Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 15 : Pergi Tanpa Pamit

Share

📌 15 : Pergi Tanpa Pamit

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 09:17:47

Semalaman Natasya tidur di ruang bangsal VIP dimana nanti mama akan dibawa kesini jika kondisinya sudah stabil. Abian menemaninya, tapi entah ia tiba-tiba menghilang saat Natasya bangun pagi buta.

“Dia ke ICU kali.” Natasya meraba nakas mencari ponselnya, “Gue masih cuti hari ini. Apa—gue jenguk Alan aja sebentar? Udah dua minggu gue gak liat kondisinya.”

Natasya enggan beranjak dari ranjang. Ia baru kali ini merasakan pagi damai tanpa drama heboh dikejar laporan rekam medis anak ko-as yang masih berantakkan, drama dikejar jadwal konsultasi rawat jalan, visit dan operasi juga.

“Kalo bisa gue berhenti jadi dokter. Tapi Alan pengen banget gue bisa ngejar mimpi gue. Mimpi gue sederhana kok. Gue cuma mau jadi istri Alan dan punya dua anak lucu dan pinter. Gue anterin mereka ke sekolah, habis itu gue masak dan berduaan sama Alan. Tapi—keadaan Alan yang sakit bikin gue harus kerja sendirian.” Natasya menangis, “Ini semua gara-gara gue. Kalo waktu itu gue gak maksa kita pulang naek mot
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 16 : Bukan Mencintai

    “A-ku... aku ke rumah sakit sekarang. Aku tutup ya, dok.” Pikiran Natasya bercabang ketika motor melaju pelan karena jalanan macet. Ia mendengar nafas Abian seperti menahan diri. Apakah terjadi sesuatu pada mama? Macet tambah parah ketika dekat dengan gedung rumah sakit. Ada banyak ambulance yang keluar masuk. “Bang, saya turun disini aja.” Natasya membuka helmet, “Makasih ya.” Natasya berlari memasuki lobi. Lift yang tak kunjung terbuka membuatnya terpaksa harus menaiki tangga evakuasi. Ia yang tak tahu apakah mama masih di ruang ICU atau sudah pindah ke bangsal, harus berlari ke lantai empat menuju ICU. Nafas Natasya tak beraturan. Ia jongkok ketika sampai lantai empat. Saat itu Abian yang sedang bicara dengan Irvan dan Vina menghampirinya. “Kamu tuh bisa gak sih gak hilang begini tanpa kabar!” Natasya berdiri, “Maaf—mas, aku—” Abian membantu istrinya berdiri. Ia juga memegangi kedua bahunya, “Kamu gak papa ‘kan?” Natasya mengangguk. Abian langsung memeluknya, “Syukurlah k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Pernikahan Bayaran    📌 17 : Melindungi Abian

    “Eum... saya kurang tahu, bu. Saya bisa rekomendasikan dokter bedah kardiotoraks yang lain pada ibu.” Ibu pasien itu menggeleng, “Saya hanya mau dokter Abian yang jadi dokter utamanya.” Natasya bingung harus menjelaskan bagaimana. Abian tidak mungkin tiba-tiba berubah pikiran lagi seperti kejadian malam itu. Abian datang. Ia menghampiri Natasya yang masih diam memikirkan jawaban terbaik untuk merayu wali pasien. “Dokter Natasya, segera tunggu di bangsal. Kita akan visit sebentar sebelum praktik. Saya akan melihat pasien kecelakaan sebentar.” “Dokter Abian?” Abian menoleh. Ia menatap wali pasien datar, “Ada yang bisa dibantu, bu?” “Dokter mungkin lupa pada saya. Dulu, lima tahun lalu, suami saya dokter yang operasi dengan kasus Kardiomiopati. Hari ini, anak saya juga mengalami hal yang sama. Dan dokter ini mengatakan harus segera diambil tindakan operasi.” “Lalu?” “Saya mau dokter Abian yang mengoperasi anak saya.” Abian melirik Natasya. “Saya sudah jelaskan dok,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pernikahan Bayaran    📌 18 : Kamar Pengantin

    Mama sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat di bangsal perawatan selama empat hari. Begitu tiba di rumah, Abian meminta perawat yang ia minta khusus untuk menemani mama selama ia di rumah sakit, untuk memperlakukan mama dengan baik. Kalau tidak ia akan memarahinya. Ia juga meminta sang mama untuk tidak bandel dan nurut apa kata perawat. “Ya ampun, mas, suster pasti rawat mama dengan baik kok. Mama juga pasti nurut. Kamu sampe ngomong begitu.” Natasya kesal karena Abian sudah memperingatkan perawat beberapa kali. Mama tertawa, “Begitulah kalau sudah mode dokter, Nat. Dari dulu mama udah biasa di marahin terus.” “Harusnya mas jangan begitu. Kenapa sih marah-marah terus? Gak mungkin karena kekurangan kasih sayang mama ‘kan?” Abian mendecek, “Ini lagi, baru jadi istri saya satu minggu, kerjanya ngomel terus.” Perawat menahan tawa, “Mungkin balas dendam sama dokter Abian selama di rumah sakit.” Abian membuang nafas kesal, “Ma, aku tinggal ke kamar dulu, ya.” Abian beranj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pernikahan Bayaran    📌 19 : Mengadu pada Mama

    Abian berdiri, “Siapa yang minta kamu kesini? Saya reservasi meja kamu diluar.” “Mas, kita—” Aca berdiri, “Natasya, cinta yang sudah ada selama tiga tahun, kamu pikir akan kalah dengan cinta paksaan dengan dalih restu?” Natasya tak langsung menjawab. Ia mencerna kejadian yang tengah dihadapainya. Abian marah padanya ketika ia menghampirinya kesini. Katakanlah mereka ketahuan. Tapi sikap Aca membuatnya meyakini sesuatu. Kalau pertemuan mereka bukan tidak sengaja. “Aku pulang.” Natasya melewati meja mereka. “Nat—” Abian menahan lengan Natasya. “Apa? Jadi yang mau berduaan malam ini kalian?” Aca tertawa, “Lo berharap Abi bener-bener menikahi lo karena mau nurut sama mamanya gitu? Nat, serius lo sepolos ini?” Natasya tersenyum. Ia jelas tahu Abian menikahinya hanya untuk membuat mama mau melakukan operasi. Tidak ada cinta diantara mereka. Tapi kalau Abian mau tetap berhubungan dengan Aca dibelakang mama, seharusnya suami bayarannya itu bicara padanya, tidak perlu diam-diam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 20 : Balasan untuk Aca

    Pagi saat hendak berangkat ke rumah sakit diantar supir keluarga, karena Abian tak terlihat batang hidungnya sama sekali sedari malam, Natasya melihat seseorang tengah tertawa dengan mama di teras rumah. “Ma, aku berangkat ke rumah sakit sekarang, ya?” Mama dan lelaki yang ternyata adalah Irvan membalikkan badannya. “Oh ya udah, kamu hati-hati.” “Van? Kamu ngapain disini? Kamu cari mas Abian, ya? Dia—” “Abian ke rumah sakit jam dua pagi, Nat. Katanya ada pasien yang kritis.” terang mama. “Oh, dia—pulang, ma?” “Iya, Abian pulang jam sepuluh. Kamu mungkin udah tidur nyenyak jadinya gak tahu.” “Hm iya, ma.” Natasya salim dan mencium sebelah pipi mama, “Pergi dulu ya, ma, jangan lupa obatnya di minum.” “Pasti.” “Sya, bareng aja, yuk.” ajak Irvan. Natasya masih ingat pesan mama semalam. Ia melirik mama lalu tersenyum, “Aku sama supir aja. Pak Ujang udah nunggu di depan. Kalo kamu masih mau disini nemenin mama, gak papa, Van.” “Iya, kamu disini dulu aja lah, tante ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 21 : Teguran Keras Abian

    Natasya mengusap rambutnya dengan handuk kecil milik Irvan saat keluar dari ruangannya. Vina yang berjalan sambil bersenandung senang membawa puluhan rekam medis, menghentikan langkahnya. “Nat!” “Vin? Belum balik?” “Ini mau. Lo—ngapain disini?” Vina membaca nama yang tertera di pintu, “Dokter Irvan Aryanata, Sp.B? Lo gak salah masuk ruangan?” “Gue habis numpang mandi.” Vina memukul bahu Natasya, “Jangan gitu lo!” “Vin, sakit!” “Lo tuh punya suami. Ruangan pribadi suami lo ada kamar mandinya. Lo mandi lah disana. Jangan main gila lo, Nat!” “Numpang mandi namanya main gila? Lagian orangnya juga gak ada. Gak usah berlebihan, Vin.” “Ya elo kenapa numpang mandi di ruangan orang?” Natasya menggosok rambutnya, “Si siluman gak belain gue, jadi gue kesel.” “Ada apa sih, cerita sama gue.” “Gue baru dateng, mau gantiin lo shift. Seperti biasa gue naek tangga evakuasi. Lo tahu apa yang terjadi? Ada yang nyirem gue pake air bekas pel. Dan orang itu adalah mantan pacar si si

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pernikahan Bayaran    📌 22 : Serangan Balik Aca

    Natasya membuka baju operasi setelah menjadi asisten utama operasi SVC kiri pada pasien yang mengalami Perfusionist. Ia di ikuti dua dokter ko-as yang mengikuti jalannya operasi, untuk makan dikantin menggunakan fasilitas kartu akses milik dokter konsulen bedah tadi. “Kalian nanti mau masuk spesialis apa?” tanya Natasya mencoba mengakrabkan diri. “Saya masih bingung, dok. Saya dengar kalau masuk bedah kardiotoraks, waktu luang kita cuma sebentar ya, dok?” Natasya mengangguk, “Betul. Kalo kamu?” tanyanya pada anak ko-as lain. “Saya antara bedah umum atau spesialis kandungan, dok.” “Manteeep. Nanti kalo jadi masuk bedah kandungan, kabarin ya, saya mau konsul sama kamu. Nanti saya bantu rekomendasikan pada dokter lain.” “Terima kasih, dok. Kalo dokter jadi pasien saya, akan saya kasih gratis.” Natasya tertawa, “Jangan, gak usah begitu. Kamu kuliah udah mahal, belum lagi perjuangannya panjang banget. Kasih harga normal aja. Saya senang bisa bantu rekan sejawat.” “Kenapa do

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Pernikahan Bayaran    📌 23 : Super Hero Langganan

    Natasya terbangun setelah langit berubah gelap. Ia mengucek mata dan melotot terkejut bisa tidur di rooftop. Ia bangkit sekaligus. “Gue dimana?” Mendengar suara ambulance yang saling beradu, membuatnya berlari mendekati dinding pembatas untuk melihat halaman gedung rumah sakit. “Ini jam berapa?” Natasya menatap ponsel yang ada digenggaman tangannya yang mati, “Duh, mati lagi.” Natasya sangat kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang di UGD bersama Vina, membantu pasien yang mengalami henti jantung. Setelah itu ia tak mengingat apapun. “Apa bener dokter Abian bilang, kalo gue suka ngelindur jalan sendiri? Gue tadi ada di UGD, tapi sekarang ada—disini? Tapi kalo gue ngelindur gue harusnya lagi tidur. Tadi gue—tidur? Dimana?” Natasya cepat mendekati pintu. Ia membuka handelnya tapi tak terbuka. “Toloooong! Tolong bantu saya! Saya terkunci di rooftop!” “Siapapun yang ada diluar, tolong bantu saya!” Natasya memukul pintu, “ Sial! Pasti ada yang jebak gue disini. T

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 72 : Kabar Lain Alan

    Abian masih tak tahu kenapa Haikal bisa sampai ke apartemen Aca. Ia yang baru sampai rumah langsung masuk kamar dan tak menyapa mama dan Natasya yang baru pulang dari rumah sakit. “Cal, kamu habis dari mana sama papi?” tanya mama. “Habis ke apartemen temennya papi, oma.” “Siapa?” Haikal melirik Natasya, “Om siapa ya lupa namanya.” “Om Irvan?” “Iya kali. Aku mau mandi dulu.” Haikal membawa tasnya ke kamar. Mama melirik Natasya, “Kamu gak tidur?” “Aku malem bisa tidur kok, ma, di ruangan mas Abian. Jadi sekarang gak ngantuk.” “Hm begitu.” Mama melirik tangga, “Abian—berantem lagi sama Irvan?” “Nggak kok, ma. Kemarin mereka akur-akur aja pas ketemu. Lagian kenapa mereka masih berantem?” “Ya karena Abian cemburu. Meskipun—dia sendiri yang bilang kalo Irvan mantan kamu.” “Aku sama Irvan sekarang temenan aja, ma, kalo mas Abian marah sama dia karena itu, aku—

  • Pernikahan Bayaran    📌 71 : Mengancam Aca

    Natasya tersenyum manis pada Haikal, “Mami tahu banget Ical itu anaknya sopan. Tapi di rumah temen papi, kamu gak perlu begitu. Kamu harus jadi anak nakal yang nyebelin sampe temen papi itu marah.”“Oke. Temen papi itu—cowok ‘kan mi?”Natasya melirik Irvan.“Kita berangkat sekarang, mumpung jalan masih belum macet. Yuk.” Irvan menuntun Haikal keluar dari ruang pribadi Abian.Natasya tak akan mengadukan Aca yang sudah mendorongnya di tangga evakuasi, tapi ini bentuk balas dendamnya. Ia tak sudi membiarkan hidup Aca aman apalagi didatangi Abian dan mereka bermesraan di apartemen.“Ini baru permulaan, Ca. Kedatangan Ical gak ada apa-apanya dibanding kaki gue pincang karena ulah lo!”Haikal memainkan semua barang yang ada di dahsboard mobil Irvan, “Om kok belum nikah?”“Belum ketemu jodohnya.” jawab Irvan santai.“Cari dong, jangan males.”“Hm..”“Dokter itu emang aturannya harus nikah pas udah tua ya, kaya papi?”“Hei, jangan ngomo

  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

  • Pernikahan Bayaran    📌 64 : Kekhawatiran Abian

    Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.Pintu terbuka.Abian mendekati ranjang.Vina berdiri, “Dok?”“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”Mata Natasya mengerjap.“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.Natasya mengeratkan matanya meras

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status