Jonathan berdiri di samping ranjang, menatap adiknya yang masih terbaring tanpa kesadaran. Wajah Sahira pucat, bibirnya kering, dan napasnya pelan. Selimut tebal membungkus tubuhnya, tetapi jejak pendarahan masih tersisa di kain sprei putih.Dokter Fedrian memeriksa perut Sahira dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, pria itu menarik napas lega dan melepaskan sarung tangannya."Janinnya selamat," katanya akhirnya. "Meskipun mengalami pendarahan hebat, bayi ini sangat kuat. Tapi Sahira harus mendapat perawatan intensif. Dia butuh istirahat total dan tidak boleh mengalami tekanan."Jonathan, yang sejak tadi berdiri diam dengan tangan terkepal, akhirnya berbicara dengan suara dingin."Kalau begitu, buang bayi itu."Ruangan seketika menjadi hening.Fedrian menoleh dengan kening berkerut. "Apa maksudmu?""Aku ingin kau menggugurkan kandungannya," ulang Jonathan, lebih tegas. "Aku tidak sudi adikku mengandung anak Michael."Hah?Fedrian menatapnya tak percaya. "Tuan Jonathan, ini bu
Last Updated : 2025-03-21 Read more