All Chapters of Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO: Chapter 21 - Chapter 30

106 Chapters

Terdesak

Selepas kepergian Denis dan Siena, Joya membantu Bu Dewi berbaring kembali di brankar dengan perlahan. Tangannya menopang tubuh wanita paruh baya itu, memastikan kenyamanannya sebelum menyelimutinya.Joya kemudian menarik kursi dan duduk di sisi brankar, siap untuk menemani sang ibu mertua.“Joya, tadi waktu Siena muntah-muntah, Ibu jadi sedih,” kata Bu Dewi pelan, wajahnya yang biasanya ceria tampak suram.“Sedih kenapa, Bu?” tanya Joya dengan lembut, alisnya bertaut. Ucapan sang ibu mertua membuatnya tertegun.Bu Dewi menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan Joya erat-erat.“Seharusnya yang mengalami mual itu kamu, Joya, tandanya kamu hamil. Ibu benar-benar ingin mendengar kabar baik itu, Nak.”Joya tersentak. Kalimat itu seperti petir yang menyambar benaknya. Matanya membelalak kecil, teringat akan gejala mual yang dialami oleh Siena.Namun, Joya segera menepis pikiran buruk itu. Mustahil adiknya berbadan dua, sementara Siena belum memiliki kekasih. “Ibu... mual belum tentu
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Tiga Permintaan

Malam itu menjadi malam yang paling menyesakkan bagi Joya. Diliputi rasa takut, mata Joya terus memandang pintu depan rumah yang setengah terbuka, tempat Martin dan dua pria berbadan besar masih berdiri di teras rumah.Tawa Martin yang menjijikkan bergema di telinganya, kata-katanya tadi seolah menghantui. Apalagi, suara melengking dari bos rentenir itu kembali terdengar dari luar.“Ganti pakaianmu dengan yang lebih terbuka dan tipis, Sayang.”Joya menggigit bibir bawahnya, tubuhnya gemetar hebat. Tangannya mencengkeram erat ponsel di genggaman, berpikir keras mencari jalan keluar dari situasi yang mengerikan ini.Jikalau ia menelepon Alastar, harga dirinya pasti akan hancur, tetapi apa yang lebih penting sekarang? Keselamatannya atau egonya?Dengan tangan gemetar, Joya lantas membuka daftar panggilan masuk di ponselnya. Beberapa waktu lalu, Alastar pernah meneleponnya di rumah sakit, dan nomor itu masih tersimpan di riwayat panggilan. Joya tahu betul, Alastar bukanlah pria yang baik,
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bukan Suamiku Lagi

Pesan itu singkat, tetapi membuat Joya merinding. Ia membaca ulang kalimat yang ditulis oleh Alastar beberapa kali, mencoba menenangkan pikirannya yang kembali bergejolak. Apa yang akan diminta Alastar darinya? Sanggupkah ia memenuhi permintaan itu? Joya tahu, ia telah menjual harga dirinya, bahkan mungkin juga kebebasannya kepada Alastar. Dan kali ini, ia melakukannya secara sadar tanpa pemaksaan dari siapapun. Dengan tangan gemetar, Joya meletakkan ponselnya di meja kecil, samping tempat tidur, lalu berbaring di lantai. Tidak ada gunanya menangis sekarang, pikirnya. Ia telah memilih jalan ini, dan tidak ada cara untuk kembali. Yang bisa ia lakukan hanyalah menjalani konsekuensinya dengan kepala tegak, meski hatinya luluh lantak. Sambil merebahkan diri di lantai, Joya sesekali menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Jari-jarinya tanpa sadar mengelus kalung pemberian Alastar yang masih menggantung di lehernya. Benda kecil itu terasa dingin di kulitnya, mengingatkannya pada janji
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Awal yang Baru

Ponsel Joya berdering, membangunkannya dari tidur yang baru ia nikmati menjelang subuh. Suara itu terdengar memekakkan telinga di pagi yang hening. Membuat Joya terpaksa bangun, meski matanya masih terasa lengket.Dengan malas, Joya meraba-raba nakas di samping tempat tidur, mencoba menemukan sumber kegaduhan. Setengah terpejam, Joya menyentuh layar ponsel dan menjawab panggilan itu.“Halo?” gumamnya lemah. Namun, suara bariton yang terdengar di seberang membuat seluruh tubuh Joya menegang. “Halo, Baby, bagaimana kabarmu pagi ini?” sapa suara itu dengan nada menggoda. Joya langsung tersentak, tubuhnya mendadak siaga. Kesadarannya yang semula masih setengah kini terkumpul penuh. Ia pun terduduk di tempat tidur, ponsel masih menempel di telinganya. “Pak Alastar?” tanyanya, nyaris terbata-bata. Alastar terkekeh pelan, suara tawanya membuat Joya semakin gugup. “Kau baru bangun tidur? Pantas saja kau tidak mengenali suaraku.” Joya menghela napas pendek, hatinya berdebar. “Iya... sa
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Rendah Diri

Duduk di kursi belakang mobil mewah dengan interior kulit yang halus, Joya merasa perutnya melilit. Tangannya yang memegang tas di pangkuannya berkeringat. Semakin dekat dengan lokasi perkantoran PT. Golden Nutri, ia semakin gugup.Joya teringat latar belakang pendidikannya yang seorang guru. Dulu, ia berkutat di antara buku pelajaran, anak-anak dengan seragam sekolah, dan papan tulis yang penuh coretan spidol. Semua terasa akrab, aman, dan menenangkan. Namun, kini segalanya berbeda. Ia harus menjalani peran baru sebagai seorang sekretaris—profesi yang sama sekali asing baginya. ‘Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan? Aku tidak tahu apa-apa soal pekerjaan sekretaris,’ gumamnya dalam hati. Joya menggigit bibir bawah, mencoba menahan kerisauan yang semakin membuncah. Bagaimana mungkin ia bisa menjalani peran ini tanpa bekal apa-apa? Bayangan Alastar dengan tatapan penuh tuntutan melintas di pikirannya. Joya merasa dadanya sesak. Ia tahu, pria itu tidak akan menerima alasan apa p
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kebiasaan Aneh

Joya merasakan matanya mulai memanas. Perasaan sedih dan tersinggung bercampur menjadi satu, membuat dadanya terasa semakin berat. Namun, ia tahu ini bukan tempat untuk menunjukkan kelemahannya. Sementara, Livia mendengus pelan, tampak puas dengan reaksi Joya. “Tapi, baiklah,” katanya sambil melipat tangan di depan dada. “Saya akan coba mengajarkanmu selama satu hari ini. Kalau ternyata kamu tidak bisa mengikuti, saya sendiri yang akan melapor kepada Pak Alastar.” Nada suaranya terdengar begitu angkuh, seolah yakin Joya akan gagal. Joya mengangguk kecil. “Terima kasih, Bu,” katanya pelan. Wanita itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia berbalik dan melangkah menuju lift, seolah memberi isyarat agar Joya mengikutinya. Saat mereka masuk ke dalam lift, suasana terasa sangat canggung. Livia berdiri diam sambil menekan tombol menuju lantai sembilan, lantai tertinggi di gedung ini. Joya berdiri sedikit di belakangnya, merasa kecil di samping Livia. Ia hanya bisa menatap nomor-nomor lantai
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Pria Dingin

Joya hanya bisa menunggu dengan harap-harap cemas di ruangan itu. Sambil duduk di kursi, ia memandangi jam di layar ponselnya, menyadari bahwa waktu terus berjalan tanpa ada kejelasan. Jantungnya berdebar tak menentu. Dalam pikirannya, ia membayangkan segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Jika pihak HRD memutuskan untuk membatalkan pekerjaannya sebagai sekretaris CEO, mungkin itu justru hal terbaik. Dengan begitu, ia tidak perlu berdekatan dengan Alastar setiap hari, sesuatu yang sebenarnya ingin ia hindari sejak awal. Namun, di sisi lain, ia merasa takut bila Alastar akan menganggapnya ingkar janji atau tidak kompeten. Apalagi, Joya teringat akan ancaman hukuman yang sempat diucapkan oleh Alastar tempo hari.Detik demi detik telah berlalu tanpa kejelasan. Hampir satu jam berdiam diri, Joya mulai merasa lelah menunggu.Penantiannya baru berakhir ketika Livia masuk bersama seorang pria berjas rapi, berusia empat puluhan akhir. Dari penampilannya yang penuh wibawa, Joya meneb
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Sosok yang Berbeda

Selesai makan siang di kantin, Joya kembali ke lift untuk menuju ke ruang CEO di lantai sembilan. Suasana hatinya bercampur aduk, antara rasa cemas dan sedikit lega setelah berbincang dengan dua karyawan dari bagian marketing.Ketika tiba di lantai sembilan, Joya melangkah pelan menuju mejanya. Ia duduk kembali di kursi dan segera mengambil tisu dari dalam tas. Dengan hati-hati, Joya mengusap noda kuah soto yang masih terlihat di lengan kemejanya. Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Livia datang dengan membawa tablet di tangannya, wajahnya terlihat serius seperti biasa. Pandangan wanita itu langsung tertuju pada lengan kemeja Joya yang bernoda. “Kenapa kemejamu kotor begitu?” tanya Livia dengan nada tajam, menghentikan langkahnya di depan meja Joya.Joya mengangkat wajahnya, sedikit gugup. “Tadi waktu makan siang, ada karyawan yang tidak sengaja menyenggol saya. Kuah sotonya tumpah,” jawabnya pelan.Livia mendengus pelan, lalu menegur, “Kamu harus lebih hati-ha
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Duduklah di Pangkuanku

Sepuluh menit berlalu begitu cepat, bagaikan kilatan petir yang terlihat di depan matanya. Ketika Arman, asisten pribadi Alastar, keluar dari ruang CEO, jantung Joya seolah melompat-lompat. Ia tahu sesuatu akan terjadi. Benar saja, tidak lama kemudian, Arman mendekat dengan langkah cepat."Bu Joya, silakan masuk ke ruangan Pak Alastar sekarang," katanya singkat tanpa memberi kesempatan bagi Joya untuk bertanya. Joya hanya bisa menelan ludah dan mengangguk, mencoba menyembunyikan kecemasan yang menjalari tubuhnya. Namun, gemetar di ujung jemarinya tak dapat ia kendalikan.Ketika Joya berdiri, ia berusaha tetap tenang kendati ia merasa seperti seekor rusa yang terjebak dalam perangkap pemburu. Langkahnya terasa berat saat ia menuju pintu kaca tebal itu. Dari sudut matanya, Joya melihat Arman mendekati Livia dan meminta wanita itu ikut dengannya meninggalkan ruang CEO. Livia tampak terkejut sesaat, tetapi ia menurut tanpa banyak bicara. Melihat mereka berdua pergi, kecemasan Joya sema
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Pemberian Tak Terduga

Joya tidak perlu mendengar dua kali. Ia langsung melangkah keluar secepat kilat, hampir seperti melarikan diri dari ruangan itu. Jantungnya masih berdegup kencang, dan pipinya terasa panas. Begitu tiba di luar, ia menghela napas panjang, merasa seperti baru saja terbebas dari cengkeraman buaya besar.Langkah Joya bergegas menuju lift. Ia menekan tombol untuk turun ke basement, berharap bisa menenangkan dirinya sejenak sebelum harus menghadapi Alastar lagi. Pikirannya terus bergulat dengan kejadian barusan. Mengapa dia harus menuruti keinginan Alastar? Namun, apa pilihan lain yang ia punya? Pintu lift terbuka, dan Joya melangkah masuk. Di dalam, ia merapatkan kemejanya, seolah-olah ingin menghapus jejak sentuhan Alastaryang masih terasa di kulitnya. Pria itu layaknya teka-teki yang sangat sulit dipecahkan.Begitu lift mencapai basement, Joya melangkah keluar dan mencari tempat untuk menunggu. Ia memilih berdiri di dekat tiang besar, mencoba menyembunyikan diri. Matanya segera menyapu
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status