Home / Romansa / CINTA DI BALIK BENCI / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CINTA DI BALIK BENCI: Chapter 31 - Chapter 40

101 Chapters

Bab 31

Angin dingin menyapu halaman kampus yang gelap. Lia berdiri di bawah bayangan pohon besar, matanya menatap jam tangannya yang berkilau di bawah cahaya bulan. Dia menunggu Raka. Dalam pesan singkat tadi sore, Raka mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan. Tak lama kemudian, langkah kaki yang berat terdengar dari arah taman. Lia menoleh dan melihat Raka mendekat, wajahnya terlihat muram. "Maaf membuatmu menunggu," kata Raka, suaranya rendah. Lia mengangguk pelan. "Apa ini tentang rencana tadi?" Raka mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan menyerahkannya kepada Lia. "Ini semua informasi yang aku punya. Tentang mereka." Lia membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya, terdapat beberapa foto dan dokumen. Salah satu foto itu menunjukkan pria yang pernah disebut Edi sebelumnya. Wajahnya tajam dan penuh karisma, tetapi ada sesuatu yang membuatnya terlihat berbahaya. "Siapa dia sebenarnya?" tanya Lia, suaranya bergetar. "Dia orang ya
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 32

Malam itu, di apartemennya yang sunyi, Lia duduk terpaku di depan meja kecil. Foto lama keluarganya yang terjatuh dari amplop itu kini berada di genggamannya. Dia memandang wajah-wajah di foto itu—ibunya yang tersenyum lembut, ayahnya dengan tatapan penuh percaya diri, dan dirinya sendiri yang masih kecil dengan senyum polos. Namun, perhatian Lia terfokus pada pria lain yang berdiri di belakang keluarganya, mengenakan jas hitam dan dasi merah. Dia tampak seperti bagian dari foto itu, tetapi wajahnya asing bagi Lia. “Siapa kau?” gumam Lia, jantungnya berdebar cepat. Pesan singkat yang menyertai foto itu—“Ini belum berakhir.”—terus terngiang-ngiang di kepalanya. Keesokan paginya, Lia membawa foto itu ke rumah ibunya. Dia butuh jawaban, meskipun instingnya mengatakan bahwa jawaban itu mungkin lebih rumit daripada yang dia bayangkan. Ibunya membuka pintu dengan senyum yang biasa, tetapi senyum itu pudar begitu dia melihat ekspresi wajah Lia. “Lia, ada apa? Kau kelihatan lelah,” tan
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 33

Lia memandang sekeliling ruangan kecil itu dengan perasaan campur aduk—takut, penasaran, dan sedikit lega karena akhirnya menemukan sesuatu yang konkret. Dinding-dinding ruangan tersebut penuh dengan peta, foto, dan tulisan tangan. Di tengahnya, ada meja kecil dengan tumpukan dokumen yang tampak tua. "Ini gila," gumam Lia, mendekati salah satu dinding. Dia melihat sebuah peta besar dengan beberapa tanda merah yang mencakup lokasi-lokasi yang akrab baginya—rumahnya, rumah lama ayahnya, bahkan universitas tempat dia belajar. Raka berdiri di sampingnya, wajahnya serius. "Seseorang telah memantau keluargamu selama bertahun-tahun." Lia mengangguk, berusaha menahan gemetar di tangannya. "Tapi siapa? Dan kenapa? Apa yang mereka cari?" Dia meraih salah satu dokumen dari meja dan membuka lembarannya. Ada foto seorang pria yang terlihat sangat familiar—pria yang ada di foto keluarganya. Di bawah fotonya ada nama: Hartono Aditya. "Hartono Aditya," bisik Lia. "Nama ini disebut di artikel ya
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 34

Lia berdiri di depan pintu gudang tua itu, napasnya pendek-pendek. Bangunan tersebut tampak usang, dengan dinding yang penuh dengan coretan vandal dan pintu besi yang berkarat. Suara gemerisik dedaunan yang diterpa angin terdengar seperti bisikan misterius di telinganya.Raka berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan keseriusan yang jarang terlihat. “Kau yakin ingin melanjutkan ini?” tanyanya pelan.Lia mengangguk, meski hatinya penuh keraguan. “Aku harus tahu. Apa pun risikonya.”Raka menghela napas, lalu mendorong pintu gudang itu dengan sedikit tenaga. Pintu itu berdecit pelan, mengungkapkan ruangan gelap di baliknya. Lampu senter di tangan mereka menjadi satu-satunya sumber cahaya saat mereka melangkah masuk.Di dalam, suasananya jauh lebih sunyi. Rak-rak kayu tua berjejer, penuh dengan kotak-kotak berdebu dan tumpukan dokumen yang hampir lapuk. Di tengah ruangan, ada meja besar yang dipenuhi dengan peta, foto, dan catatan.“Ini seperti... markas seseorang,” bisik Lia, mendekati
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 35

Lia berdiri di depan rumah tua yang terletak di pinggiran kota, rumah yang disebutkan dalam peta di gudang. Bangunan itu terlihat seperti tidak berpenghuni selama bertahun-tahun, dengan cat tembok yang mengelupas dan jendela-jendela yang tertutup rapat oleh papan kayu. Rasa gugup mencengkeramnya, tetapi dia tahu dia tidak bisa berhenti sekarang.Raka berdiri di sampingnya, memperhatikan sekitar dengan penuh waspada. “Apa kau yakin tempat ini ada hubungannya dengan ayahmu?” tanyanya pelan.Lia mengangguk. “Semua petunjuk mengarah ke sini. Jika ini benar, maka mungkin ada sesuatu yang bisa menjelaskan mengapa semua ini terjadi.”Dean tiba beberapa saat kemudian, membawa tas ransel kecil berisi perlengkapan darurat. “Kita harus hati-hati,” katanya dengan nada tegas. “Kalau ini tempat rahasia, siapa pun yang mencoba melindunginya mungkin tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja.”Ketiganya melangkah menuju pintu depan. Lia menarik napas dalam, lalu memutar gagang pintu yang ternyata t
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 36

Suara tembakan masih bergema di udara, menciptakan kekacauan yang memaksa Lia untuk terus bergerak. Pria misterius yang menemaninya menarik tangan Lia dengan tegas, membawanya keluar melalui pintu belakang kafe."Ikuti aku, jangan berhenti!" serunya.Lia tidak sempat berpikir, hanya bisa mengikuti langkah pria itu dengan napas yang terengah-engah. Di belakang mereka, suara langkah kaki dan teriakan semakin dekat. Jalan kecil yang mereka masuki gelap dan sempit, dengan bau sampah yang menyengat.“Siapa mereka?!” Lia bertanya di sela napasnya.“Mereka adalah orang-orang Hartono,” jawab pria itu sambil memeriksa sudut jalan. “Dia tidak akan membiarkan siapa pun yang tahu terlalu banyak tetap hidup.”Lia merasakan ketakutan menjalar hingga ke tulang. "Kalau begitu, kenapa kau menemuiku? Kau tahu ini berbahaya!"Pria itu tidak menjawab, hanya menariknya lebih cepat menuju sebuah mobil yang terparkir di ujung jalan.Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, mereka masuk ke dalam mobil. P
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 37

Hembusan angin malam menusuk hingga ke tulang, mengiringi langkah Lia yang berat menuju sudut jalan sempit. Napasnya masih terengah-engah, seperti baru saja berlari menghindari sesuatu yang memburu. Di tangannya tergenggam erat sebuah benda kecil berbentuk persegi panjang—benda yang kini menjadi sumber segala keresahannya."Lia!" Suara Dean terdengar, keras dan penuh emosi.Lia menoleh. Di bawah sinar redup lampu jalan, terlihat Dean dan Raka bergegas mendekat. Tatapan Dean mencerminkan kekhawatiran mendalam, sedangkan Raka tampak serius, matanya bergerak tajam ke segala arah seolah mengawasi setiap kemungkinan bahaya."Apa yang sedang kau lakukan di sini sendirian?" tanya Dean dengan nada mendesak, suaranya nyaris pecah.Lia mencoba berkata-kata, tapi yang keluar hanyalah gumaman pelan. Dia terlalu lelah, baik secara fisik maupun emosional.Raka melangkah mendekat, ekspresi wajahnya penuh kehati-hatian. “Apa itu?” tanyanya, menunjuk ke benda di tangan Lia.Lia mengangkat benda itu de
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 38

Suara jangkrik terdengar samar di kejauhan, bercampur dengan desiran angin yang menerpa dedaunan. Lia duduk bersandar pada batang pohon besar di taman kecil itu, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. Napasnya berat, seperti habis berlari jauh.Dean duduk di sebelahnya, mengatur napasnya dengan susah payah. Luka di pelipisnya masih terlihat jelas, meskipun ia mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. Raka, di sisi lain, bersandar pada bangku taman, tangannya memegangi luka di lengan kirinya yang terus mengeluarkan darah tipis.“Kita tidak bisa terus begini,” kata Dean akhirnya, memecah keheningan. Suaranya rendah, tetapi ada nada putus asa di dalamnya.“Kau pikir aku mau?!” balas Raka, suaranya tajam meskipun tubuhnya terlihat lemah. “Semua ini gara-gara benda itu!”Lia memeluk benda kecil di tangannya lebih erat, seolah itu adalah nyawanya sendiri. Matanya berkaca-kaca, tetapi ia tidak ingin menangis lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan malam i
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 39

Langit malam menutupi hutan lebat dengan tirai hitam yang hanya diterangi oleh bulan sabit pucat. Daun-daun yang bergesekan diterpa angin terdengar seperti bisikan rahasia, sementara langkah kaki mereka membuat suara gemerisik di atas tanah yang penuh dedaunan kering.Lia berlari secepat yang ia bisa, napasnya memburu seperti ketukan drum perang. Dean memimpin di depan, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka masih bersama. Raka, dengan luka di lengannya, tetap berusaha menjaga jarak mereka dari bahaya, meskipun setiap langkahnya pasti membawa rasa sakit yang membakar."Berhenti dulu," Dean akhirnya berkata, suaranya terengah-engah. Ia berhenti di samping pohon besar dan berbalik ke arah mereka.Lia jatuh berlutut, tangannya mencengkeram lututnya saat ia mencoba mengatur napas. Sementara itu, Raka menyandarkan tubuhnya pada batang pohon, peluh bercampur darah membasahi bajunya."Kita nggak bisa terus lari seperti ini," ujar Raka dengan nada tajam, meskipun suaranya terden
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 40

Pintu pondok berderit pelan saat angin berhembus, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Lia, Dean, dan Raka saling berpandangan, mata mereka tajam, penuh kewaspadaan. Ketukan yang baru saja terdengar memecah keheningan malam, dan kini, suara itu kembali terdengar, lebih keras dan tegas."Kalian tidak bisa bersembunyi selamanya," suara itu terdengar lebih dekat, serasa membungkus mereka dengan ancaman yang jelas.Lia menatap Raka dan Dean, bibirnya bergetar sedikit, tetapi ia berusaha mengontrol diri. Ia tahu bahwa tidak ada jalan kembali lagi. Apa yang mereka hadapi malam ini adalah keputusan yang telah mereka buat sejak mereka memutuskan untuk melawan, untuk mencari jawaban atas misteri yang menyelubungi mereka."Siapa itu?" bisik Lia, suaranya hampir tak terdengar, meskipun ia tahu jawaban atas pertanyaannya."Orang yang mengejar kita sejak awal," jawab Raka dengan tenang, namun sorot matanya mengandung ketegangan. Ia bisa merasakan ancaman yang semakin mendekat.Dean meraih pi
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status