Selepas kepergian Denis dan Siena, Joya membantu Bu Dewi berbaring kembali di brankar dengan perlahan. Tangannya menopang tubuh wanita paruh baya itu, memastikan kenyamanannya sebelum menyelimutinya.Joya kemudian menarik kursi dan duduk di sisi brankar, siap untuk menemani sang ibu mertua.“Joya, tadi waktu Siena muntah-muntah, Ibu jadi sedih,” kata Bu Dewi pelan, wajahnya yang biasanya ceria tampak suram.“Sedih kenapa, Bu?” tanya Joya dengan lembut, alisnya bertaut. Ucapan sang ibu mertua membuatnya tertegun.Bu Dewi menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan Joya erat-erat.“Seharusnya yang mengalami mual itu kamu, Joya, tandanya kamu hamil. Ibu benar-benar ingin mendengar kabar baik itu, Nak.”Joya tersentak. Kalimat itu seperti petir yang menyambar benaknya. Matanya membelalak kecil, teringat akan gejala mual yang dialami oleh Siena.Namun, Joya segera menepis pikiran buruk itu. Mustahil adiknya berbadan dua, sementara Siena belum memiliki kekasih. “Ibu... mual belum tentu
Last Updated : 2025-01-20 Read more