All Chapters of Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO: Chapter 31 - Chapter 40

106 Chapters

Semudah Itu

Setelah meninggalkan butik, Alastar menggiring Joya kembali ke lift. Kali ini, dia menekan tombol lantai yang lebih atas. Terpaksa, Joya mengikuti langkah Alastar tanpa berkata apa-apa. Ketika pintu lift terbuka, mereka tiba di lantai yang lebih eksklusif, dengan deretan toko-toko premium yang memamerkan barang mewah di etalase. Alastar menggandeng Joya berkeliling, hingga mereka berhenti di depan sebuah counter makeup dari merk luar negeri yang terkenal.Alastar melepaskan tangannya dari pinggang Joya dan menunjuk ke arah counter tersebut.“Masuklah. Konsultasikan apa yang kamu butuhkan dan pilih sendiri makeup yang cocok. Aku sebagai pria tidak mengerti soal itu,” katanya dengan nada santai. Dia mengeluarkan black card dari dompetnya dan menyerahkannya pada Joya. “Gunakan ini.”Joya menggeleng dengan cepat. “Tidak perlu, saya tidak butuh sebanyak itu,” katanya sambil mundur sedikit.Alastar mengangkat alis. “Kalau begitu, pakai saja uang seratus juta yang aku transfer ke rekeningmu
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Lingerie

Joya meremas ponselnya, menahan perasaan yang bercampur aduk di dalam hati. Ia merasa miris, terluka, dan marah sekaligus. Bagaimana bisa Denis dengan mudah menyerahkan dirinya kepada pria lain? Bahkan tanpa sedikit pun keberatan?Sudah jelas bahwa Denis adalah seorang suami pengecut, yang hanya peduli pada uang dan kedudukan, bukan pada perasaannya. Lelaki itu menganggapnya bagaikan barang yang bisa dipindahtangankan dengan mudah.Alastar mengamati Joya dari seberang meja. Ia tahu wanita itu tengah bergulat dengan perasaannya, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia malah memotong daging steak dengan santai.“Joya, aku tidak akan membiarkanmu kembali pada pria seperti itu. Mulai sekarang, kau hanya milikku.”Joya mendongak, matanya bertemu dengan tatapan tajam Alastar. Ia ingin membantah, ingin mengatakan bahwa ia bukan milik siapapun. Namun, kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya. Entah mengapa, ada sesuatu dalam cara Alastar berbicara yang membuatnya tidak bisa melaw
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Barter yang Menyakitkan

Setelah berbelanja di toko pakaian dalam, Joya berdiri dengan banyak tas belanjaan di tangannya. Namun, siapa sangka Alastar, seorang CEO yang biasanya hanya memerintah, justru dengan santai mengambil sebagian tas dari tangannya. Dengan satu tangan memegang tas belanjaan, tangan lainnya dengan tegas menggandeng Joya.“Saatya kita pulang,” ujar Alastar singkat, memimpin langkah mereka. Joya tak tahu harus merasa lega atau risih dengan kedekatan ini. Beberapa pengunjung menoleh melihat mereka, mungkin tak percaya seorang pria gagah seperti Alastar mau membantu membawa tas belanjaan. Joya hanya bisa menunduk, berusaha menghindari tatapan itu.Setibanya di basement, sopir Alastar segera menghampiri. Pria itu membukakan pintu bagasi, lalu mengambil alih tas-tas belanjaan yang mereka bawa. Alastar, tanpa membuang waktu, membantu Joya masuk ke dalam mobil. Gerakannya halus tetapi otoritatif, membuat Joya tak bisa menolak.Alastar duduk di sebelah Joya, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Pasrah

Langkah Alastar terhenti di depan sebuah pintu apartemen. Joya melirik sekilas saat Alastar memasukkan kombinasi angka pada keypad pintu. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka otomatis. Alastar menggiring Joya masuk, tangannya masih erat di pinggang Joya seolah takut wanita itu akan melarikan diri. Joya menelan ludah, hatinya berdebar kencang saat ia melangkah ke dalam apartemen, yang seolah berada di dunia lain. Ruang tamu langsung menyambut mereka dengan sofa biru tua berbahan kulit, diapit meja kaca berdesain minimalis. Dinding apartemen itu didominasi warna putih bersih, kontras dengan aksen hitam pada beberapa rak gantung dan bingkai foto. Lampu gantung dengan cahaya keemasan memancarkan nuansa elegan. Di sisi yang lebih dalam, terdapat sebuah ruang keluarga dengan karpet berbulu lembut, serta sebuah televisi layar lebar yang terpasang di dinding. Pantry terletak di sudut ruangan, dan dilengkapi dengan peralatan dapur berkualitas tinggi.Sementara itu, di bagian lain terdapat
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Aku Ingin Segalanya Darimu

Dengan tangan gemetar, Joya melangkah ke sudut kamar dan mengambil lipstik berwarna merah muda dari dalam tas kerjanya. Ia mengoleskan lipstik itu ke bibirnya yang pucat, mencoba memberikan sedikit warna pada parasnya yang tak bernyawa. Joya lalu mematikan lampu utama kamar, menyisakan hanya lampu tidur yang redup. Dengan perlahan, ia melepas piyama kimononya, membiarkan kain satin itu terjatuh ke lantai. Tubuhnya kini hanya diselimuti oleh cahaya redup lampu, kulitnya terasa dingin terkena hembusan AC.Perempuan itu berdiri menghadap jendela kamar yang sudah tertutup tirai tebal, menunggu Alastar dengan hati yang penuh keraguan.Pintu kamar terbuka dengan suara lembut. Alastar masuk, mengenakan piyama pria berwarna hitam dengan garis putih di tepinya. Piyama elegan itu mencerminkan sosoknya yang selalu tampil sempurna. Langkah Alastar terhenti ketika ia menyadari suasana kamar yang berubah remang-remang. Ia berpikir Joya mungkin sudah tidur dan mengganti suasana kamar menjadi lebih
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Mimpi Buruk

Joya terbangun dengan tiba-tiba. Suara teriakan yang mengusik ketenangan di pagi buta, membuat matanya terbuka lebar dalam sekejap.Awalnya hanya lirih, seakan berasal dari suara yang tersedak dalam kegelapan. Namun semakin lama semakin lantang, menggema dalam kamar yang masih remang. Hati Joya pun berdebar tatkala ia menyadari dari mana sumber suara itu. Alastar.Joya menoleh dengan cepat. Sekilas, ia mengira pria itu sudah bangun dan sedang berbicara dengan seseorang. Namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati kelopak mata Alastar masih terpejam erat. Kening pria itu berkerut, titik-titik keringat tampak bermunculan di dahinya. Napasnya memburu, tidak beraturan, bibirnya bergerak-gerak, menggumamkan kata-kata yang sulit dimengerti. "Pergi... lepaskan aku..."Suara serak dan berat itu membuat Joya menegang. Alis tebal Alastar berkerut tajam, garis rahangnya mengeras, seolah-olah ia sedang berjuang melawan sesuatu yang menyeramkan. Sungguh, Joya tak menyangka sosok Alastar yang
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Ketegangan di Pagi Hari

Tak ingin membuang waktu, Joya buru-buru melangkah menuju pantry di apartemen Alastar, dengan membawa ponselnya di genggaman. Napasnya sedikit terengah, bukan karena lelah, melainkan karena kegelisahan yang memenuhi dada. Begitu sampai, mata Joya membelalak melihat deretan peralatan masak modern yang tertata rapi di dapur tersebut. Untuk seorang bujangan seperti Alastar, memiliki dapur secanggih ini sungguh di luar dugaan. Joya menghembuskan napas panjang, berusaha menenangkan diri. Pikirannya berputar, mencari ide sarapan yang cocok untuk Alastar. Seketika, ia teringat perkataan Livia kemarin bahwa Alastar menyukai cokelat hangat dan makanan sehat yang tidak mengandung gula. Joya mengangkat wajah, matanya menyapu rak dapur, lalu menemukan satu toples berisi serbuk cokelat. Dengan cepat, ia mengambilnya dan menaruhnya di meja.Kemudian, Joya melangkah menuju kulkas, membuka pintunya dengan perlahan. Pandangannya menyusuri isinya dengan cermat. Di dalamnya, terdapat berbagai bahan m
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Tidak Boleh Terikat

Dalam kondisi terjepit, Joya memutuskan untuk bicara tentang pekerjaan barunya kepada sang ibu mertua.“Maaf, Bu. Saya baru bisa datang sekitar jam enam malam. Saya mulai bekerja hari ini.”“Bekerja?” Nada suara ibu mertuanya terdengar terkejut. “Apa kamu menjadi guru lagi, Joya?”Jantung Joya berdetak lebih cepat. Ia bisa merasakan tatapan Alastar yang kini tertuju padanya, seolah menunggu bagaimana ia akan menjawab pertanyaan itu. Opsi untuk sepenuhnya jujur tentu saja mustahil dilakukan. “Saya dapat pekerjaan sebagai staf administrasi di PT. Golden Nutri, kantornya Denis, Bu.”Mata Alastar menyipit sedikit, tampak tertarik dengan jawaban spontan yang diberikan Joya.Di ujung telepon, ibu mertuanya terdiam sejenak. Entah perempuan paruh baya itu merasa senang atau sedih dengan kabar yang diterimanya. “Baguslah kalau kalian bekerja satu kantor,” jawab Bu Dewi akhirnya. “Kalau begitu, jangan terlalu lelah, Joya. Ibu tunggu nanti malam.”“Iya, Bu. Sampai nanti malam,” ucap Joya lega.
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Satu Ruangan

Setibanya di kantor, Joya menghela napas lega. Jantungnya masih berdegup kencang setelah terburu-buru meninggalkan apartemen Alastar, apalagi ia nyaris kehabisan napas di dalam lift. Namun, begitu menginjakkan kaki di lobi, Joya merasa sedikit lebih tenang.Suasana kantor masih sepi. Hanya beberapa karyawan yang lalu-lalang, serta petugas kebersihan yang tengah menyelesaikan tugasnya. Pertanda bahwa ia datang lebih awal dari kemarin. Dua orang cleaning service pria tampak tersenyum dan menyapanya dengan kagum. Joya membalas dengan senyuman kecil, meski ia sedikit canggung.Sekarang, ia menyadari bahwa penampilan rupanya berpengaruh besar di lingkungan kantor. Pantas saja, Alastar sampai memaksanya untuk pergi berbelanja semalam. Tanpa berlama-lama, Joya segera menuju lift dan naik ke lantai sembilan, tempat ruang CEO berada. Livia belum datang, jadi Joya duduk sendiri di meja kerjanya. Sekilas, netranya sempat melirik ke ruang kerja Alastar yang tengah dibersihkan oleh seorang clean
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Selalu Bersamaku

Joya menghela napas panjang. Untuk apa ia takut bertemu Denis? Bukankah Denis sendiri yang telah menjualnya kepada Alastar? Jika sekarang ia menjadi sekretaris pria itu, seharusnya tidak ada yang perlu ia risaukan. Lagipula, nasi telah menjadi bubur. Yang terpenting sekarang adalah menjalankan tugasnya dengan baik.Dengan keyakinan baru, Joya menepis keraguannya. Ia menegakkan punggung, lalu mulai mengetik email pemberitahuan kepada seluruh manajer divisi, bahwa rapat dimajukan hari ini pukul sepuluh tepat. Jari-jari Joya bergerak lincah di atas keyboard, menunjukkan kemampuannya dalam mengetik cepat. Livia berdiri di belakang Joya, mengawasi setiap gerakannya tanpa ada yang terluput. Setelah memastikan isi email sesuai dengan instruksi, Livia mengangguk singkat. "Kirim sekarang," ujarnya. Joya segera menekan tombol ‘send.’ Bersamaan dengan itu, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu utama. Ia menoleh dan melihat Alastar memasuki ruangan bersama asistennya, Arman.Livia seg
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status