Home / Romansa / CINTA DI BALIK BENCI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of CINTA DI BALIK BENCI: Chapter 21 - Chapter 30

101 Chapters

Bab 21:

Lia bangun lebih awal dari biasanya. Udara pagi menusuk kulitnya saat dia membuka tirai jendela kamar. Matahari yang baru terbit menyinari halaman kecil di luar, tapi suasana hatinya tetap mendung. Hari ini, dia akan menghadapi dua orang yang paling berarti baginya—Dean dan Raka. Dia tahu, pertemuan ini akan mengubah segalanya. Dia duduk di meja belajarnya, memandangi ponselnya. Pesan dari Dean dan Raka sudah masuk sejak semalam, masing-masing membalas persetujuannya untuk bertemu. “Oke, aku akan datang,” tulis Dean. “Aku di sana kapan pun kamu siap,” balas Raka. Lia menggenggam ponsel itu erat-erat. Jantungnya berdebar kencang, seperti sedang bersiap menghadapi ujian hidup yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Lia memilih tempat netral untuk pertemuan mereka—taman kecil di dekat pusat kota. Pohon-pohon rindang melindungi meja piknik kayu tempat Lia duduk. Dia sampai lebih awal, ingin memastikan dirinya siap. Tapi nyatanya, rasa cemas terus menghantuinya. Langkah kaki ter
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 22

Pagi itu, Lia berdiri di depan pintu rumah Raka. Udara dingin menusuk kulitnya, tapi bukan itu yang membuat jantungnya berdegup kencang. Dia memandangi kertas di tangannya—salinan surat yang dia temukan di kotak kayu. Surat itu memuat janji yang samar namun mendalam, sesuatu yang membuatnya terus bertanya-tanya. Dia mengetuk pintu pelan. Beberapa detik berlalu sebelum Raka muncul, wajahnya terlihat lebih lesu dari biasanya. “Kamu nggak bilang mau ke sini,” ujarnya. Namun, nada suaranya tidak terdengar keberatan. “Aku perlu ngomong sama kamu,” jawab Lia, mencoba terdengar tegas meskipun keraguan masih melingkupinya. Raka membukakan pintu lebih lebar, mengisyaratkan Lia untuk masuk. Di ruang tamu, Lia menyerahkan surat itu kepada Raka. Dia membaca dengan seksama, alisnya berkerut semakin dalam. “Jadi, kamu pikir ini bukti kalau ada sesuatu yang lebih besar di balik semuanya?” tanyanya. Lia mengangguk. “Aku nggak tahu pasti, tapi rasanya ada sesuatu yang... salah. Terutam
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 23

Malam itu, Lia duduk di tepi ranjangnya, buku catatan kecil dari pamannya tergeletak di pangkuannya. Ruangan itu hening, hanya ditemani suara jam dinding yang berdetak pelan. Cahaya lampu yang redup mempertegas lingkaran hitam di bawah matanya. Sudah berjam-jam ia mencoba menyusun potongan-potongan informasi yang ia dapatkan. Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari Dean. "Kita harus bicara. Aku menemukan sesuatu." Jantung Lia berdegup kencang. Pesan itu mengusik pikirannya. Apa yang Dean maksud? Dan kenapa nada pesannya terdengar mendesak? Namun, belum sempat dia membalas, telepon lain masuk. Kali ini dari Raka. “Lia, aku punya ide soal buku itu. Kalau kamu mau, kita bisa cari lebih jauh. Aku tahu seseorang yang mungkin bisa bantu,” ujarnya. Lia merasa kepalanya penuh. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dean dan Raka, lagi-lagi mereka hadir dengan jalan yang berbeda. Tetapi, satu hal yang membuatnya ragu—apakah mereka benar-benar membantu atau justru menyimp
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 24

Pagi itu, Lia terbangun dengan perasaan tidak tenang. Pesan anonim semalam masih memenuhi pikirannya, dan ia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang perlahan menjalar. Siapa yang tahu dia sedang mencari tahu? Dan apa maksud pesan itu—peringatan atau ancaman? Ponselnya berbunyi lagi. Sebuah pesan baru masuk. Kali ini dari nomor yang tidak dikenalnya. "Kamu sudah terlalu dekat, Lia. Berhentilah sebelum semuanya terlambat." Lia menggenggam ponselnya erat, mencoba mengendalikan rasa cemas yang mulai menyeruak. Dia mengambil napas panjang dan memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Sebaliknya, dia menyimpan nomor tersebut, berniat untuk mencaritahu pemiliknya nanti. Hari itu, Lia bertemu dengan Dean dan Raka di perpustakaan umum. Mereka duduk di sebuah meja kecil di sudut ruangan, tumpukan buku dan dokumen memenuhi meja. Dean membuka sebuah map besar yang ia bawa. “Ini semua catatan proyek ayahku,” ujar Dean sambil menunjuk dokumen-dokumen itu. “Aku menemukan beberapa catatan ten
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 25

Sore itu, Lia duduk di meja belajarnya, memandangi amplop cokelat yang baru saja tiba. Tidak ada nama pengirim, hanya alamat rumahnya yang tertulis dengan tinta hitam tebal. Jantungnya berdebar kencang saat dia membuka amplop itu. Di dalamnya, dia menemukan sebuah catatan tangan dengan tulisan yang samar-samar miring. "Berhenti mencari. Kamu tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi." Lia menggigit bibirnya, mencoba mencerna makna kata-kata itu. Pesan ini jauh lebih langsung daripada yang dia terima sebelumnya. Pikirannya langsung melayang ke gedung penelitian yang mereka kunjungi beberapa hari lalu. Apakah seseorang tahu mereka sudah ke sana? Dia meraih ponselnya dan menghubungi Dean. “Dean, kamu di mana?” tanyanya, suaranya terdengar tegang. “Aku lagi di kafe dekat rumah. Kenapa?” “Aku perlu ketemu. Ada sesuatu yang harus kamu lihat.”kita Lia bertemu dengan Dean di kafe kecil yang sepi. Dia menyerahkan surat itu kepadanya tanpa berkata-kata. Dean membaca pesan itu dengan eksp
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 26

Lia berlari keluar dari kelas begitu bel berbunyi, tasnya tergantung di bahu, penuh dengan buku dan catatan yang sudah tak lagi menarik perhatiannya. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban. Surat-surat misterius itu, simbol yang ditemukan di buku tua, dan orang asing di perpustakaan—semuanya berputar di kepalanya seperti pusaran air. Dia tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi. Dia harus melakukan sesuatu, apa pun itu, untuk memecahkan teka-teki ini. Saat dia hampir sampai di gerbang sekolah, Dean menghentikannya. “Lia, tunggu!” Dia menoleh dengan cepat, tapi tatapannya bukan tatapan biasa. Ada ketakutan dan frustrasi di dalamnya. “Kamu kenapa?” tanya Dean dengan napas tersengal. “Aku nggak bisa kayak gini terus,” jawab Lia, suaranya gemetar. “Aku merasa seperti dikepung, Dean. Aku nggak tahu siapa yang bisa aku percaya. Aku bahkan nggak tahu apakah aku bisa percaya sama kamu.” Kata-kata Lia membuat Dean terdiam. Matanya melembut, tapi ada se
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 27

Langit pagi memancarkan warna kelabu, mencerminkan suasana hati Lia yang kacau. Setelah pesan ancaman terakhir yang dia terima, pikiran Lia dipenuhi ketakutan. Tetapi ketakutan itu tidak mampu mengalahkan tekadnya untuk terus mencari jawaban. Namun, ada hal lain yang membuat dadanya sesak. Dean. Percakapan terakhir mereka meninggalkan luka yang belum bisa dia sembuhkan. Lia berjalan menuju sekolah, berharap bisa menemui Dean sebelum kelas dimulai. Saat dia melihat Dean berdiri di dekat taman sekolah, sendirian, Lia tahu ini adalah kesempatannya. “Dean,” panggil Lia dengan suara rendah. Dean menoleh, dan matanya yang biasanya lembut tampak keras. “Apa yang kamu mau, Lia?” “Aku mau kita bicara. Aku nggak mau hubungan kita rusak karena semua ini,” kata Lia, mencoba menahan emosinya. Dean tertawa kecil, tapi nadanya dingin. “Hubungan? Lia, aku nggak tahu lagi apa arti hubungan kita. Kamu lebih memilih bekerja sama dengan Raka daripada percaya padaku.” “Itu bukan soal memilih! Aku
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 28

Lia mengatur napasnya, menenangkan detak jantungnya yang tak henti-hentinya berlomba. Ruangan bawah tanah yang dingin dan lembap itu terasa semakin menghimpit. Di sebelahnya, Raka berdiri dengan ekspresi tak terbaca. Ia memegang senter kecil, sinarnya menari di dinding bata yang penuh dengan lumut. “Kita harus segera keluar dari sini,” kata Raka, nadanya mendesak tetapi tetap lembut. Lia mengangguk, meski pikirannya masih berkecamuk. Percakapan terakhir mereka berputar-putar di kepalanya. Apakah benar Raka ada di pihaknya? Atau semua ini hanya permainan? Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara berat memecah keheningan. “Kalian kira bisa kabur begitu saja?” Lia dan Raka menoleh bersamaan. Di pintu tangga, pria yang tadi mereka hadapi berdiri dengan dua orang lainnya. Mereka membawa lampu sorot yang menyilaukan dan ekspresi dingin yang tak memberikan ruang untuk negosiasi. “Kita sudah selesai di sini,” kata pria itu, matanya menyipit ke arah Lia. “Serahkan a
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 29

Cahaya senja yang memudar melukis langit dengan warna jingga dan ungu. Lia berdiri di balkon kecil apartemennya, memandangi kota yang perlahan tenggelam dalam kegelapan. Angin malam menyapu wajahnya, membawa serta rasa dingin yang menelusup hingga ke hatinya. Dia memejamkan mata, mencoba mengatur napasnya. Namun, pikirannya terus-menerus dihantui oleh percakapan terakhir di dalam mobil bersama Dean dan Raka. Ketegangan di antara mereka seperti bara yang siap meledak kapan saja. “Lia, kau baik-baik saja?” Suara Dean mengejutkan Lia. Dia menoleh dan mendapati Dean berdiri di ambang pintu balkon, ekspresinya penuh kekhawatiran. Lia tidak menjawab, hanya memberikan isyarat kecil dengan bahu yang terangkat. “Aku tahu ini semua berat,” lanjut Dean, suaranya lebih pelan. “Tapi kau harus percaya bahwa aku ada di pihakmu.” Lia menatap Dean dengan sorot mata yang sulit ditebak. “Masalahnya bukan aku percaya atau tidak. Masalahnya adalah aku tidak tahu siapa yang benar-benar bisa kua
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 30

Pagi itu, Lia memutuskan untuk tidak larut dalam ketakutan. Dia harus mulai mengambil kendali atas situasi ini. Dia mengenakan jaket tebalnya, mengikat rambutnya, dan keluar dari apartemen dengan tekad yang bulat. Langkah kakinya membawanya ke perpustakaan kampus. Tempat itu sepi, hanya ada suara lembut kipas angin dan beberapa mahasiswa yang sibuk di meja mereka. Lia memilih sudut tersembunyi di belakang rak buku, membuka laptopnya, dan mulai menelusuri petunjuk. Dia mengingat kata-kata Raka tentang kemungkinan ancaman dari masa lalu. Meskipun tidak banyak yang dia tahu tentang masa lalu Raka atau Dean, dia memutuskan untuk memulai dengan apa yang ada di hadapannya. “Lia?” Sebuah suara mengejutkannya. Lia mengangkat kepala dan mendapati Dean berdiri di dekat rak. Wajahnya tampak khawatir. “Apa yang kau lakukan di sini sendirian?” tanyanya sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Lia. “Aku sedang mencari sesuatu,” jawab Lia singkat, menutup layar laptopnya. Dean mengernyit. “
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status