Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 23 : Super Hero Langganan

Share

📌 23 : Super Hero Langganan

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-01-16 09:18:56

Natasya terbangun setelah langit berubah gelap. Ia mengucek mata dan melotot terkejut bisa tidur di rooftop. Ia bangkit sekaligus.

“Gue dimana?”

Mendengar suara ambulance yang saling beradu, membuatnya berlari mendekati dinding pembatas untuk melihat halaman gedung rumah sakit.

“Ini jam berapa?” Natasya menatap ponsel yang ada digenggaman tangannya yang mati, “Duh, mati lagi.”

Natasya sangat kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang di UGD bersama Vina, membantu pasien yang mengalami henti jantung. Setelah itu ia tak mengingat apapun.

“Apa bener dokter Abian bilang, kalo gue suka ngelindur jalan sendiri? Gue tadi ada di UGD, tapi sekarang ada—disini? Tapi kalo gue ngelindur gue harusnya lagi tidur. Tadi gue—tidur? Dimana?”

Natasya cepat mendekati pintu. Ia membuka handelnya tapi tak terbuka.

“Toloooong! Tolong bantu saya! Saya terkunci di rooftop!”

“Siapapun yang ada diluar, tolong bantu saya!”

Natasya memukul pintu, “ Sial! Pasti ada yang jebak gue disini. T
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
rifdanafisha
yaelah nanggung bet 1 bab doang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 24 : Menahan Diri (18+)

    Natasya mengangguk pelan. Abian membuka jam tangannya. Ia terus menatap Natasya yang duduk bersandar diranjang, “Kamu siap?” “Jangan pegang apapun.” “Iya, saya ngerti.” Abian mendekati tubuh Natasya, “Aku buka sekarang, ya?” “Dok, apa—gak papa?” “Kamu gak percaya sama saya?” “Aku ganti baju sendiri aja.” Natasya berusaha turun dari ranjang. Abian bangkit. Ia ingin melihat seberapa bisa Natasya bergerak sendiri. Tubuh Natasya ambruk. “Coba kamu jalan sendiri ke kamar mandi.” Natasya mendelik kesal, “Gak mau bantu istrinya banget sih.” “Saya udah bantu kamu, dari tadi malah. Tapi kamu gak percaya ‘kan sama saya?” Abian membantu Natasya duduk di ranjang, “Jangan ngeyel. Saya buka baju kamu sekarang.” Natasya menutup matanya saat tangan Abian mengangkat baju jaga yang ia kenakan. Baju jaga itu sudah kotor, penuh dengan debu karena ia tidur seharian di rooftop. “Sekarang celananya.” “Dok!” “Ya udah kita mandi begini aja. Saya gendong ke kamar mandi.” Natasy

    Last Updated : 2025-01-17
  • Pernikahan Bayaran    📌 25 : Menyesal

    Natasya terus menutup wajahnya dengan bantal saat Abian selesai mandi dan mendekati ranjang. “Kamu udah makan?” “Ya itu ada bekasnya.” tunjuknya pada piring kosong di atas nakas. “Hm.” “Dokter mau aku ambilin makan gak?” “Saya gak suka kamar bau makanan.” Natasya menurunkan bantal, “Maaf. Nanti aku semprot pake pewangi ruangan.” “Gak papa. Kamu jangan langsung tidur, nanti—” “Aku ini dokter juga, aku tahu.” Abian meraih ponselnya di nakas. Natasya mengintip kegiatan Abian dari balik bantal yang masih ia pakai untuk menutup wajahnya, “Dokter gak keluar?” “Keluar mana? Ke luar angkasa?” “Ke luar—kamar.” “Kenapa? Kamu ngusir saya?” “Dokter ‘kan mau makan.” “Saya gak biasa makan sendiri di rumah. Berhubung mama pasti udah tidur, kamu harus temani saya makan.” Natasya menaruh bantal di ranjang, juga membawa piring dan gelas bekasnya, “Aku ke ruang makan duluan.” Natasya benar-benar tak habis pikir dengan sikap acuh Abian, seolah beberapa waktu lalu tidak t

    Last Updated : 2025-01-18
  • Pernikahan Bayaran    📌 26 : Perhatian Irvan

    Natasya memasukkan semua keperluannya ke dalam tas ransel yang akan ia bawa ke rumah sakit, di sofa ruang tamu. “Kamu udah gak papa, Nat?” tanya mama. “Gak papa kok, ma. Malem udah baikkan.” “Baikkan dong, ‘kan di urus sama suaminya.” tutur Abian mendekati Natasya. Mama tersenyum, “Makasih ya, Bi, udah mau ngurusin istrinya.” “Udah kewajiban aku, ma.” Abian membawa tas ransel Natasya, “Ma, berangkat, ya?” Abian salim dan mencium pipi mama. “Iya, hati-hati ya, kalian.” Natasya salim dan mencium pipi mama juga, “Ma, aku malam ini jaga malam, jadi gak pulang.” “Oh ya udah, nanti mama kirim makan malam buat kamu sama temen-temen ya.” “Makasih, ma.” Mama mengelus perut Natasya, “Gimana? Udah—proses belum?” Natasya menatap Abian, “Proses dong, ma.” jawabnya dengan optimis. Padahal yang di proses diperutnya hanya makanan, bukan janin seperti mau mama. “Semoga ini cepet jadi ya. Mama udah gak sabar mau nimang cucu, papamu juga.” Abian mencium pipi Natasya, “Pasti, ma

    Last Updated : 2025-01-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 27 : Ciuman Dadakan Abian

    Vina turun dari taksi saat Abian dan Irvan saling tatap, dan Natasya hanya melirik mereka berdua datar. “Selamat pagi dokter Abian.” sapa Vina. “Pagi.” Abian berjalan cepat memasuki lobi. “Nat, lo gak masuk?” “Ini mau masuk. Van, sekali lagi makasih. Aku tinggal.” Vina yang tak tahu apa yang baru saja dilewatkannya, melirik Irvan, “Ada apa?” “Gak ada.” Vina memicinkan matanya, “Dokter jangan ganggu Natasya terus dong. Itu dokter Abian pasti cemburu.” Irvan berdehem, “Vin, kamu deket banget sama Natasya ‘kan?” Vina mengangguk semangat. “Sedeket apa?” “Sedeket nadi.” Irvan melotot. “Hehehe, bercanda. Sedeket itu lah, namanya sahabat.” Irvan mengedarkan matanya, “Kamu gak kaget waktu mereka nikah?” “Kaget, dok, sampe loncat waktu menyusui suami saya begitu Natasya kasih undangan digital.” Irvan mengernyit. “Ini ekspresi kaget atau heran nih, saya nyusuin suami saya?” “Bukan soal nyusuin. Kamu jangan bikin saya iri, dong. Saya ‘kan—juga mau nyusu, tapi—

    Last Updated : 2025-01-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 28 : Bukan Ciuman Pertama

    Natasya melotot dalam kungkungan tubuh Abian yang dua kali lipat lebih besar darinya. Ia mendorong tubuh suami bayarannya, tapi Abian malah lebih merapatkan tubuh mereka. Ia tidak tahu kenapa Abian melakukan itu tiba-tiba padanya. Mana pintu ruangan tidak ia tutup lagi. Sungguh Abian yang ceroboh. “Hmmmmpppp.” Natasya masih berusaha mendorong Abian. Kali ini berhasil. “Dok!” Abian tersenyum. Ia menyentuh bibir Natasya pelan. Natasya memukul dada Abian, “Dokter tuh—” “Ssssst!” “Apa sih?” Abian mendekati pintu. Ia melihat situasi diluar sana. Entah mencari apa, karena tak lama ia langsung menutup pintu, “Tadi ada Irvan ikutin kita. Saya—cuma mau mematahkan teori dia mengenai kamu hanya istri sewaan.” Natasya diam. Masuk akal juga yang dikatakannya, “Tapi jangan dadakan juga dong, cium akunya!” “Kalo saya kasih aba-aba, apa menurut kamu Irvan bisa percaya kita beneran nikah?” Kedua mata Natasya merah menahan tangis. Selama ini ia hanya melakukan ciuman dengan Alan,

    Last Updated : 2025-01-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 29 : Di Isengi Lagi

    “Jadi tadi kamu nangis waktu saya cium karena ini?” Natasya menunduk. Sungguh ia yang oon, karena mengakui ini. Sekarang ia pusing sendiri menghadapi pertanyaan Abian. Abian mengelus bahu Natasya, “Maaf ya, saya gak tahu. Ke depannya saya usahakan tidak akan cium kamu lagi depan Irvan.” Abian pergi. Ia harus kembali ke ruang prakteknya, karena masih ada sisa pasien yang masih antre. Natasya sungguh menyesal menyebut nama Irvan, “Dokter Abian jadi agak gitu. Harusnya tadi gue sebut nama dokter lain, yang dia gak kenal. Meskipun dia kenal hampir semua dokter sih meskipun nyebelin dan galak.” Karena merasa harus istirahat setelah membantu operasi, Natasya bertolak ke ruang piket. Rencananya setelah tidur selama lima belas menit, akan membuat rekam medis dan menemani Abian visit. Di ruang piket, Natasya membuka kulkas kecil untuk membawa minuman dingin. Cuaca hari ini panas sekali. “Dokter Natasya.” Natasya menoleh, “Iya?” Dokter ko-as itu mendekati kulkas, ia mengambil

    Last Updated : 2025-01-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 30 : Pertengkaran Dua Sahabat

    “Mas Abian—aku dan dia suka lupa semuanya kalo udah mulai. Lagian dia lagi visit, Van, aku gak mau ganggu dia kerja. Aku mohon kamu bantu aku hilangin efek obat ini, aku mohon. Kamu mungkin tahu aku harus ngapain untuk menghentikan ini.” Irvan mengangguk, “Iya, aku tahu. Ayo ikut aku ke ruangan.” Natasya pasrah dituntun Irvan. Ia yakin sahabat suaminya itu tidak akan berani macam-macam, ia kenal baik siapa orang yang ia mintai bantuan. Irvan mempersilakan Natasya duduk. Ia menurunkan suhu AC dan memberikan air mineral dingin, “Minum, Sya.” Natasya meminum air itu. “Sebentar, aku ambil obatnya.” Irvan membuka laci meja, ia mencari obat yang semoga saja bisa membantu Natasya, “Sya, kamu minum ini. Kita coba ya, semoga berhasil.” Natasya mengangguk. Ia akan melakukan apapun untuk membuat dirinya lepas dari reaksi obat terkutuk ini. “Kita tunggu reaksi obatnya. Kalau gak berhasil kamu bisa mandi.” Natasya bangkit, ia berlari ke toilet untuk mandi. “Sya?” Kucuran shower

    Last Updated : 2025-01-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 31 : Abian Menghilang

    Semua orang mengerubungi Abian dan Irvan. Dokter Farhan yang akan mengambil ponsel di ruangannya, berusaha memisahkan dua sahabat yang entah kenapa malah saling pukul disini. “Bi, Van, lepas!” “Gue gak terima lo khianati gue begini, Van!” “Gue gak mengkhianati lo, Bi!” Abian memberikan satu pukulan lagi di rahang Irvan. “Abian! Jaga kewarasan lo!” teriak dokter Farhan, “Lo bisa dapet pendisiplinan!” “Gue gak peduli!” Abian menunjuk Irvan, “Inget ya, gue gak sudi temenan lagi sama lo, bajingan!” Irvan diam saja. Ia tentu ingin sekali membalas ucapan Abian, tapi tidak enak dengan yang lain. Ia juga tidak ingin mendapatkan pendisiplinan. Natasya yang pikir Abian pergi sudah pergi, mendapat laporan kalau suaminya bertengkar dengan Irvan sampai main pukul. Ia yang sudah ganti baju jaga, berlari mendekati TKP. “Mas?” Abian membuang nafas kasar melihat Natasya. Pikirannya melayang, mengingat Natasya dan Irvan bermain gila dibelakangnya. Ia pergi begitu saja meninggalkan l

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 141 : Kekhawatiran Lain

    Natasya sudah tertidur lelap ketika Abian pulang dari rumah sakit pukul dua belas malam. Ia ada operasi darurat, sehingga baru bisa pulang. Senyumnya merekah. Alan bersedia meninggalkan Natasya setelah mengisi cek kosong yang ia berikan. Alan meminta uang sebanyak tujuh ratus juta. Abian tak keberatan memberikannya langsung, asal Alan bisa memutuskan istrinya dan pergi sejauh-jauhnya dari kota ini.Mata Natasya mengerjap, “Mas?”“Hm?”“Abis operasi?”“Iya. Kamu udah minum antiobiotiknya?”Natasya mengangguk. Ia bangkit, “Seharian ini mama—nangis. Kamu jangan minta mama buat ninggalin papa lagi, biarin aja. Kita gak pernah tahu sedalam apa cinta mama buat papa, meski sepaket dengan rasa sakit itu.”Abian mengangguk.“Kamu mau makan? Biar aku siapin?”“Nggak usah. Aku mau langsung tidur.” Abian mengelus pipi Natasya dengan sentuhan lain.Natasya melirik Abian tak nyaman, “Malam ini—kamu tidur di sofa, ya, mas.”“Hm?”N

  • Pernikahan Bayaran    📌 141 : Tawaran untuk Alan

    POV Abian Abian tersenyum ketika papa membuka gembok pintu pagar, “Maaf ya, pa, ganggu pagi-pagi gini.”“Gak papa, nak Abian. Masuk.”Abian memasukkan mobil ke pelataran rumah papa. Ia keluar meneteng beberapa keresek berisi makanan untuk mereka sarapan.“Natasya gimana, pa?”“Sudah mendingan. Kalo sama Vina dia sembuhnya cepet.”Baru memasuki rumah, Abian mengedarkan matanya.“Sya, ada nak Abian nih.” teriak papa memberi informasi.Natasya keluar kamar dituntun Vina, “Mas?”Abian mendekati Natasya. Ia tidak tega melihat istrinya yang masih kesakitan karena perundungan preman suruhan Aca, “Aku beliin bubur. Kita sarapan dulu.”Semua sarapan bersama di ruang keluarga.Natasya melirik Vina yang bersiap pergi, “Panggilan dari rumah atau rumah sakit?”“Rumah sakit. Rumah aman kok.” Vina melirik papa, “Om, pamit ya,” ia melirik Abian, “Dok, saya permisi.”“Iya, Vin, hati-hati.”“Iya, Vin. Saya ke rumah sakit agak siang

  • Pernikahan Bayaran    📌 140 : Mencari Alan

    Pov Abian Abian membuka pintu bangsal VIP lima, tempat dimana Natasya dirawat. Tapi istrinya tak ada ditempat. “Natasya kemana?” gumam Abian. “Permisi, dok.” sapa perawat yang baru keluar dari bangsal VIP empat. “Sus?’ “Iya, dok, ada yang bisa dibantu?” “Istri saya—mana?” “Loh, bukannya dokter Natasya sudah pulang? Dokter Abian tidak tahu?” “Pulang?” dahi Abian mengernyit. “Iya, dok. Setelah infus habis, dokter Natasya bilang mau bertemu dengan dokter jaga. Setelah itu dokter jaga memperbolehkan dokter Natasya untuk pulang. Katanya dokter Natasya cukup istirahat di rumah dan minum antibiotik.” “Dia pulang sama siapa, sus? Kebetulan tadi saya—sedang ada urusan.” “Bersama dokter Vina dan dokter Irvan, dok.” “Oh begitu. Kalau begitu terima kasih.” Abian tak membuang waktu lama. Ia langsung pulang ke rumah. Setelah memarkirkan mobil se

  • Pernikahan Bayaran    📌 139 : Tamparan yang Pantas

    Pov AbianAca dan orang itu berhenti bercinta, setelah sadar ada orang lain selain mereka. Ketika pintu berbunyi, mereka masih belum sadar. Tapi setelah merasakan hawa manusia lain, mereka menoleh.“Bi?” panggil Aca dan orang itu kompak.Tubuh Abian masih terpaku ditempat. Ia masih sangat terkejut dan tengah mencerna apa yang tengah di lihatnya.Aca dan orang itu bergegas mengambil baju. Selama itu Abian menunduk memainkan sepatunya menahan marah.“Bi, kamu—kenapa gak bilang mau kesini?”Abian menatap Aca dan papa. Ia berjalan mendekati mereka.Ya, lelaki yang tadi bercinta dengan Aca adalah papanya sendiri. Kini, mereka tak punya waktu untuk menyembunyikan wajah masing-masing dari Abian setelah ketahuan bercinta.Abian melirik papa yang menunduk, “Aku tahu papa mata keranjang, dari dulu selalu main—dengan sekretaris lah, bawahan papa, kolega bisnis papa. Tapi—aku gak tahu papa—sampe sejauh ini. Papa tahu ‘kan Aca pacar aku?”Papa membera

  • Pernikahan Bayaran    📌 138 : Rahasia Besar Aca

    Aca menangis. Ia pergi begitu saja karena malu sudah jadi tontonan banyak orang. Abian mendekati Natasya yang melongo karena terkejut, “Aku minta maaf atas nama Aca. Aku jamin dia—gak akan pernah ganggu kamu lagi. Aku udah tahu Aca yang taro obat sampe kamu tidur di rooftop. Aku juga tahu dia—yang kasih kamu obat perangsang, juga—dia yang dorong kamu di tangga evakuasi. Aku mohon maafin Aca.”Natasya memainkan jari-jari tangannya. Ia tak tahu bisa memaafkan Aca atau tidak atas semua yang sudah terjadi.Irvan mengkode Vina agar mereka keluar dan memberi ruang untuk Abian dan Natasya.“Nat, gue tunggu diluar ya.” Vina bangkit, “Permisi, dok.”Setelah hanya ada mereka berdua, Abian bersimpuh disamping ranjang dengan mata merah, “Aku mohon kita—untuk bisa meneruskan pernikahan sesungguhnya, Nat. Aku udah—putusin Aca. Aku harap kamu juga—putusin Alan.”Natasya menarik nafas panjang sebelum bicara, “Kamu pikir aku akan putusin Alan, saat gak dapet jaminan ap

  • Pernikahan Bayaran    📌 137 : Kejahatan yang Terungkap Sendiri

    Vina tak beranjak sedikitpun dari sebelah Natasya. Ia sudah memberi kabar ke rumah, tidak bisa pulang karena kondisi Natasya yang tak memungkinkan ditinggal, padahal ada suaminya disini.“Vin, pulang aja sana.” pinta Natasya.“Iya, ada saya disini.” kata Irvan yang tengah membuat jurnal penelitian di sofa bangsal VIP.“Gak papa kok. Si kakak udah tidur, adek juga anteng sama neneknya.”Natasya tersenyum, “Makasih ya, Vin. Padahal kalo lo yang begini, gue pasti pulang sih.”Vina melotot, “Dasar si donat!” Mereka bertiga tertawa.Abian baru kembali. Ia harus bolak-balik ke ICU untuk melihat kondisi pasien yang baru di operasinya. Ia langsung mengecek laju infus, “Sepuluh menit lagi habis. Untuk labu kedua cukup pake vitamin aja.”“Iya, mas.”“Kalian ada kecurigaan gak sama seseorang yang mungkin jadi dalang dari kasus ini?” tanya Abian.Irvan menggeleng. Sedangkan Vina dan Natasya saling lirik. Pikiran mereka tertuju pada satu orang.

  • Pernikahan Bayaran    📌 136 : Natasya Celaka 2

    Natasya terus berjalan mundur untuk menghindari ancaman dari preman yang entah datangnya dari mana. Seumur-umur ia tidak pernah dihadang preman dengan ancaman segala.Saat ada kesempatan untuk menghindar, Natasya berlari kencang menghindari preman, tapi badannya yang tak begitu sehat, langsung tertangkap oleh preman dua yang membawanya semakin jauh dari rumah sakit.“Turunin aku!”“Diem!”“Tolooong! Bu, pak, tolongin aku!” teriak Natasya pada pengguna jalan dan pedagang dekat gedung rumah sakit, tapi tak ada yang bergerak membantunya.Di deket rumah sakit, ada sebuah kebun terbengkalai yang gelap. Natasya dilepaskan dengan kasar oleh preman dua yang menyeretnya dari tadi.“Minum sebelum gue berbuat lebih jauh sama lo.”Natasya menggeleng, “Gak mau!”“Jangan cari mati, lo! Buruan minum!”Preman dua membuka tutup botol dan memberikannya secara paksa pada mulut Natasya, “Minum!”Natasya menendang preman dua. Ia juga berusaha kabur.

  • Pernikahan Bayaran    📌 135 : Natasya Celaka

    Setiap kali Natasya melewati gerombolan perawat, anak ko-ass, dokter residen, dan konsulen, mereka selalu tersenyum.“Selamat ya, dok.”Natasya hanya mengangguk sopan meski tidak tahu kenapa ia diberi ucapan selamat. Apakah mereka baru tahu jika Abian tidak jadi di rotasi dan sudah mau kembali mengoperasi?“Dokter Natasya, kenapa?” tanya suster Anna. Mereka bertemu di meja jaga bangsal.“Gak papa. Emang kenapa?” “Dokter Natasya pucet.”“Kayaknya aku masuk angin deh, sus.”“Mau saya kerokkin gak?”Mata Natasya menatap suster Anna terharu, “Mauuuu, sus. Ayo.”Di ruang istirahat staf operasi, Natasya tidur telungkup membiarkan suster Anna mengerok punggungnya.“Merah, sus?”“Merah, dok. Habis dari mana ini kok sampe masuk angin?”“Gak tahu nih, sus, anginnya lagi gak enak banget.”“Ah, masa. Perasaan lagi gerah deh, gak ada angin. Ini pasti karena mandi terlalu pagi ya sama dokter Abian?” Pipi Natasya merona digod

  • Pernikahan Bayaran    📌 134 : Berita Kehamilan

    Natasya keluar dari ruang praktek Abian begitu saja ketika pasien sudah habis. Ia tak berbasa-basi dengan suster Anna apalagi suami kontraknya. Vina yang baru keluar dari ruang praktek dokter Farhan, menyajarkan langkahnya dengan sang sahabat, “Nat, gue ada di kirimin makanan dari mertua. Makan bareng yuk.”Natasya mengangguk.Vina menggandeng lengan Natasya, “Kemooon.”Di ruang piket, Natasya hanya diam saja. Ia duduk memperhatikan Vina yang gesit mempersiapkan alat makan mereka.“Kenapa diem terus? Asam lambung lo kambuh?”Natasya menggeleng.“Obatnya ada ‘kan?”Natasya mengangguk.“Berasa ngobrol sama boneka mampang gue.” Vina duduk disamping Natasya dan menatap keseluruhan wajahnya, “Lo—pucet banget.”“Hah? Masa?” Natasya memegangi kedua pipinya.Vina mengelus perut rata Natasya, “Lo udah haid belum bulan ini?”Natasya menggeleng, “Ini—tanggal berapa?”“Tanggal satu.”Natasya diam, mengingat periodenya yang b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status