaikkan kedua alis. Anak itu mengabaikan tawarannya, tapi begitu Gavin datang minta minum. Revita memejamkan mata lalu berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sudah diduakan sang putri. "Ooh, Tuan Putri mau minum. Bentar ya, papa ambilin," sahut Gavin, mengerlingkan sebelah mata dengan genit. Revita sedikit menyingkir untuk memberikan Gavin akses mendekati Reina. Dia bergeser ke ujung tempat tidur memberi ruang pada Gavin duduk di kursinya. Tatapannya terus memperhatikan bagaimana cara Gavin memanjakan Reina.

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   130. Satu Darah

    Kaki Revita seperti sudah tidak menapak bumi lagi ketika tenaga medis menjelaskan tentang kondisi putrinya. Rasa panik dan khawatir berlebih menggumpal di kepala saat mereka bilang harus segera melakukan cito atau operasi gawat darurat. Penjelasan mereka terlalu kabur untuk Revita. Bahkan wanita itu tidak bisa bereaksi apa pun. "Pasien juga perlu melakukan transfusi darah segera, Pak."Revita menatap Gavin dengan segera. Dia sadar golongan darahnya dengan Reina berbeda. Itu artinya Gavinlah--"Golongan darah saya O, Dok. Anda bisa mengambil darah saya sebanyak yang anak saya butuhkan." Lagi-lagi Revita tidak bereaksi. "Baik, silakan Bapak ikut perawat untuk diperiksa lebih dulu." Gavin menghadap Revita begitu dokter kembali memasuki ruang tindakan. Dia sama khawatirnya seperti Revita. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit wanita itu terus berlinang air mata. Dan sekarang wajahnya tampak begitu pucat. "Nana akan baik-baik saja," ucap Gavin menenangkan. "Kita percayakan pada medis, d

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   129. Keputusan Final

    Bukan kencan atau apa pun. Revita hanya ingin mempertegas semuanya. Jadi, saat Mahesa bilang ingin mengajaknya makan malam secara khusus, dia mengiyakan. Sejujurnya beberapa hari ini Revita sudah tidak nyaman juga merasa tidak enak dengan kemunculan pria itu tiap kali dirinya pulang kerja. Mahesa bukan pengangguran. Pria itu mengaku pulang dari kantor langsung bertolak ke tempat Revita yang letaknya jauh di luar kota. Bertemu hanya sebentar, lalu keesokan paginya sudah kembali ke Jakarta. Empat kali dalam satu Minggu! Itu berlebihan menurut Revita. "Ada tol. Kamu nggak perlu cemas," ujar pria itu membela diri saat Revita komplain soal intensitas kedatangannya."Tapi itu cuma bikin kamu capek, Mas.""Apa aku terlihat seperti orang capek?"Perjuangan pria itu tidak bisa Revita anggap remeh. Kadang tanpa sadar dia jatuh iba dan otaknya berpikir untuk mempertimbangkan pria itu. Namun hatinya jelas menolak, karena pria itu bukanlah orang yang Revita harap menjadi rumahnya. Hingga sampai

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   128. Beacon Hill

    Usaha yang tidak mudah bagi Gavin untuk melobi para pemegang saham yang sebagian besar sudah tidak tinggal lagi di dalam negeri. Dan ketika dia berhasil menemui mereka pun tidak segampang itu memersuasi mereka agar mau suka rela memberikan sahamnya. Meski dia menjanjikan waktu berjangka dan kemajuan perusahaan, ternyata itu juga belum cukup meyakinkan mereka. Alhasil Gavin harus rela menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia prediksi. Bahkan ketika Mannaf ikut turun tangan tidak membuat masalah itu cepat selesai. "Setidaknya kamu sudah menggenggam separuhnya. Sementara ibu kamu hanya punya 25 persen. Papa rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menurunkan ego dia," ucap Mannaf ketika putra sulungnya itu mengunjungi rumahnya yang ada di Beacon Hill, Boston. Gavin mengangguk. Papanya benar, tinggal usaha untuk membuat perusahaan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa pabrik baru sudah mulai beroperasi dan kantor distribusi juga sudah diperluas. Meski tidak memakan biaya yang se

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   127. Pikiran Buruk

    Revita bergegas mengayunkan langkah menuju kosan ketika melihat mobil milik Gavin terparkir di tanah lapang. Dia yang baru pulang dari pabrik mengernyit bingung. Jika weekend dia akan maklum dengan keberadaan lelaki itu di sini. Masalahnya sekarang hari kerja, dan masih pukul empat sore. Kenapa pria itu ada di sini? Mendekati kamar kosan, Revita melihat sepatu pria itu yang tergeletak rapi di dekat pintu. Tanpa alasan yang jelas hatinya berdesir, bahkan Revita merasa tubuhnya merinding. Dia kembali melangkah mendekat hingga suara tawa Reina dan Gavin masuk ke pendengarannya. Dia sengaja tidak langsung masuk dan hanya berdiri di teras kosan. "Kapan, Pa?" "Sabtu ini. Ada yang harus papa selesaikan." "Lama enggak?" "Uhm, papa nggak tau. Mudah-mudahan kerjaan di sana cepat beres jadi papa bisa segera pulang." Dari percakapan itu Revita bisa menyimpulkan jika Gavin akan pergi. Tapi ke mana? "Boston itu jauh, Pa?" Boston. Pria itu akan pergi ke Boston. Negara yang sama saat dulu Gav

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   126. Piknik

    Melihat kedatangan Mahesa membuat Revita merasa menjadi umpan yang tanpa sengaja tercebur ke kolam ikan. Pasalnya saat ini ada Gavin di kosan yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan piknik. Entah dapat ide dari mana, mereka, Reina, Gavin, dan Indila tiba-tiba ingin pergi piknik. Sebenarnya Revita malas ikut. Daripada menghabiskan waktu di luaran, jujur dia lebih butuh tidur. Mengingat jadwal kerja tiap hari menyita waktu tidurnya. Namun, tentu saja putrinya yang cantiknya sekolong langit tak mungkin membiarkan itu terjadi. "Biar aku sama papa deh yang nyiapin bekal, mama tinggal duduk manis aja," ucap Reina ketika Revita menolak untuk ikut. "Jangan lupakan aku," seru Indila sambil mengacungkan keranjang makanan. "Ah iya, sama Tante Indi.""Ikut aja, Re. Kalau pun ntar di sana kamu tidur nggak apa-apa kok," imbuh Gavin, tangannya sibuk mengepak berbagai macam makanan. Kalau sudah begitu Revita bisa apa? Lalu ketika mereka bersiap pergi Mahesa muncul. Kening pria itu berkerut

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   125. Jemuran

    Revita sedang menjemur pakaian yang baru dicuci saat dari kejauhan melihat dua orang tengah lari bersama. Dua orang lelaki dan perempuan itu sedikit menyedot perhatiannya sampai Revita menyipitkan mata untuk memastikan penglihatannya. Pangkal alisnya menyatu saat tahu ternyata mereka itu Gavin dan Indila. Keduanya jogging bersama? Keduanya terlihat lari bersamaan sambil ngobrol. Entah apa yang mereka bicarakan sampai saling melempar tawa begitu. Di posisinya Revita tidak melepas pandangannya. Dia malah makin menatap keduanya dengan tajam. Wanita itu baru tahu jika tetangga kosannya itu ternyata akrab dengan Gavin. Bibirnya berkerut tak senang tahu fakta itu. Namun tiba-tiba Revita terperanjat sendiri. "Kenapa aku mesti nggak senang?" tanyanya pada diri sendiri lalu kepalanya menggeleng cepat. "Bodo amat dia mau akrab sama siapa," ujarnya lagi bersikap sok tak peduli lalu melanjutkan kegiatan menjemur baju, tapi lagi-lagi tanpa sadar matanya bergerak mengintip dari balik kain jemuran

  • Terjebak Bersama Dua Mantan   124. Pulang Sama Siapa?

    Gavin baru saja mematikan mesin mobil saat melihat mobil lain datang dan parkir di sisi kanan mobilnya. Matanya menyipit kala merasa mengenali kendaraan itu. Detik berikutnya umpatan lirihnya terdengar. Itu Mahesa. Jangan bilang pria itu datang ke mini market ini untuk menjemput Revita. Menggertakkan gigi, Gavin memutuskan keluar dari dalam mobil. Pun penghuni kendaraan di sebelahnya. Ketika sensor kunci mobil berbunyi, tatap keduanya tanpa sengaja bertemu. Gavin bisa melihat Mahesa sedikit terkesiap. "Gavin? Sedang apa kamu di sini?" tanya Mahesa, ekor matanya melirik ke arah mini market. Sudut bibir Gavin terangkat sebelah. "Jemput pacar," sahutnya jumawa. "Om sendiri ngapain?" "Aku mau jemput Revita.""Excuse me?" "Kenapa?" Dahi Mahesa berlipat. Dua tangannya dia masukkan ke dalam saku. Lalu melangkah maju, mengitari badan mobil. Begitu juga Gavin, ikut melangkah ke depan hingga keduanya berdiri saling berhadapan. "Yang mau Om jemput itu pacarku. Masih perlu aku ingatkan?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status