Semua Bab Istri yang Tergadai : Menjadi Kekasih Gelap Tuan CEO: Bab 41 - Bab 50

106 Bab

Dipermalukan

Setelah menyerahkan dokumen kepada Livia, Joya menghela napas sebelum akhirnya berpamitan."Saya akan menemani Pak Alastar untuk meeting, Bu Livia."Livia mengangguk, matanya menatap Joya penuh perhatian. "Baik, jangan lupa bawa perlengkapan notulen. Kamu butuh buku catatan, pulpen, daftar hadir, dan laptop untuk mencatat poin-poin penting."Joya menurut. Ia segera mengambil perlengkapan yang dibutuhkan, memastikan tidak ada yang tertinggal sebelum berjalan menuju ruangan Alastar. Selesai dengan persiapannya, Joya mengetuk pintu dengan ragu. Namun, sebelum ia sempat membukanya, pintu itu sudah terbuka dari dalam. Alastar keluar dengan langkah sigap, menyebabkan Joya terkejut dan langsung mundur karena takut bertabrakan dengannya.Alastar hanya menunjuk ke depan, lalu berjalan meninggalkan Joya begitu saja. Joya mengerjapkan mata, merasa heran sekaligus bingung dengan sikap Alastar yang berubah-ubah dalam sekejap. Mungkin, lebih mudah menebak pergerakan arah mata angin, daripada memah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bukan Atasan dan Bawahan

Sesi pertama meeting akhirnya selesai, tepat saat jam makan siang tiba. Ruangan meeting perlahan mulai lengang ketika para manajer satu per satu beranjak pergi. Alastar berdiri lebih dulu, diiringi oleh Arman yang sigap mengikutinya dari belakang. Sementara itu, Joya masih sibuk membereskan perlengkapan yang ia bawa. Tangannya gemetar sedikit, entah karena tegang atau kelelahan akibat harus fokus sepanjang meeting.Ketika ia hendak beranjak untuk menyusul Alastar, tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Joya tersentak dan menoleh.Tak disangka, Denis sudah berdiri di dekatnya. Sorot mata pria itu menyiratkan tanda tanya besar di dalam benaknya."Ayo, makan siang bersamaku, Joya. Ada yang ingin kutanyakan padamu," ajak Denis dengan suara yang nyaris terdengar sebagai perintah.Joya menarik tangannya dengan cepat, menepis kontak fisik di antara mereka. "Maaf, aku ingin makan siang sendiri," jawabnya singkat, lalu segera melangkah pergi. Sungguh, Joya tidak ingin be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Batasan untuk Cinta

Mau tak mau, Joya mengikuti langkah Alastar menuju ruang VIP restoran itu. Begitu pintu geser kayu terbuka, aroma harum kayu cendana dan teh hijau menyeruak ke dalam ruangan, menciptakan suasana yang tenang dan eksklusif. Mereka duduk berhadapan di atas kursi tatami yang empuk, sementara seorang pelayan segera datang membawa menu."Apa makanan unggulan di sini?" tanya Alastar kepada wanita muda yang melayaninya. Pelayan itu tersenyum ramah. "Kami memiliki berbagai pilihan sushi premium, tepanyaki dengan daging wagyu terbaik, sashimi segar dari perairan Jepang, beef yakiniku, serta sukiyaki yang disajikan dengan kaldu khas kami, Pak."Alastar mengangguk pelan, lalu bertanya lagi, "Bagaimana dengan minuman khasnya?"Pelayan itu menyebutkan beberapa pilihan. "Kami memiliki matcha latte dengan busa yang lembut, sake premium, jus gojiberi yang kaya antioksidan, serta teh ocha yang disajikan dengan metode tradisional."Usai mendengarkan penjelasan dari sang pelayan, Alastar mengalihkan pan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Jangan Percaya pada Siapapun!

Saat mereka keluar dari restoran, Arman dan sopir sudah menunggu di depan mobil. Tanpa membuang waktu, Alastar masuk ke mobilnya. Arman duduk di depan, sementara Joya kembali duduk di samping Alastar di kursi belakang.Dalam perjalanan kembali ke kantor, Joya membuka ponselnya dan mengecek pesan masuk. Sebuah balasan dari Siena membuat senyum kecil terukir di wajahnya.Siena: [Besok kau boleh menginap di kosku, Kak Joya. Aku akan membersihkan kamarku supaya kau lebih nyaman.]Joya menghela napas lega. Saking senangnya, ia sampai membaca pesan itu berulang kali. Ia benar-benar membutuhkan seorang teman bicara, setelah berbagai kejadian akhir-akhir ini. Alastar, yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Joya, akhirnya bertanya, “Pesan dari siapa?”Joya menoleh sebentar, lalu kembali menatap layar ponselnya. “Dari adik saya, Siena,” jawabnya singkat.“Kalian berdua akrab?” tanya Alastar menaikkan alis. Joya mengangguk. “Iya. Siena adalah satu-satunya orang yang tulus menyayangi saya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Bukti Perselingkuhan

Saat jarum jam di layar komputer menunjukkan pukul lima sore, Joya merapikan berkas-berkas di mejanya. Tangannya dengan lincah menyusun dokumen dan menutup laptop. Di sebelahnya, Livia memperhatikan aktivitas Joya yang seperti tergesa-gesa ingin pulang."Kau pulang duluan? Seharusnya menunggu CEO kita keluar dulu dari ruangannya," ujar Livia dengan nada datar, tetapi penuh sindiran.Joya menghela napas pelan sebelum menjawab, "Saya sudah meminta izin kepada Pak Alastar. Saya akan pulang tepat waktu hari ini."Livia mengangkat alisnya, lalu mengedikkan bahu. "Ya, terserah kalau begitu. Tapi, jangan sering-sering. Nanti aku yang disalahkan karena dianggap salah mendidikmu."Joya tersenyum tipis, mengiyakan dengan sopan, lalu buru-buru mengambil tasnya. Begitu keluar dari kantor, ia segera masuk ke taksi yang telah menunggunya.Di dalam taksi, Joya bersandar dan menarik napas panjang. Seketika pikirannya melayang ke ucapan Alastar bahwa ia harus pulang ke apartemen sebelum pukul sembilan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Kenangan Lama - Ingkar Janji

Joya menatap kosong ke luar jendela taksi, pikirannya masih bergelayut pada pesan singkat yang tadi sempat ia baca di ponsel Denis. Ia tidak mengerti, bagaimana mungkin pria yang selama ini menjadi suaminya tega mengkhianatinya? Dan yang lebih menyakitkan, perselingkuhan itu sepertinya telah berlangsung lama.Lamunan Joya buyar ketika suara sopir taksi menegurnya. “Bu, kita sudah sampai.”Joya tersentak dan bergegas turun dari taksi, menghembuskan napas panjang sebelum melangkah menuju lobi apartemen. Begitu masuk, ia segera mencari toilet. Ya, sebelum bertemu dengan Alastar, ia harus memastikan dirinya terlihat sesuai keinginan lelaki itu.Di depan cermin toilet, Joya menatap bayangannya sendiri. Wajahnya pucat, matanya redup, tetapi ia tetap mencoba menguasai diri. Dengan tangan gemetar, Joya mengeluarkan kalung dari dalam tas, menggantungnya di leher, dan menyesuaikan posisinya di cermin."Sudah puas?" gumamnya lirih, seolah berbicara kepada seseorang yang tidak ada.Setelah merapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Pura-pura Mencintaimu

Alastar mengernyit. Ia menyandarkan tangannya di meja, menatap piring Joya yang masih menyisakan banyak makanan. Pikiran lelaki itu menerka-nerka, kenapa Joya meninggalkan meja makan dengan tergesa-gesa?Ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang jelas bukan sekadar karena Joya kekenyangan atau tidak menyukai makanannya.Dengan cepat, Alastar meletakkan sendoknya dan bangkit dari kursi. "Joya!" panggilnya tegas.Namun, Joya tidak menghentikan langkahnya. Ia terus berjalan menuju kamar, berusaha melarikan diri dari segala emosi yang tengah mencabik hatinya. Jika ia tetap berada di sana, ia takut akan semakin rapuh, semakin larut dalam luka yang berusaha ia pendam sekuat tenaga. Joya terus melangkah ke dalam kamar, mengabaikan perasaannya yang kacau balau. Suara langkah kaki Alastar yang menyusulnya, membuat Joya berbelok ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat. Tangannya bergetar saat memutar keran wastafel, membiarkan air mengalir deras. Dengan kedua telapak tangannya, Joya menampung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Menjadi Istriku

Merasa hampir kehilangan napas, Joya menarik diri. Dadanya naik turun dengan cepat seiring kesadarannya yang perlahan kembali. Ia melepaskan genggamannya dari kaos Alastar, seolah tersadar dari kegilaan sesaat yang baru saja mereka bagi. Joya merasakan getar halus di tubuhnya yang belum sepenuhnya mereda. Malu merayapi dirinya saat ia membalikkan tubuh, membelakangi Alastar yang masih berbaring di sampingnya.Apa yang baru saja ia lakukan? Ia telah bertindak lebih dulu, mencium Alastar tanpa pikir panjang. Dan kini, rasa canggung dan penyesalan menyergapnya tanpa ampun.Sejenak keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara napas mereka yang terdengar. Namun, sebelum Joya bisa menenangkan diri, ia merasakan dekapan hangat melingkupi tubuhnya dari belakang. Alastar memeluknya begitu erat, hingga Joya bisa merasakan denyut jantung pria itu yang berdetak kuat di punggungnya."Setelah berani menggoda, kau ingin meninggalkan aku begitu saja?" bisik Alastar di ceruk leher Joya. Nada suaranya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Ingin Punya Berapa Anak?

Joya tertegun mendengar pertanyaan Alastar. Darahnya berdesir cepat dan hatinya bergetar. Ia tidak menyangka Alastar akan melontarkan pertanyaan semacam itu. Alastar masih menatapnya dengan tajam, menunggu jawaban. “Kau pantas mendapatkan yang lebih baik,” lanjutnya, kali ini dengan suara yang lebih lembut. “Apa kau masih mencintai Denis?”Joya tidak segera menjawab. Ada perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Cinta? Mungkin dulu ia mencintai Denis, tetapi kini yang tersisa hanyalah luka dan kehancuran. Ia masih bertahan sejauh ini hanya demi kesehatan ibu mertuanya. Namun, pantang bagi Joya untuk mengakui hal itu di hadapan Alastar. Lagi pula, ia tidak memiliki kewajiban untuk memberikan penjelasan, karena hubungan mereka hanya bersifat sementara.Alastar menatapnya tajam, lalu bertanya, "Kenapa diam?”Joya menarik napas dalam, berusaha menahan gejolak yang berkecamuk di dadanya. "Saya tidak perlu menjawab," ujarnya. "Masalah rumah tangga saya bukan urusan Anda. Saya bercerai ata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Merawatnya

Sejenak, waktu terasa berhenti. Mata Joya membelalak, dan pipinya mendadak memanas. "Apa?!"Alastar tersenyum, seolah menikmati keterkejutan Joya. "Kau mendengarnya, ‘kan? Aku hanya penasaran. Seandainya kau menikah denganku, berapa anak yang kau inginkan?"Wajah Joya semakin merah. "Itu... itu pertanyaan macam apa?" "Aku hanya ingin tahu,” ucap Alastar, ada tatapan serius di matanya. “Kalau kau tidak mau menjawab sekarang, tidak apa-apa," kata Alastar akhirnya, nadanya sedikit lebih lembut.Tenggorokan Joya mendadak kering kerontang. Ia tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan Alastar yang begitu tiba-tiba. Joya pun mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk memperhatikan produk-produk di rak."Lebih baik kita lanjutkan pekerjaan, Pak," ujar Joya, mencoba mengalihkan topik.Ia kemudian memilih keluar dari tempat itu, menghirup udara segar sambil menenangkan debaran jantungnya. Langkahnya cepat, seolah ingin melarikan diri dari situasi yang baru saja terjadi. Sementara Alastar ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status