Home / Rumah Tangga / Suami Licik Istri Cerdik / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Suami Licik Istri Cerdik: Chapter 31 - Chapter 40

58 Chapters

Bab. 31

"Halimah, kamu gak ingat kalau kita keluarga? Aku mertuamu, jangan kurang ajar!""Tenang, sebentar lagi kita gak ada hubungan lagi, jadi Anda tidak perlu pusing mikirin menantu kurang ajar ini.""Aku gak mau pergi dari rumah itu, aku gak mau jadi gelandangan.""Mau jadi apa bukan urusanku, lagipula sejak kapan Anda menganggap saya keluarga? Anda hanya menganggap saya pemban-tu gratisan dan mesin ATM berjalan. Mulai hari ini bangunlah dari mimpi.""Kamu jahat sekali, pantas saja anakmu yang menerima akibatnya.""Apa maksudmu?" Halimah mulai terpancing, apa saja yang berkaitan dengan mendiang putranya sangat sensitif baginya. "Anakmu yang membu-n*h putraku. Sampai kapan pun tak akan aku maafkan."Halimah memberi isyarat ke empat orang lelaki kekar untuk mengusir Ibu mertuanya keluar. Dia menulikan telinga meski wanita itu berteriak mema-ki dirinya.Aku hanya diam melihat perdebatan Halimah dan Ibu mertuanya. Andai tak mengetahui penyebab Halimah bertindak seperti tadi mungkin aku juga
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 32

"Andai kamu tak terikat lagi, maukah kau menikah denganku?"Pertanyaan Kahfi kubiarkan mengambang di udara lalu dibawa angin lalu. Saat itu aku tidak mengiyakan tidak pula menolak. Aku baru kehilangan seseorang yang sangat berarti hingga tak bisa berpikir dengan jernih. Lagipula tidak masuk akal tiba-tiba saja Kahfi menyatakan perasaannya Aku takut kalau apa yang dia rasakan hanya sekedar simpati. Aku tidak butuh rasa kasihan dari siapa pun. Kehilangan Gio merenggut semangat hidupku juga rasa percaya pada siapa pun. Pernah berpikir menyerah dan menyusul putraku. Pada malam penghujan aku menelan puluhan butir ob-at tidur, tetapi usaha itu digagalkan oleh kedua saudara tiriku. Bukannya kasihan keduanya memarahiku dengan mengatakan aku adalah manusia bod-oh yang memilih abadi di neraka. Mereka juga mengatakan aku akan mengecewakan ruh Gio.yang tengah menungguku di surga. Kata-kata itu memukul telak kesadaranku. Ya, aku memang bo-doh dan lemah. Butuh waktu berbulan-bulan mengembalikan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 33

Tatapan Kahfi membuatku seolah ditarik ke masa lalu saat itu sore menjelang kala lembayung senja mengukir rona kemerahan di ufuk barat. Aku membiarkan pertanyaannya mengambang di udara sampai sekarang. Melihatnya sudah memiliki calon istri membuat rasa bersalahku berkurang. Tentu saja, apa yang aku harapkan? Berharap Kahfi merasa kehilangan dan terus menungguku? Dalam hati aku menertawakan diri sendiri, jangan terlalu percaya diri Halimah, kamu tak seistimewa itu hingga bisa membuatnya patah hati. Kahfi lelaki tampan dan mapan, apalagi berprofesi sebagai dokter ahli bedah pasti banyak yang mau menjadi pendamping hidupnya."Aku Kahfi dan Anda?" Kahfi mengulurkan tangan ke Mas Bayu, padahal jelas-jelas Sarah menunjukku, apa dia tak ingat padaku? Rasanya tak mungkin waktu dua tahun membuatnya lupa, lagipula aku tak merubah wajahku."Aku Bayu, perusahaanku menangani pembangunan gedung baru untuk Citra Medika. Dan ini asistenku, Halimah."Aku menangkupkan tangan hendak menyapa, tapi Kahf
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 34

"Benar itu Kahfi? Untuk apa dia mengikutiku?"Aku menutup kain gorden yang menutupi jendela ketika melihat Kahfi mendekat ke rumah. Aku bersandar ke pintu sembari menekan dada yang berdebar semakin kencang. Aku bingung dengan tingkah Kahfi, tadi dia bersikap ketus seakan enggan berdekatan denganku, tapi sekarang dia malah mengikutiku? Apa maksud semua ini? Aku menunggu dengan perasaan berkecamuk sembari menimbang perlukah membuka pintu kalau dia mengetuk? Lalu apa yang kami bicarakan? Astaga, kenapa pemikiranku terlalu jauh? Semenit dua menit tak ada yang mengetuk pintu. Apa Kahfi sengaja menunggu di luar atau ....Didorong rasa penasaran aku mengin-tip lagi melalui jendela rumah. Dahiku berkerut sebab tak mobil yang dikendarai Kahfi tak terlihat lagi. Apa dia mengurungkan niatnya bertamu? Atau jangan-jangan yang aku lihat bukan dia? Aku berdecak pelan, sepertinya hari ini terlalu berat hingga kepalaku tak mampu berpikir dengan baik. Aku butuh mandi air dingin agar kekacauan di tempu
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 35

"Kamu yakin gak perlu ditemani?" Suara Mas Faris terdengar bernada cemas di telepon, hangat merayap ke dalam dada karena masih ada yang peduli padaku. "Iya, Mas, aku baik-baik saja, cuma patah paling ikut fisioterapi normal lagi.""Cuma patah?!" Kali ini suara Mas Andar terdengar meninggi, aku sampai harus menjauhkan ponsel dari daun telinga. "Udah kayak gitu masih bilang cuma? Kamu jangan anggap enteng semuanya Imah!""Iya, maaf." Aku memilih mengaku salah daripada dicemarahi lagi sama Mas andar. Berbeda dengan Mas Faris yang lebih kalem, Mas Andar cenderung urakan, tetapi dia maju paling depan kalau ada sesuatu menimpa saudaranya."Mas, udah minta tolong sama Bayu carikan kamu asisten rumah tangga untuk bantu-bantu di sana.""Tapi Mas ...." Aku merengek mendengar perkataan Mas Faris."Gak ada tapi-tapian Halimah! Mas gak mau kamu kenapa-kenapa, cuma kamu satu-satunya saudari perempuanku.""Benar itu, sesekali Halimah harus ditegasin Mas!" Mas Andar ikut memprovokasi. Mendengar ked
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 36

Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Suara-suara di dalam kepala terus berdengung berharap Halimah bisa pulih seperti sedia kala. Pertemuan dengan Halimah membuat bunga-bunga cinta yang layu kembali segar, seolah-olah disirami hujan setelah bertahun kemarau. Aku tak tahu harus bagaimana bersikap, setelah dua tahun menghilang kemarin dia berdiri di depanku begitu saja. Lidahku kelu menyapanya, ragu menyergap dada apakah Halimah sudi mengenalku? Bukankah dulu dia pergi tanpa kata, memperjelas aku tak berarti baginya. Mengingat sikapnya itu aku memilih pura-pura tak mengenalnya.Aku tak tahu apa yang Halimah pikirkan saat Sarah memperkenalkanku sebagai tunangannya. Aku berharap dia cemburu, tapi rautnya tetap datar. Entah mengapa sikapnya itu membuatku kesal. Harusnya dia kesal, marah, atau cemburu agar aku bisa mengatakan kalau aku masih mencintainya. Namun, lelaki yang selalu bersama Halimah adalah jawabannya. Dia sudah memiliki seseorang. Aku berani bertaruh Halimah bahkan tak
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 37

Di ujung sana terasa kehening sesaat sebelum Sarah menjawab dengan suara tenang, tapi ada getaran halus dalam nadanya."Apa maksudmu, Kahfi?""Aku rasa pernikahan ini sebaiknya kita batalkan saja."Perkataan itu keluar dari mulut Kahfi dengan suara berat. Bukan hal yang mudah baginya, terutama mengingat betapa Sarah telah banyak berkorban untuk hubungan mereka. Namun, Kahfi tahu bahwa hidup dalam kebohongan akan jauh lebih menyakitkan daripada mengatakan yang sebenarnya."Kenapa baru sekarang kau mengatakan ini? Kalau kamu merasa tak akan pernah bisa mencintaiku harusnya tolak dari awal. Bukan setelah dua tahun. Bukan setelah kedua keluarga mulai melakukan persiapan pernikahan."Meski dadanya ngilu mendengar permintaan Kahfi, Sarah masih berusaha tenang. Dia yakin pasti ada alasan kuat lelaki itu ingin membatalkan rencana pernikahan mereka. Bukan karena Kahfi menyadari tidak akan pernah bisa mencintainya, tetapi hal lain, mungkin seseorang dari masa lalunya."Maaf, aku tahu ini salah
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 38

Sarah duduk di sudut restoran elegan, memainkan cangkir kopinya dengan pelan sambil menunggu Bayu datang. Wajahnya mungkin tampak tenang di luar, tetapi di dalam hatinya berkecamuk. Pengakuan Kahfi semalam masih terngiang-ngiang di telinganya—pernyataan tentang cintanya pada Halimah yang membuat dunianya seakan runtuh, tapi Sarah tidak akan menyerah begitu saja. Dia sudah menyiapkan rencana untuk menyelamatkan rencana pernikahannya.Bayu akhirnya tiba, dia menyapa dengan senyum ramah. Sarah langsung memasang ekspresi bersahabat, seolah pertemuan ini hanyalah tentang urusan bisnis seperti yang mereka rencanakan sebelumnya."Terima kasih sudah meluangkan waktu, Pak Bayu. Aku ingin membicarakan kelanjutan kerja sama kita, tapi sejujurnya aku juga tertarik mengenal lebih dalam tentang tim kamu, terutama Halimah. Dia terlihat sangat kompeten dan menarik."Bayu mengangguk sambil tersenyum, tampaknya tidak menyadari maksud tersembunyi Sarah."Halimah memang luar biasa. Dia salah satu karyawa
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 39

Halimah duduk di kursi di depan Bayu, tangannya menggenggam kuat tas di pangkuannya. Matanya terpaku pada wajah Bayu yang tampak tidak tenang, seolah ada beban besar yang ingin dia utarakan."Maaf, aku suruh kamu buru-buru ke kantor. Ada hal yang gak bisa aku ceritakan di telepon."Halimah masih diam, dari raut Bayu dia tahu ada sesuatu yang tidak beres."Aku minta maaf, Halimah. Ini bukan keputusan yang mudah, tapi aku harus memintamu untuk rehat sementara. Setidaknya sampai proyek dengan Citra Medika selesai."Halimah menatap Bayu dengan sorot mata bingung. Rehat? Dia tahu pekerjaannya berjalan dengan baik, dan tak ada alasan yang jelas untuk tiba-tiba menghentikan keterlibatannya."Kenapa, Mas? Apa ada masalah dengan kinerjaku?"Bayu menelan ludah, dia berusaha menahan keraguan di wajahnya. Dia mengusap lehernya dengan gugup."Bukan soal itu, Halimah. Kamu selalu profesional, tapi ini lebih dari sekadar pekerjaan. Semua jadi rumit setelah aku berbicara dengan Sarah."Mendengar nama
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 40

"Permisi, Dokter Kahfi, ada?" Halimah bertanya ke salah seorang perawat yang berpapasan dengannya di lorong rumah sakit."Dokter Kahfi sedang ada operasi Mbak. Silakan tunggu di ruangannya.""Apa boleh saya masuk gitu aja?" Halimah sedikit segan, sebab dia tak pernah masuk ke ruang pribadi orang lain tanpa izin.Sang perawat tersenyum. "Gak apa-apa Mbak. Ayo, saya tunjukkan tempatnya.Perawat tadi membuka pintu ruangan Kahfi lalu mempersilahkan Halimah masuk. Aroma lavender menyerbu penciumanya, aroma bunga ini kesukaannya membuat rasa nyaman hadir di dadanya. Halimah mengamati ruangan berukuran 3 × 3 m² persegi itu. Satu sofa panjang diletakkan di depan meja kerja Kahfi. Lemari didempetkan ke dinding sehingga ruangan terlihat luas. Ceklek! Bunyi pintu dibuka dari luarHalimah menoleh, dia berdiri canggung ketika Kahfi masuk ke dalam ruangan. Mata mereka bertemu, Kahfi terkejut melihat kehadirannya. Suasana hening sejenak, seolah-olah waktu berhenti di antara mereka. Halimah tahu, i
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status