Share

📌 25 : Menyesal

Aвтор: Rahmani Rima
last update Последнее обновление: 2025-01-18 08:20:14

Natasya terus menutup wajahnya dengan bantal saat Abian selesai mandi dan mendekati ranjang.

“Kamu udah makan?”

“Ya itu ada bekasnya.” tunjuknya pada piring kosong di atas nakas.

“Hm.”

“Dokter mau aku ambilin makan gak?”

“Saya gak suka kamar bau makanan.”

Natasya menurunkan bantal, “Maaf. Nanti aku semprot pake pewangi ruangan.”

“Gak papa. Kamu jangan langsung tidur, nanti—”

“Aku ini dokter juga, aku tahu.”

Abian meraih ponselnya di nakas.

Natasya mengintip kegiatan Abian dari balik bantal yang masih ia pakai untuk menutup wajahnya, “Dokter gak keluar?”

“Keluar mana? Ke luar angkasa?”

“Ke luar—kamar.”

“Kenapa? Kamu ngusir saya?”

“Dokter ‘kan mau makan.”

“Saya gak biasa makan sendiri di rumah. Berhubung mama pasti udah tidur, kamu harus temani saya makan.”

Natasya menaruh bantal di ranjang, juga membawa piring dan gelas bekasnya, “Aku ke ruang makan duluan.”

Natasya benar-benar tak habis pikir dengan sikap acuh Abian, seolah beberapa waktu lalu tidak t
Заблокированная глава
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 26 : Perhatian Irvan

    Natasya memasukkan semua keperluannya ke dalam tas ransel yang akan ia bawa ke rumah sakit, di sofa ruang tamu. “Kamu udah gak papa, Nat?” tanya mama. “Gak papa kok, ma. Malem udah baikkan.” “Baikkan dong, ‘kan di urus sama suaminya.” tutur Abian mendekati Natasya. Mama tersenyum, “Makasih ya, Bi, udah mau ngurusin istrinya.” “Udah kewajiban aku, ma.” Abian membawa tas ransel Natasya, “Ma, berangkat, ya?” Abian salim dan mencium pipi mama. “Iya, hati-hati ya, kalian.” Natasya salim dan mencium pipi mama juga, “Ma, aku malam ini jaga malam, jadi gak pulang.” “Oh ya udah, nanti mama kirim makan malam buat kamu sama temen-temen ya.” “Makasih, ma.” Mama mengelus perut Natasya, “Gimana? Udah—proses belum?” Natasya menatap Abian, “Proses dong, ma.” jawabnya dengan optimis. Padahal yang di proses diperutnya hanya makanan, bukan janin seperti mau mama. “Semoga ini cepet jadi ya. Mama udah gak sabar mau nimang cucu, papamu juga.” Abian mencium pipi Natasya, “Pasti, ma

    Последнее обновление : 2025-01-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 27 : Ciuman Dadakan Abian

    Vina turun dari taksi saat Abian dan Irvan saling tatap, dan Natasya hanya melirik mereka berdua datar. “Selamat pagi dokter Abian.” sapa Vina. “Pagi.” Abian berjalan cepat memasuki lobi. “Nat, lo gak masuk?” “Ini mau masuk. Van, sekali lagi makasih. Aku tinggal.” Vina yang tak tahu apa yang baru saja dilewatkannya, melirik Irvan, “Ada apa?” “Gak ada.” Vina memicinkan matanya, “Dokter jangan ganggu Natasya terus dong. Itu dokter Abian pasti cemburu.” Irvan berdehem, “Vin, kamu deket banget sama Natasya ‘kan?” Vina mengangguk semangat. “Sedeket apa?” “Sedeket nadi.” Irvan melotot. “Hehehe, bercanda. Sedeket itu lah, namanya sahabat.” Irvan mengedarkan matanya, “Kamu gak kaget waktu mereka nikah?” “Kaget, dok, sampe loncat waktu menyusui suami saya begitu Natasya kasih undangan digital.” Irvan mengernyit. “Ini ekspresi kaget atau heran nih, saya nyusuin suami saya?” “Bukan soal nyusuin. Kamu jangan bikin saya iri, dong. Saya ‘kan—juga mau nyusu, tapi—

    Последнее обновление : 2025-01-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 28 : Bukan Ciuman Pertama

    Natasya melotot dalam kungkungan tubuh Abian yang dua kali lipat lebih besar darinya. Ia mendorong tubuh suami bayarannya, tapi Abian malah lebih merapatkan tubuh mereka. Ia tidak tahu kenapa Abian melakukan itu tiba-tiba padanya. Mana pintu ruangan tidak ia tutup lagi. Sungguh Abian yang ceroboh. “Hmmmmpppp.” Natasya masih berusaha mendorong Abian. Kali ini berhasil. “Dok!” Abian tersenyum. Ia menyentuh bibir Natasya pelan. Natasya memukul dada Abian, “Dokter tuh—” “Ssssst!” “Apa sih?” Abian mendekati pintu. Ia melihat situasi diluar sana. Entah mencari apa, karena tak lama ia langsung menutup pintu, “Tadi ada Irvan ikutin kita. Saya—cuma mau mematahkan teori dia mengenai kamu hanya istri sewaan.” Natasya diam. Masuk akal juga yang dikatakannya, “Tapi jangan dadakan juga dong, cium akunya!” “Kalo saya kasih aba-aba, apa menurut kamu Irvan bisa percaya kita beneran nikah?” Kedua mata Natasya merah menahan tangis. Selama ini ia hanya melakukan ciuman dengan Alan,

    Последнее обновление : 2025-01-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 29 : Di Isengi Lagi

    “Jadi tadi kamu nangis waktu saya cium karena ini?” Natasya menunduk. Sungguh ia yang oon, karena mengakui ini. Sekarang ia pusing sendiri menghadapi pertanyaan Abian. Abian mengelus bahu Natasya, “Maaf ya, saya gak tahu. Ke depannya saya usahakan tidak akan cium kamu lagi depan Irvan.” Abian pergi. Ia harus kembali ke ruang prakteknya, karena masih ada sisa pasien yang masih antre. Natasya sungguh menyesal menyebut nama Irvan, “Dokter Abian jadi agak gitu. Harusnya tadi gue sebut nama dokter lain, yang dia gak kenal. Meskipun dia kenal hampir semua dokter sih meskipun nyebelin dan galak.” Karena merasa harus istirahat setelah membantu operasi, Natasya bertolak ke ruang piket. Rencananya setelah tidur selama lima belas menit, akan membuat rekam medis dan menemani Abian visit. Di ruang piket, Natasya membuka kulkas kecil untuk membawa minuman dingin. Cuaca hari ini panas sekali. “Dokter Natasya.” Natasya menoleh, “Iya?” Dokter ko-as itu mendekati kulkas, ia mengambil

    Последнее обновление : 2025-01-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 30 : Pertengkaran Dua Sahabat

    “Mas Abian—aku dan dia suka lupa semuanya kalo udah mulai. Lagian dia lagi visit, Van, aku gak mau ganggu dia kerja. Aku mohon kamu bantu aku hilangin efek obat ini, aku mohon. Kamu mungkin tahu aku harus ngapain untuk menghentikan ini.” Irvan mengangguk, “Iya, aku tahu. Ayo ikut aku ke ruangan.” Natasya pasrah dituntun Irvan. Ia yakin sahabat suaminya itu tidak akan berani macam-macam, ia kenal baik siapa orang yang ia mintai bantuan. Irvan mempersilakan Natasya duduk. Ia menurunkan suhu AC dan memberikan air mineral dingin, “Minum, Sya.” Natasya meminum air itu. “Sebentar, aku ambil obatnya.” Irvan membuka laci meja, ia mencari obat yang semoga saja bisa membantu Natasya, “Sya, kamu minum ini. Kita coba ya, semoga berhasil.” Natasya mengangguk. Ia akan melakukan apapun untuk membuat dirinya lepas dari reaksi obat terkutuk ini. “Kita tunggu reaksi obatnya. Kalau gak berhasil kamu bisa mandi.” Natasya bangkit, ia berlari ke toilet untuk mandi. “Sya?” Kucuran shower

    Последнее обновление : 2025-01-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 31 : Abian Menghilang

    Semua orang mengerubungi Abian dan Irvan. Dokter Farhan yang akan mengambil ponsel di ruangannya, berusaha memisahkan dua sahabat yang entah kenapa malah saling pukul disini. “Bi, Van, lepas!” “Gue gak terima lo khianati gue begini, Van!” “Gue gak mengkhianati lo, Bi!” Abian memberikan satu pukulan lagi di rahang Irvan. “Abian! Jaga kewarasan lo!” teriak dokter Farhan, “Lo bisa dapet pendisiplinan!” “Gue gak peduli!” Abian menunjuk Irvan, “Inget ya, gue gak sudi temenan lagi sama lo, bajingan!” Irvan diam saja. Ia tentu ingin sekali membalas ucapan Abian, tapi tidak enak dengan yang lain. Ia juga tidak ingin mendapatkan pendisiplinan. Natasya yang pikir Abian pergi sudah pergi, mendapat laporan kalau suaminya bertengkar dengan Irvan sampai main pukul. Ia yang sudah ganti baju jaga, berlari mendekati TKP. “Mas?” Abian membuang nafas kasar melihat Natasya. Pikirannya melayang, mengingat Natasya dan Irvan bermain gila dibelakangnya. Ia pergi begitu saja meninggalkan l

    Последнее обновление : 2025-01-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 32 : Teguran Mama

    Natasya turun dari taksi ketika sampai depan rumah. Ia memukul-mukul pundaknya yang terasa pegal. Mama menyambutnya. “Kamu mandi terus istirahat ya. Atau mau makan dulu?” “Aku tidur dulu deh, ma.” “Oh ya udah, nanti kita makan sama-sama ya.” “Mama duluan aja, ‘kan mama harus minum obat.” “Gak papa, tadi mama udah makan kue basah, jadi minum obatnya udah. Yaudah gih, istirahat.” Natasya masuk ke dalam rumah. Ia berlari menaiki tangga agar cepat sampai ke kamar Abian yang jadi kamarnya juga. Pintu kamar dibuka. Natasya terkejut melihat ada Abian, “Mas?” Abian yang sedang tiduran di ranjang, bangkit. Ia tengah memakai baju rumahan. “Mas, kamu—” “Iya, saya kena diskors. Puas kamu?” Natasya membuang nafas pelan, “Ya lagian, siapa suruh berantem sama Irvan di rumah sakit. Kayak baru pertama jadi dokter aja.” “Kamu nyalahin saya?” “Bukan nyalahin, tapi mengingatkan, kenapa bisa-bisanya dokter berantem? Terus kalau sekarang dokter dapet hukuman, emang itu salah aku

    Последнее обновление : 2025-01-22
  • Pernikahan Bayaran    📌 33 : Rencana Bulan Madu

    Natasya merasa lega setelah mendapatkan hati mama kembali. Ia senang kalau Abian akan mendapatkan masalah dari perbuatannya sendiri. “Salah sendiri. Siapa suruh nuduh gue selalu milih Irvan? Dia tuh keterlaluan tahu gak! Harusnya di surat kontrak tertulis kalau pihak pertama gak bisa seenak jidat sama pihak kedua. Tapi gue puas, karena mama sekarang udah kembali ada dipihak gue.” Natasya berjalan menuju ruang operasi. Ia akan jadi asisten utama operasi kali ini. Menjelang ujian dan ia akan menjadi dokter bedah utama, ia menyibukkan diri di ruang operasi. “Dokter Farhan udah dateng?” tanyanya pada perawat. “Belum. Dia lagi ngobrol sama suami dokter.” “Dimana?” Natasya sedikit penasaran karena suami bayarannya ternyata masih ada disini. “Di depan. Dokter Abian dapat diskors selama tiga hari dari komisi disiplin, eh beliau malah nawar jadi satu minggu. Dokter Abian tuh aneh banget. Cuma dia yang berani nawar durasi diskors.” “Hah?” Natasya mematikan kran ketika melakukan as

    Последнее обновление : 2025-01-22

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 129 : Detik Perpisahan dengan Abian

    Sejak pagi setelah selesai shift, Natasya terus berada dekat dengan Abian. Ia tak mau jauh-jauh dari suaminya.“Gak ada yang ketinggalan?”“Gak, mas, aman. Yuk.” Natasya menggandeng lengan Abian.Jika tak memakai baju dinas, mereka terlihat seperti pekerja kantoran. Penampilan Abian yang mengikuti zaman dan Natasya yang mulai mengubah penampilan, membuat mereka jadi idola baru di kalangan dokter ko-as.“Mau beli sesuatu dulu gak sebelum pulang?” tanya Abian.“Gak ah, aku capek, mau tidur.”“Kalo aku order diterima gak?”Natasya menggebug lengan Abian, “Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.”Abian berbisik, “Aku mau order, bisa gak?”Natasya tertawa. Ia mendorong tubuh Abian yang tertawa juga, “Nyebelin!”Vina yang melihat kemesraan mereka dari kejauhan tersenyum, “Natasya udah menemukan kebahagiannya. Artinya Alan udah gak punya celah untuk masuk lagi ke hati elo, Nat.”Di parkiran basement, Abian membuka kan pintu mobil untuk Natasya, “Silakan masuk, nyonya Abian.”“Mas, jan

  • Pernikahan Bayaran    📌 128 : Curiga pada Natasya

    Natasya berjalan buru-buru setelah melakukan visit ke ruang ICU dan bangsal menuju ruangan Abian. Ia lupa pada titah suami kontraknya dan malah ngobrol ngalor-ngidul dengan Arsya di telpon. Ceklek.“Mas, hehe, maaf ya lama.”“Satu jam lebih bukan telat lagi sih.”Natasya manyun, “Segini juga dateng. Aku sibuk tahu.”“Sibuk apa? Bukannya yang jaga malam banyak?”Natasya menjatuhkan dirinya di sofa, “Aduh enaknya.”Abian bangkit dari kursi kerja dan duduk disebelah Natasya. Ia mengendus bau istrinya.“Mas, apaan sih.” Natasya menggeser tubuhnya karena risih.“Aku mau.”Natasya melotot, “Mas, ini di rumah sakit!”“Kita bisa kunci ruangannya."“Nggak!”“Aku bayar.”“Nggak mau.” Natasya berdiri, “Kalo aku diminta kesini buat ini, aku pergi.”“Oke-oke, nggak akan. Aku cuma mau kamu disini. Aku butuh temen ngobrol.”Natasya kembali duduk di sofa.“Gak mau semakin deket duduknya?”Natasya menggeleng.“Aku disini sampe lusa loh.”Mendengar itu, Natasya menatap Abian lama.

  • Pernikahan Bayaran    📌 127 : Menyelidiki Sesuatu

    Pov AbianHari ini Natasya mengikuti operasi bersama profesor Indra, sehingga yang jadi asisten poli adalah Vina. Sudah hampir seluruh pasien melakukan konsultasi. Ketika pasien terakhir belum masuk karena sedang pergi ke toilet, Abian jadi mengingat sesuatu yang ingin ditanyakan pada Vina.Di putar kursinya ke arah Vina. Suster Anna sedang berdiri di lawang pintu karena berbincang dengan perawat lain.“Vin?”“Iya, dok?”“Selesai praktek, kita bisa bicara?”“Bisa, dok. Soal—Natasya, ya?”Abian mengangguk, “Natasya gak akan selesai operasi secepatnya ‘kan?”“Kayaknya masih lama, dok. Pasiennya mengalami pelengketan serius, pasti butuh waktu lama.”“Oke, bagus.”“Pasien datang, dok.” seru suster Anna.Abian membaca hasil tes dengan wajah sangat serius, membuat pasien, suster Anna dan Vina jadi cemas.“Kenapa, dok?” tanya anak pasien, “Apa hasil tesnya—buruk?”Abian menatap pasien dan wali silih berganti, “Apa ibu sering mengalami serangan jantung?”“Saya baru datang dari

  • Pernikahan Bayaran    📌 126 : Tidak Sadar Diri

    Abian menatap Aca penuh pengertian, “Kamu masuk. Biar Natasya jadi urusan aku.”“Oke, sayang.” Aca tersenyum sinis ke arah Natasya sebelum menutup pintu.Natasya pergi. Ia sungguh tak habis pikir suaminya tega membohonginya berkali-kali mengenai Aca.“Nat, tunggu.” Abian mengejar Natasya yang berjalan amat cepat.Natasya tak menggubris panggilan Abian.“Nat!” Abian menarik lengan Natasya, “Dengerin aku dulu, dong.”Natasya terpaksa membalikkan badan, “Dengerin apa? Berkali-kali, mas, kamu bohongin aku dan ketemu Aca diem-diem. Aku harus dengerin apa lagi?” “Aku cuma gak tega Aca luntang-lantung karena kasus kemarin.”“Itu salah dia. Siapa yang suruh dia pura-pura hamil, labrak aku dan hancurin karirnya sendiri?”“Nat, kamu gak punya hati? Aca gak pernah berniat begitu. Dia cuma—”“Bercanda?”Abian membuang nafas pelan, “Kamu aneh. Kamu gak mau melanjutkan pernikahan kita dan terus memilih Alan, tapi kamu cemburu sama Aca. Apa bener yang Ical bilang, kalo kamu mencintai dua

  • Pernikahan Bayaran    📌 125 : Impas

    Tersisa dua hari lagi Abian bertugas di rumah sakit sebelum dipindahkan ke daerah. Natasya memakai waktu ini sebaik-baiknya untuk jadi istri sekaligus residen yang berbakti. “Ada lagi yang mau mas makan?” tanya Natasya ketika ia dan Abian baru bisa makan siang di malam hari, berdua di ruangan pribadi Abian.“Udah cukup. Ini aja banyak banget.”“Hehehe, aku lagi ngidam pengen semua ini.”“Kirain ngidam hamil.”Natasya melirik Abian sinis, “Jangan mulai deh.”“Nanti pulangnya gak bisa bareng. Aku ada perlu.”“Gak papa, aku juga ada perlu.”“Perlu apa?”“Jangan tanya, aku juga gak tanya mas ada urusan apa sama siapa.”Abian mendecek.Natasya menatap Abian, “Mas, nanti janji harus sering kesini. Aku juga janji bakal jengukin mas ke rumah sakit baru.”“Hm.”“Telinga dan jantung aku pasti akan kaget gak lagi mendengar bentakkan dan ucapan sarkasme mas.”“Kamu ini muji atau ngehina sih?”Drrrrt~Natasya merogoh ponselnya. Ia berhenti makan ketika membaca pesan yang entah di

  • Pernikahan Bayaran    📌 124 : Acara yang Aneh

    Kedatangan Natasya dan Abian disambut hangat oleh perawat dan dokter yang sudah lebih dulu tiba di balroom hotel. Vina dan Irvan pun ada disana. Suasana sangat meriah dengan dekor yang dibuat sedemikian rupa. Namun yang tak ditemukan Natasya adalah tulisan ‘Farewell Party’ atau ‘Selamat Bertugas ditempat Baru’, seperti yang sering ia lihat di acara perpisahan dokter lain. Meski begitu ia berusaha menikmati acara.“Dokter Abian, selamat ya.” dokter bedah umum senior menyalami Abian, “Saya tahu semua akan terjadi. Berkat dokter Abian, rumah sakit kita kembali mendapat penghargaan.”“Saya hanya melakukan tugas, dok.”“Meski begitu kami para dokter bedah sangat berterima kasih karena mendapat sumbangan alat-alat terbaru dari pak Waluyo, semua berkat dokter Abian.”Rumah sakit mendapat sumbangan dari pak Waluyo? Natasya mengernyit. Jadi pak Waluyo sudah di operasi? Oleh siapa? Ia terlalu fokus pada masalah Aca, Haikal dan Alan, sehingga tak pernah punya waktu untuk menanyakan hal ini

  • Pernikahan Bayaran    📌 123 : Memenuhi Undangan

    “Kerja bagus. Terima kasih untuk semuanya.” tutur dokter Farhan pada semua staf operasi.Natasya jadi orang terkakhir yang keluar setelah membantu perawat membereskan ruang operasi.“Dok, gak papa, ini biar saya yang beresin.”“Gak papa, sus.”“Dokter Natasya lagi seneng itu, sus, biarin aja.” kata perawat lain.Natasya tersenyum, “Enggak kok, biasa aja.”“Dokter Natasya, saya turut senang dengan kabar baik soal dokter Abian.”Natasya berhenti menutup dus kain kasa, “Ada—kabar baik apa soal dokter Abian?”Perawat yang bicara itu disikut perawat lainnya, “Hehehehe, enggak, dok.”“Ada apa?” desak Natasya.“Gak papa, dok. Dokter istirahat aja. Dokter Natasya gak boleh kecapean.” Perawat mendorong tubuh Natasya keluar dari ruang bedah.Natasya membuka sarung tangan karet, “Aneh banget sih. Ada kabar baik apa emang soal mas Abian? Kok gue gak tahu?”Sebelum keluar dari ruang operasi, Natasya membersihkan tangannya. Ia akan segera ke poli untuk menemani suaminya praktek rawat ja

  • Pernikahan Bayaran    📌 122 : Meminta Jatah (18+)

    Ponsel Natasya bergetar pendek ketika ia sedang merapikan rekam medis pasien poli di ruang piket sambil menikmati makanan dari mama Vina di jam makan siang. Matanya tertutup ketika membaca pesan dari Abian. From : Dokter Abian Aku mau malam ini. Kalo kamu pulang lebih awal, jangan tidur dulu. Ada yang harus aku urus di rumah sakit Natasya tak membalas pesannya. Ia harus menyiapkan tameng agar Abian tak menanamkan benih dalam rahimnya. Dengan cepat ia memesan alat kontrasepsi untuk Abian, karena ia tidak akan sempat memasang alat kontrasepsi, apalagi kondisinya sedang tidak datang bulan. “Sebut aja ini—hadiah karena dia mau rotasi ke rumah sakit daerah.” Lama Natasya menunggu paketnya datang. Ia cemas sekali Abian memanggilnya untuk menemani visit. Natasya berjalan bolak-balik depan UGD menunggu ojek online mengantarkan pesannnya. Saat ia melirik ke jalan, sebuah motor yang flatnya sama seperti yang ia lihat di aplikasi, berhenti. “Mas Putra?” “Mbak Natasya?” “Iya.

  • Pernikahan Bayaran    📌 121 : Enggan Menghapus Kontrak

    Natasya melambaikan tangan pada Haikal yang mobil keluarganya keluar pelan dari pelataran rumah. Ternyata ia merasakan kehilangan juga ketika Haikal tak akan lagi tinggal disini.Abian merangkul mama dan Natasya, “Ical pasti sesekali kesini.”Mama mengangguk, “Mama masuk dulu.”Natasya menyeka air matanya.Abian tersenyum, “Ical gak akan ngelupain kita kok. Kalo kita ketemu di luar, kita bisa main sama dia.” “Mas, aku mau ngomong sesuatu.”Wajah Abian berubah cerah. Ia merasa akan mendapatkan kabar baik setelah Natasya tahu jika ia dan Aca tidak pernah melakukan apapun.Natasya menatap Abian, “Aku—gak mau pernikahan kita—berubah. Kita—pertahankan aja kontrak itu.”Mata Abian merah, senyumnya luntur, “Ke-kenapa?”“Aku mencintai Alan, dan akan terus begitu.”“Kamu—udah gak perawan.”Natasya tersenyum, “Terus kenapa?”“Emangnya Alan—bisa menerima?”“Bisa. Seperti yang aku bilang, Alan mencintai aku. Apapun yang terjadi sama aku—dia bisa menerimanya.”Abian tak menjawab.“

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status