Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 16 : Bukan Mencintai

Share

📌 16 : Bukan Mencintai

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 09:23:28

“A-ku... aku ke rumah sakit sekarang. Aku tutup ya, dok.”

Pikiran Natasya bercabang ketika motor melaju pelan karena jalanan macet. Ia mendengar nafas Abian seperti menahan diri. Apakah terjadi sesuatu pada mama?

Macet tambah parah ketika dekat dengan gedung rumah sakit. Ada banyak ambulance yang keluar masuk.

“Bang, saya turun disini aja.” Natasya membuka helmet, “Makasih ya.”

Natasya berlari memasuki lobi. Lift yang tak kunjung terbuka membuatnya terpaksa harus menaiki tangga evakuasi. Ia yang tak tahu apakah mama masih di ruang ICU atau sudah pindah ke bangsal, harus berlari ke lantai empat menuju ICU.

Nafas Natasya tak beraturan. Ia jongkok ketika sampai lantai empat. Saat itu Abian yang sedang bicara dengan Irvan dan Vina menghampirinya.

“Kamu tuh bisa gak sih gak hilang begini tanpa kabar!”

Natasya berdiri, “Maaf—mas, aku—”

Abian membantu istrinya berdiri. Ia juga memegangi kedua bahunya, “Kamu gak papa ‘kan?”

Natasya mengangguk.

Abian langsung memeluknya, “Syukurlah k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 17 : Melindungi Abian

    “Eum... saya kurang tahu, bu. Saya bisa rekomendasikan dokter bedah kardiotoraks yang lain pada ibu.” Ibu pasien itu menggeleng, “Saya hanya mau dokter Abian yang jadi dokter utamanya.” Natasya bingung harus menjelaskan bagaimana. Abian tidak mungkin tiba-tiba berubah pikiran lagi seperti kejadian malam itu. Abian datang. Ia menghampiri Natasya yang masih diam memikirkan jawaban terbaik untuk merayu wali pasien. “Dokter Natasya, segera tunggu di bangsal. Kita akan visit sebentar sebelum praktik. Saya akan melihat pasien kecelakaan sebentar.” “Dokter Abian?” Abian menoleh. Ia menatap wali pasien datar, “Ada yang bisa dibantu, bu?” “Dokter mungkin lupa pada saya. Dulu, lima tahun lalu, suami saya dokter yang operasi dengan kasus Kardiomiopati. Hari ini, anak saya juga mengalami hal yang sama. Dan dokter ini mengatakan harus segera diambil tindakan operasi.” “Lalu?” “Saya mau dokter Abian yang mengoperasi anak saya.” Abian melirik Natasya. “Saya sudah jelaskan dok,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pernikahan Bayaran    📌 18 : Kamar Pengantin

    Mama sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat di bangsal perawatan selama empat hari. Begitu tiba di rumah, Abian meminta perawat yang ia minta khusus untuk menemani mama selama ia di rumah sakit, untuk memperlakukan mama dengan baik. Kalau tidak ia akan memarahinya. Ia juga meminta sang mama untuk tidak bandel dan nurut apa kata perawat. “Ya ampun, mas, suster pasti rawat mama dengan baik kok. Mama juga pasti nurut. Kamu sampe ngomong begitu.” Natasya kesal karena Abian sudah memperingatkan perawat beberapa kali. Mama tertawa, “Begitulah kalau sudah mode dokter, Nat. Dari dulu mama udah biasa di marahin terus.” “Harusnya mas jangan begitu. Kenapa sih marah-marah terus? Gak mungkin karena kekurangan kasih sayang mama ‘kan?” Abian mendecek, “Ini lagi, baru jadi istri saya satu minggu, kerjanya ngomel terus.” Perawat menahan tawa, “Mungkin balas dendam sama dokter Abian selama di rumah sakit.” Abian membuang nafas kesal, “Ma, aku tinggal ke kamar dulu, ya.” Abian beranj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pernikahan Bayaran    📌 19 : Mengadu pada Mama

    Abian berdiri, “Siapa yang minta kamu kesini? Saya reservasi meja kamu diluar.” “Mas, kita—” Aca berdiri, “Natasya, cinta yang sudah ada selama tiga tahun, kamu pikir akan kalah dengan cinta paksaan dengan dalih restu?” Natasya tak langsung menjawab. Ia mencerna kejadian yang tengah dihadapainya. Abian marah padanya ketika ia menghampirinya kesini. Katakanlah mereka ketahuan. Tapi sikap Aca membuatnya meyakini sesuatu. Kalau pertemuan mereka bukan tidak sengaja. “Aku pulang.” Natasya melewati meja mereka. “Nat—” Abian menahan lengan Natasya. “Apa? Jadi yang mau berduaan malam ini kalian?” Aca tertawa, “Lo berharap Abi bener-bener menikahi lo karena mau nurut sama mamanya gitu? Nat, serius lo sepolos ini?” Natasya tersenyum. Ia jelas tahu Abian menikahinya hanya untuk membuat mama mau melakukan operasi. Tidak ada cinta diantara mereka. Tapi kalau Abian mau tetap berhubungan dengan Aca dibelakang mama, seharusnya suami bayarannya itu bicara padanya, tidak perlu diam-diam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 20 : Balasan untuk Aca

    Pagi saat hendak berangkat ke rumah sakit diantar supir keluarga, karena Abian tak terlihat batang hidungnya sama sekali sedari malam, Natasya melihat seseorang tengah tertawa dengan mama di teras rumah. “Ma, aku berangkat ke rumah sakit sekarang, ya?” Mama dan lelaki yang ternyata adalah Irvan membalikkan badannya. “Oh ya udah, kamu hati-hati.” “Van? Kamu ngapain disini? Kamu cari mas Abian, ya? Dia—” “Abian ke rumah sakit jam dua pagi, Nat. Katanya ada pasien yang kritis.” terang mama. “Oh, dia—pulang, ma?” “Iya, Abian pulang jam sepuluh. Kamu mungkin udah tidur nyenyak jadinya gak tahu.” “Hm iya, ma.” Natasya salim dan mencium sebelah pipi mama, “Pergi dulu ya, ma, jangan lupa obatnya di minum.” “Pasti.” “Sya, bareng aja, yuk.” ajak Irvan. Natasya masih ingat pesan mama semalam. Ia melirik mama lalu tersenyum, “Aku sama supir aja. Pak Ujang udah nunggu di depan. Kalo kamu masih mau disini nemenin mama, gak papa, Van.” “Iya, kamu disini dulu aja lah, tante ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pernikahan Bayaran    📌 21 : Teguran Keras Abian

    Natasya mengusap rambutnya dengan handuk kecil milik Irvan saat keluar dari ruangannya. Vina yang berjalan sambil bersenandung senang membawa puluhan rekam medis, menghentikan langkahnya. “Nat!” “Vin? Belum balik?” “Ini mau. Lo—ngapain disini?” Vina membaca nama yang tertera di pintu, “Dokter Irvan Aryanata, Sp.B? Lo gak salah masuk ruangan?” “Gue habis numpang mandi.” Vina memukul bahu Natasya, “Jangan gitu lo!” “Vin, sakit!” “Lo tuh punya suami. Ruangan pribadi suami lo ada kamar mandinya. Lo mandi lah disana. Jangan main gila lo, Nat!” “Numpang mandi namanya main gila? Lagian orangnya juga gak ada. Gak usah berlebihan, Vin.” “Ya elo kenapa numpang mandi di ruangan orang?” Natasya menggosok rambutnya, “Si siluman gak belain gue, jadi gue kesel.” “Ada apa sih, cerita sama gue.” “Gue baru dateng, mau gantiin lo shift. Seperti biasa gue naek tangga evakuasi. Lo tahu apa yang terjadi? Ada yang nyirem gue pake air bekas pel. Dan orang itu adalah mantan pacar si si

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pernikahan Bayaran    📌 22 : Serangan Balik Aca

    Natasya membuka baju operasi setelah menjadi asisten utama operasi SVC kiri pada pasien yang mengalami Perfusionist. Ia di ikuti dua dokter ko-as yang mengikuti jalannya operasi, untuk makan dikantin menggunakan fasilitas kartu akses milik dokter konsulen bedah tadi. “Kalian nanti mau masuk spesialis apa?” tanya Natasya mencoba mengakrabkan diri. “Saya masih bingung, dok. Saya dengar kalau masuk bedah kardiotoraks, waktu luang kita cuma sebentar ya, dok?” Natasya mengangguk, “Betul. Kalo kamu?” tanyanya pada anak ko-as lain. “Saya antara bedah umum atau spesialis kandungan, dok.” “Manteeep. Nanti kalo jadi masuk bedah kandungan, kabarin ya, saya mau konsul sama kamu. Nanti saya bantu rekomendasikan pada dokter lain.” “Terima kasih, dok. Kalo dokter jadi pasien saya, akan saya kasih gratis.” Natasya tertawa, “Jangan, gak usah begitu. Kamu kuliah udah mahal, belum lagi perjuangannya panjang banget. Kasih harga normal aja. Saya senang bisa bantu rekan sejawat.” “Kenapa do

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Pernikahan Bayaran    📌 23 : Super Hero Langganan

    Natasya terbangun setelah langit berubah gelap. Ia mengucek mata dan melotot terkejut bisa tidur di rooftop. Ia bangkit sekaligus. “Gue dimana?” Mendengar suara ambulance yang saling beradu, membuatnya berlari mendekati dinding pembatas untuk melihat halaman gedung rumah sakit. “Ini jam berapa?” Natasya menatap ponsel yang ada digenggaman tangannya yang mati, “Duh, mati lagi.” Natasya sangat kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang di UGD bersama Vina, membantu pasien yang mengalami henti jantung. Setelah itu ia tak mengingat apapun. “Apa bener dokter Abian bilang, kalo gue suka ngelindur jalan sendiri? Gue tadi ada di UGD, tapi sekarang ada—disini? Tapi kalo gue ngelindur gue harusnya lagi tidur. Tadi gue—tidur? Dimana?” Natasya cepat mendekati pintu. Ia membuka handelnya tapi tak terbuka. “Toloooong! Tolong bantu saya! Saya terkunci di rooftop!” “Siapapun yang ada diluar, tolong bantu saya!” Natasya memukul pintu, “ Sial! Pasti ada yang jebak gue disini. T

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pernikahan Bayaran    📌 24 : Menahan Diri (18+)

    Natasya mengangguk pelan. Abian membuka jam tangannya. Ia terus menatap Natasya yang duduk bersandar diranjang, “Kamu siap?” “Jangan pegang apapun.” “Iya, saya ngerti.” Abian mendekati tubuh Natasya, “Aku buka sekarang, ya?” “Dok, apa—gak papa?” “Kamu gak percaya sama saya?” “Aku ganti baju sendiri aja.” Natasya berusaha turun dari ranjang. Abian bangkit. Ia ingin melihat seberapa bisa Natasya bergerak sendiri. Tubuh Natasya ambruk. “Coba kamu jalan sendiri ke kamar mandi.” Natasya mendelik kesal, “Gak mau bantu istrinya banget sih.” “Saya udah bantu kamu, dari tadi malah. Tapi kamu gak percaya ‘kan sama saya?” Abian membantu Natasya duduk di ranjang, “Jangan ngeyel. Saya buka baju kamu sekarang.” Natasya menutup matanya saat tangan Abian mengangkat baju jaga yang ia kenakan. Baju jaga itu sudah kotor, penuh dengan debu karena ia tidur seharian di rooftop. “Sekarang celananya.” “Dok!” “Ya udah kita mandi begini aja. Saya gendong ke kamar mandi.” Natasy

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status