Home / Romansa / CINTA DI BALIK BENCI / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of CINTA DI BALIK BENCI: Chapter 41 - Chapter 50

101 Chapters

Bab 41

Langit senja berganti kelam, dan hanya diterangi cahaya rembulan yang redup. Udara malam terasa semakin dingin saat Lia, Dean, dan Raka berdiri di tepi jurang, tempat yang terasa asing meski sudah sering mereka kunjungi. Sebuah pengungkapkan baru saja terlontar, dan kini mereka dihadapkan pada sebuah kenyataan yang mengerikan—misteri yang mereka cari telah mengungkapkan wajahnya yang tak terduga."Apa maksudmu?" suara Dean pecah, wajahnya tertegun dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Mata tajamnya menyelidik, tidak percaya.Lia menggigit bibirnya, menahan gelombang emosi yang datang begitu kuat. Hatinya bergejolak, tapi di balik itu, ia merasa ada sebuah kebenaran yang tak bisa dipungkiri. Sesuatu yang selama ini mereka anggap musuh, ternyata adalah bagian dari teka-teki yang lebih besar."Dia… dia yang mengirim kita ke sini," kata Raka dengan suara pelan, menatap Lia dan Dean satu per satu. "Semua ini bukan kebetulan."Lia merasakan tubuhnya kaku, mulutnya kering. Bayangan masa la
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 42

Cahaya rembulan yang menerobos masuk melalui celah-celah dinding bangunan tua itu memantulkan bayangan di lantai batu. Lia, Raka, dan Dean berdiri diam di tengah ruangan, napas mereka terdengar samar di antara keheningan. Buku bersinar yang baru saja mereka temukan terasa seperti benda paling berat yang pernah Lia pegang, bukan karena bobotnya, tetapi karena makna yang terkandung di dalamnya.Lia menggenggam buku itu erat, seolah khawatir jika dia melepaskannya, semua jawaban yang selama ini mereka cari akan lenyap begitu saja. Dia melirik ke arah Raka dan Dean, yang berdiri di sisi kiri dan kanannya. Wajah Raka tampak tegang, rahangnya mengeras, sementara Dean terlihat lebih tenang, tetapi matanya berbicara banyak—ada keingintahuan bercampur ketakutan di sana.“Kita harus membaca semuanya,” kata Lia akhirnya, memecah keheningan. Suaranya tegas, meski ada sedikit getaran yang tak bisa dia sembunyikan.Dean melangkah lebih dekat, menatap buku itu dengan alis berkerut. “Lia, kamu yakin?
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 43

Langkah kaki mereka bergema pelan di jalan setapak yang tertutup kabut tebal. Hanya bunyi ranting yang patah di bawah sepatu mereka yang menjadi penanda waktu terus berjalan. Lia, Raka, dan Dean mengikuti wanita tua itu dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.Wanita itu tampak tak terganggu oleh suasana mencekam di sekitarnya. Setiap langkahnya seperti memiliki tujuan yang jelas, meski jalur yang mereka tempuh semakin tak beraturan. Lia sesekali melirik ke arah Dean dan Raka, memastikan mereka masih di sana. Buku di tangannya terasa semakin berat, seolah menyerap energi dari tubuhnya.“Berapa jauh lagi?” tanya Raka akhirnya, nada suaranya terdengar jengah.Wanita tua itu tidak menjawab. Dia hanya terus berjalan, tongkatnya mengetuk-ngetuk tanah dengan ritme yang tetap.“Ini mulai tidak masuk akal,” desis Dean sambil melirik Lia. “Bagaimana kalau kita hanya dimanfaatkan? Kita tidak tahu siapa dia sebenarnya.”Lia menggelengkan kepala, mencoba meredam kecemasan
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 44

Langit malam menampakkan wajahnya yang gelap, hanya diterangi oleh bintang-bintang kecil yang seperti berkedip ragu. Lia duduk di sudut kamar penginapan, tangannya memegang buku tebal yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya dalam beberapa minggu terakhir. Di luar, suara angin berdesir pelan, membawa aroma embun dan tanah basah.Raka berdiri di dekat jendela, memandang ke luar dengan ekspresi serius. Sementara itu, Dean duduk di tepi ranjang, sesekali melirik ke arah Lia, seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi memilih diam.“Kita harus memutuskan langkah selanjutnya,” Raka akhirnya angkat bicara, memecah keheningan yang tegang. Suaranya rendah, tetapi ada ketegasan di dalamnya. “Semakin lama kita menunggu, semakin besar risiko kita ditemukan oleh mereka.”“Mereka?” Dean memutar bola matanya. “Kita bahkan tidak tahu siapa yang mengejar kita, Raka. Semua ini seperti teka-teki tanpa petunjuk.”“Kita punya petunjuk,” potong Lia tiba-tiba. Dia mengangkat buku di tangannya. “
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 45

Lorong itu menyelimuti mereka dengan kegelapan yang tebal. Hanya suara langkah kaki mereka yang memantul di dinding sempit, menciptakan gema yang semakin menambah suasana mencekam. Udara di dalam terasa berat, hampir seperti menekan dada mereka, memaksa napas keluar dengan susah payah.“Kenapa rasanya semakin sulit bernapas?” gumam Lia, suaranya nyaris tenggelam oleh bunyi napasnya sendiri.Raka melirik ke belakang, memastikan Lia baik-baik saja. “Kita sudah terlalu jauh masuk. Kalau ada yang tidak beres, kita harus segera kembali.”Dean, yang berada di depan mereka, menggeleng pelan tanpa menoleh. “Tidak ada jalan kembali sekarang. Kalau kita berhenti, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.”Langkah mereka semakin lambat ketika dinding-dinding di sekitar lorong mulai menampilkan pola-pola aneh. Simbol-simbol yang mirip tulisan kuno muncul di permukaan, menyala samar seperti tinta bercahaya. Lia mengulurkan tangan, mencoba menyentuh salah satu simbol, tetapi sebuah e
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 46

Lorong itu sunyi, hanya terdengar suara napas mereka yang terengah-engah. Lia memeluk tubuhnya sendiri, mencoba mengusir rasa dingin yang tiba-tiba menusuk tulangnya. Sesuatu terasa berbeda. Setelah pengalaman di ruangan misterius tadi, ada kehampaan yang tidak bisa ia jelaskan.Raka berjalan di belakangnya, tangannya menggenggam senter yang mulai redup cahayanya. Wajahnya yang biasanya penuh keyakinan kini tampak suram. Sementara itu, Dean berjalan di depan, matanya terus mengamati setiap sudut lorong seolah-olah ada sesuatu yang siap menyerang mereka.“Ini… terasa aneh,” gumam Lia, suaranya pecah.“Apa maksudmu?” tanya Dean tanpa menoleh.“Aku merasa seperti… kehilangan sesuatu,” Lia mengakui, matanya berkaca-kaca. Ia mengingat saat terakhir kali melihat cermin itu, bagaimana gambar ibunya menghilang begitu saja. Sekarang, kenangan itu seperti kabur di benaknya. Ia tahu ia pernah bermain piano bersama ibunya, tetapi setiap kali mencoba mengingat detailnya, hanya ada kehampaan.“Kau
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 47

Lorong yang sebelumnya dingin kini terasa semakin pengap. Lia berdiri di depan cermin besar yang tampak memancarkan aura gelap, tangannya gemetar saat ia menyentuh permukaannya yang dingin. Dean dan Raka berdiri di belakangnya, keduanya memasang ekspresi tegang.“Lia, jangan bodoh,” ujar Raka, nadanya rendah namun penuh peringatan.Dean maju selangkah, menarik tangan Lia perlahan agar menjauh dari cermin. “Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau terlalu dekat. Ini bisa jadi jebakan.”Namun, Lia tetap terpaku. Pantulan dirinya di cermin tidak hanya menampilkan wajahnya, tapi juga bayangan kabur di belakangnya. Seolah ada sosok lain yang berdiri di tempat mereka. Bayangan itu tidak bergerak seperti pantulan normal, tetapi memandang langsung ke arahnya dengan mata kosong yang penuh rasa sakit.“Aku… aku harus tahu,” gumam Lia, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.Raka menatap Dean dengan gelisah. “Kita harus menghentikannya sebelum sesuatu yang buruk terjadi.”“Tunggu
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 48

Langit-langit ruangan yang tinggi dan gelap tampak seperti menutup dunia mereka. Langkah kaki Lia, Dean, dan Raka bergema di sepanjang lorong batu, setiap bunyi langkah seperti palu yang mengetuk rasa cemas dalam hati mereka. Udara di sekeliling mereka terasa berat, seolah sesuatu sedang mengintai di kegelapan.Raka berjalan di depan, obor kecil di tangannya menjadi satu-satunya sumber cahaya. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Sesekali ia melirik ke belakang, memastikan Lia dan Dean masih mengikutinya.“Kita sudah berjalan cukup jauh,” kata Dean, memecah kesunyian. Suaranya datar, namun ada nada ketidaknyamanan yang sulit disembunyikan. “Apa kau yakin ini jalan yang benar?”Raka tidak menjawab segera. Ia hanya menatap ujung lorong yang tampak seperti membentang tanpa akhir. “Aku yakin. Aku hanya… merasakannya.”Lia menahan napas, perasaan gelisah mengisi dadanya. “Merasa?” tanyanya pelan. “Apa maksudmu?”Raka berhenti dan berbalik, menatap Lia dengan sorot mata yang sulit diartikan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 49

Cahaya matahari pagi mengintip dari sela-sela tirai perpustakaan tua itu, menyelimuti ruangan dengan kehangatan yang kontras dengan atmosfer tegang yang menyelimuti mereka. Lia duduk di kursi kayu yang keras, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja. Pikirannya terus memutar ulang kata-kata pria tua tadi malam. Seraphis adalah kunci. Tapi untuk membuka apa?Dean dan Raka berdiri di dekat jendela, masing-masing tampak tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Keduanya berbeda seperti siang dan malam, tetapi dalam situasi ini, keduanya sama-sama bingung dan khawatir.“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Raka akhirnya, memecah kesunyian.Dean menoleh, ekspresinya penuh skeptisisme. “Kau sungguh percaya semua ini? Sebuah batu kuno, perang besar, dan sesuatu yang sedang ‘menunggu kita’? Ini terdengar seperti dongeng, bukan kenyataan.”“Kalau begitu, kenapa kau tetap di sini?” balas Raka dengan nada dingin. “Tidak ada yang memaksamu, Dean.”“Aku di sini karena…” Dean menggantungkan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 50.

Angin malam berembus perlahan, membawa serta aroma tanah basah dari lembah yang baru saja mereka tinggalkan. Lia, Dean, dan Raka duduk melingkar di sekitar api unggun kecil yang mereka buat di sela-sela reruntuhan. Ketegangan di antara mereka begitu nyata, seolah bisa disentuh.Lia menatap api yang berkobar di depannya, mencoba mengabaikan pandangan intens dari dua pria di sampingnya. Kepalanya masih dipenuhi dengan gambaran dari cahaya keemasan yang muncul di depan pintu besar tadi. Suara berbisik itu terus terngiang di telinganya, mengulang kata-kata yang sama: Pilihlah dengan bijak.“Apa yang kau pikirkan?” suara Dean memecah keheningan.Lia terkejut, menoleh ke arahnya. Tatapan Dean lembut, tapi matanya mengisyaratkan kekhawatiran yang mendalam.“Aku...” Lia terdiam sejenak, lalu menggeleng. “Aku hanya mencoba memahami semua ini.”“Tidak mudah memang,” gumam Raka sambil menambahkan kayu ke dalam api. “Tapi kita tidak punya pilihan selain terus maju.”Lia mengangguk pelan, tetapi h
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status