Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pernikahan Bayaran : Chapter 21 - Chapter 30

62 Chapters

📌 21 : Teguran Keras Abian

Natasya mengusap rambutnya dengan handuk kecil milik Irvan saat keluar dari ruangannya. Vina yang berjalan sambil bersenandung senang membawa puluhan rekam medis, menghentikan langkahnya. “Nat!” “Vin? Belum balik?” “Ini mau. Lo—ngapain disini?” Vina membaca nama yang tertera di pintu, “Dokter Irvan Aryanata, Sp.B? Lo gak salah masuk ruangan?” “Gue habis numpang mandi.” Vina memukul bahu Natasya, “Jangan gitu lo!” “Vin, sakit!” “Lo tuh punya suami. Ruangan pribadi suami lo ada kamar mandinya. Lo mandi lah disana. Jangan main gila lo, Nat!” “Numpang mandi namanya main gila? Lagian orangnya juga gak ada. Gak usah berlebihan, Vin.” “Ya elo kenapa numpang mandi di ruangan orang?” Natasya menggosok rambutnya, “Si siluman gak belain gue, jadi gue kesel.” “Ada apa sih, cerita sama gue.” “Gue baru dateng, mau gantiin lo shift. Seperti biasa gue naek tangga evakuasi. Lo tahu apa yang terjadi? Ada yang nyirem gue pake air bekas pel. Dan orang itu adalah mantan pacar si si
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

📌 22 : Serangan Balik Aca

Natasya membuka baju operasi setelah menjadi asisten utama operasi SVC kiri pada pasien yang mengalami Perfusionist. Ia di ikuti dua dokter ko-as yang mengikuti jalannya operasi, untuk makan dikantin menggunakan fasilitas kartu akses milik dokter konsulen bedah tadi. “Kalian nanti mau masuk spesialis apa?” tanya Natasya mencoba mengakrabkan diri. “Saya masih bingung, dok. Saya dengar kalau masuk bedah kardiotoraks, waktu luang kita cuma sebentar ya, dok?” Natasya mengangguk, “Betul. Kalo kamu?” tanyanya pada anak ko-as lain. “Saya antara bedah umum atau spesialis kandungan, dok.” “Manteeep. Nanti kalo jadi masuk bedah kandungan, kabarin ya, saya mau konsul sama kamu. Nanti saya bantu rekomendasikan pada dokter lain.” “Terima kasih, dok. Kalo dokter jadi pasien saya, akan saya kasih gratis.” Natasya tertawa, “Jangan, gak usah begitu. Kamu kuliah udah mahal, belum lagi perjuangannya panjang banget. Kasih harga normal aja. Saya senang bisa bantu rekan sejawat.” “Kenapa do
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

📌 23 : Super Hero Langganan

Natasya terbangun setelah langit berubah gelap. Ia mengucek mata dan melotot terkejut bisa tidur di rooftop. Ia bangkit sekaligus. “Gue dimana?” Mendengar suara ambulance yang saling beradu, membuatnya berlari mendekati dinding pembatas untuk melihat halaman gedung rumah sakit. “Ini jam berapa?” Natasya menatap ponsel yang ada digenggaman tangannya yang mati, “Duh, mati lagi.” Natasya sangat kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang di UGD bersama Vina, membantu pasien yang mengalami henti jantung. Setelah itu ia tak mengingat apapun. “Apa bener dokter Abian bilang, kalo gue suka ngelindur jalan sendiri? Gue tadi ada di UGD, tapi sekarang ada—disini? Tapi kalo gue ngelindur gue harusnya lagi tidur. Tadi gue—tidur? Dimana?” Natasya cepat mendekati pintu. Ia membuka handelnya tapi tak terbuka. “Toloooong! Tolong bantu saya! Saya terkunci di rooftop!” “Siapapun yang ada diluar, tolong bantu saya!” Natasya memukul pintu, “ Sial! Pasti ada yang jebak gue disini. T
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

📌 24 : Menahan Diri (18+)

Natasya mengangguk pelan. Abian membuka jam tangannya. Ia terus menatap Natasya yang duduk bersandar diranjang, “Kamu siap?” “Jangan pegang apapun.” “Iya, saya ngerti.” Abian mendekati tubuh Natasya, “Aku buka sekarang, ya?” “Dok, apa—gak papa?” “Kamu gak percaya sama saya?” “Aku ganti baju sendiri aja.” Natasya berusaha turun dari ranjang. Abian bangkit. Ia ingin melihat seberapa bisa Natasya bergerak sendiri. Tubuh Natasya ambruk. “Coba kamu jalan sendiri ke kamar mandi.” Natasya mendelik kesal, “Gak mau bantu istrinya banget sih.” “Saya udah bantu kamu, dari tadi malah. Tapi kamu gak percaya ‘kan sama saya?” Abian membantu Natasya duduk di ranjang, “Jangan ngeyel. Saya buka baju kamu sekarang.” Natasya menutup matanya saat tangan Abian mengangkat baju jaga yang ia kenakan. Baju jaga itu sudah kotor, penuh dengan debu karena ia tidur seharian di rooftop. “Sekarang celananya.” “Dok!” “Ya udah kita mandi begini aja. Saya gendong ke kamar mandi.” Natasy
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

📌 25 : Menyesal

Natasya terus menutup wajahnya dengan bantal saat Abian selesai mandi dan mendekati ranjang. “Kamu udah makan?” “Ya itu ada bekasnya.” tunjuknya pada piring kosong di atas nakas. “Hm.” “Dokter mau aku ambilin makan gak?” “Saya gak suka kamar bau makanan.” Natasya menurunkan bantal, “Maaf. Nanti aku semprot pake pewangi ruangan.” “Gak papa. Kamu jangan langsung tidur, nanti—” “Aku ini dokter juga, aku tahu.” Abian meraih ponselnya di nakas. Natasya mengintip kegiatan Abian dari balik bantal yang masih ia pakai untuk menutup wajahnya, “Dokter gak keluar?” “Keluar mana? Ke luar angkasa?” “Ke luar—kamar.” “Kenapa? Kamu ngusir saya?” “Dokter ‘kan mau makan.” “Saya gak biasa makan sendiri di rumah. Berhubung mama pasti udah tidur, kamu harus temani saya makan.” Natasya menaruh bantal di ranjang, juga membawa piring dan gelas bekasnya, “Aku ke ruang makan duluan.” Natasya benar-benar tak habis pikir dengan sikap acuh Abian, seolah beberapa waktu lalu tidak t
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

📌 26 : Perhatian Irvan

Natasya memasukkan semua keperluannya ke dalam tas ransel yang akan ia bawa ke rumah sakit, di sofa ruang tamu. “Kamu udah gak papa, Nat?” tanya mama. “Gak papa kok, ma. Malem udah baikkan.” “Baikkan dong, ‘kan di urus sama suaminya.” tutur Abian mendekati Natasya. Mama tersenyum, “Makasih ya, Bi, udah mau ngurusin istrinya.” “Udah kewajiban aku, ma.” Abian membawa tas ransel Natasya, “Ma, berangkat, ya?” Abian salim dan mencium pipi mama. “Iya, hati-hati ya, kalian.” Natasya salim dan mencium pipi mama juga, “Ma, aku malam ini jaga malam, jadi gak pulang.” “Oh ya udah, nanti mama kirim makan malam buat kamu sama temen-temen ya.” “Makasih, ma.” Mama mengelus perut Natasya, “Gimana? Udah—proses belum?” Natasya menatap Abian, “Proses dong, ma.” jawabnya dengan optimis. Padahal yang di proses diperutnya hanya makanan, bukan janin seperti mau mama. “Semoga ini cepet jadi ya. Mama udah gak sabar mau nimang cucu, papamu juga.” Abian mencium pipi Natasya, “Pasti, ma
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

📌 27 : Ciuman Dadakan Abian

Vina turun dari taksi saat Abian dan Irvan saling tatap, dan Natasya hanya melirik mereka berdua datar. “Selamat pagi dokter Abian.” sapa Vina. “Pagi.” Abian berjalan cepat memasuki lobi. “Nat, lo gak masuk?” “Ini mau masuk. Van, sekali lagi makasih. Aku tinggal.” Vina yang tak tahu apa yang baru saja dilewatkannya, melirik Irvan, “Ada apa?” “Gak ada.” Vina memicinkan matanya, “Dokter jangan ganggu Natasya terus dong. Itu dokter Abian pasti cemburu.” Irvan berdehem, “Vin, kamu deket banget sama Natasya ‘kan?” Vina mengangguk semangat. “Sedeket apa?” “Sedeket nadi.” Irvan melotot. “Hehehe, bercanda. Sedeket itu lah, namanya sahabat.” Irvan mengedarkan matanya, “Kamu gak kaget waktu mereka nikah?” “Kaget, dok, sampe loncat waktu menyusui suami saya begitu Natasya kasih undangan digital.” Irvan mengernyit. “Ini ekspresi kaget atau heran nih, saya nyusuin suami saya?” “Bukan soal nyusuin. Kamu jangan bikin saya iri, dong. Saya ‘kan—juga mau nyusu, tapi—
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

📌 28 : Bukan Ciuman Pertama

Natasya melotot dalam kungkungan tubuh Abian yang dua kali lipat lebih besar darinya. Ia mendorong tubuh suami bayarannya, tapi Abian malah lebih merapatkan tubuh mereka. Ia tidak tahu kenapa Abian melakukan itu tiba-tiba padanya. Mana pintu ruangan tidak ia tutup lagi. Sungguh Abian yang ceroboh. “Hmmmmpppp.” Natasya masih berusaha mendorong Abian. Kali ini berhasil. “Dok!” Abian tersenyum. Ia menyentuh bibir Natasya pelan. Natasya memukul dada Abian, “Dokter tuh—” “Ssssst!” “Apa sih?” Abian mendekati pintu. Ia melihat situasi diluar sana. Entah mencari apa, karena tak lama ia langsung menutup pintu, “Tadi ada Irvan ikutin kita. Saya—cuma mau mematahkan teori dia mengenai kamu hanya istri sewaan.” Natasya diam. Masuk akal juga yang dikatakannya, “Tapi jangan dadakan juga dong, cium akunya!” “Kalo saya kasih aba-aba, apa menurut kamu Irvan bisa percaya kita beneran nikah?” Kedua mata Natasya merah menahan tangis. Selama ini ia hanya melakukan ciuman dengan Alan,
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

📌 29 : Di Isengi Lagi

“Jadi tadi kamu nangis waktu saya cium karena ini?” Natasya menunduk. Sungguh ia yang oon, karena mengakui ini. Sekarang ia pusing sendiri menghadapi pertanyaan Abian. Abian mengelus bahu Natasya, “Maaf ya, saya gak tahu. Ke depannya saya usahakan tidak akan cium kamu lagi depan Irvan.” Abian pergi. Ia harus kembali ke ruang prakteknya, karena masih ada sisa pasien yang masih antre. Natasya sungguh menyesal menyebut nama Irvan, “Dokter Abian jadi agak gitu. Harusnya tadi gue sebut nama dokter lain, yang dia gak kenal. Meskipun dia kenal hampir semua dokter sih meskipun nyebelin dan galak.” Karena merasa harus istirahat setelah membantu operasi, Natasya bertolak ke ruang piket. Rencananya setelah tidur selama lima belas menit, akan membuat rekam medis dan menemani Abian visit. Di ruang piket, Natasya membuka kulkas kecil untuk membawa minuman dingin. Cuaca hari ini panas sekali. “Dokter Natasya.” Natasya menoleh, “Iya?” Dokter ko-as itu mendekati kulkas, ia mengambil
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

📌 30 : Pertengkaran Dua Sahabat

“Mas Abian—aku dan dia suka lupa semuanya kalo udah mulai. Lagian dia lagi visit, Van, aku gak mau ganggu dia kerja. Aku mohon kamu bantu aku hilangin efek obat ini, aku mohon. Kamu mungkin tahu aku harus ngapain untuk menghentikan ini.” Irvan mengangguk, “Iya, aku tahu. Ayo ikut aku ke ruangan.” Natasya pasrah dituntun Irvan. Ia yakin sahabat suaminya itu tidak akan berani macam-macam, ia kenal baik siapa orang yang ia mintai bantuan. Irvan mempersilakan Natasya duduk. Ia menurunkan suhu AC dan memberikan air mineral dingin, “Minum, Sya.” Natasya meminum air itu. “Sebentar, aku ambil obatnya.” Irvan membuka laci meja, ia mencari obat yang semoga saja bisa membantu Natasya, “Sya, kamu minum ini. Kita coba ya, semoga berhasil.” Natasya mengangguk. Ia akan melakukan apapun untuk membuat dirinya lepas dari reaksi obat terkutuk ini. “Kita tunggu reaksi obatnya. Kalau gak berhasil kamu bisa mandi.” Natasya bangkit, ia berlari ke toilet untuk mandi. “Sya?” Kucuran shower
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status