Pagi saat hendak berangkat ke rumah sakit diantar supir keluarga, karena Abian tak terlihat batang hidungnya sama sekali sedari malam, Natasya melihat seseorang tengah tertawa dengan mama di teras rumah. “Ma, aku berangkat ke rumah sakit sekarang, ya?” Mama dan lelaki yang ternyata adalah Irvan membalikkan badannya. “Oh ya udah, kamu hati-hati.” “Van? Kamu ngapain disini? Kamu cari mas Abian, ya? Dia—” “Abian ke rumah sakit jam dua pagi, Nat. Katanya ada pasien yang kritis.” terang mama. “Oh, dia—pulang, ma?” “Iya, Abian pulang jam sepuluh. Kamu mungkin udah tidur nyenyak jadinya gak tahu.” “Hm iya, ma.” Natasya salim dan mencium sebelah pipi mama, “Pergi dulu ya, ma, jangan lupa obatnya di minum.” “Pasti.” “Sya, bareng aja, yuk.” ajak Irvan. Natasya masih ingat pesan mama semalam. Ia melirik mama lalu tersenyum, “Aku sama supir aja. Pak Ujang udah nunggu di depan. Kalo kamu masih mau disini nemenin mama, gak papa, Van.” “Iya, kamu disini dulu aja lah, tante ga
Terakhir Diperbarui : 2025-01-13 Baca selengkapnya