Semua Bab Suami Licik Istri Cerdik: Bab 21 - Bab 30

58 Bab

Bab. 21

Aku menarik wajahku dari dada Kahfi dan melihat Mas Dayat berdiri di ambang pintu ruang perawatan Gio. Raut lelaki yang pernah kucintai itu merah padam, keduanya terkepal di sisi badannya."Ternyata ini alasan kamu mau bercerai, lempar batu sembunyi tangan. Nuduh aku selingkuh padahal kamu juga."Aku menghela napas pelan, dari mana Mas Dayat tahu kalau aku di rumah sakit. Dering ponsel membuatku merogoh ponsel di dalam saku celana kulotku."Ya, Mak?""Neng, gimana Gio? Dia baik-baik aja kan?""Iya, Mak, Gio harus dirawat satu atau dua hari ini." "Syukurlah. Em, Neng, tadi Dayat ke rumah mau ketemu Neng, tapi Mak bilang ke rumah sakit antar Gio. Maaf, tadi Mak nyebut nama rumah sakitnya."Sekarang aku tahu bagaimana Mas Dayat bisa sampai ke sini. "Iya, Mak, gak papa. Aku tutup dulu, orangnya udah di sini."Lalu percakapan telepon berakhir. Aku berdiri menantang Mas Dayat yang kini berdiri di ujung kaki Gio."Kalau kamu ke sini nyari ribut lebih pergi!" Meski badanku terasa lemas, tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 22

"Dayat, bangun! Gimana mau punya duit kalau tiduran terus. Dari pagi ke pagi kayak gedebong pisang!"Suara cempreng Ibu menusuk gendang telingaku, ditambah gedoran di pintu kamar membuatku menutup daun telinga dengan bantal guling."Dayat, kamu dengar gak? Ibu udah ditagih hu-tang sama pin-jol, Ibu Hasni juga nagih arisan yang kemarin. Ayo buka pintu, Ibu minta u-ang."Si-4l! Tak bisakah sehari saja aku tidur dengan tenang? Jelas-jelas Ibu tahu kalau aku tidak bekerja lagi. Bahkan, rumah tanggaku gonjang-ganjing akibat selama ini aku selalu memanjakan Ibu dan Mbak Anis dengan limpahan materi, tentu saja u-angnya kuambil dari penjualan toko. Sekarang, aku bukan siapa-siapa lagi, terang saja sumber pendapatanku hilang."Dayat, buka pintu atau Ibu dobrak!"Aku berdecak keras. Baru kali ini aku merasakan beratnya punya Ibu yang doyan ngabisin duit. Dulu tak masalah, sekarang harusnya Ibu dan Mbak Anis bisa mengurangi gaya hidup hedonnya. Aku bangkit dari tempat tidur dengan malas lalu mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 23

"Gio mau tidur dipelvk Ibun."Rengekan Gio membuat hatiku luluh, niat hendak membuat susu kuurungkan setidaknya sampai dia terlelap."Gio masih pusing?" Aku mera-b4 jahitan di dahi Gio yang sudah kering."Udah gak Ibun, Gio kan, anak kuat." "Ibun percaya, tiap hari Ibun doakan agar Gio jadi anak sholeh, pintar, disayang semua orang."Gio tersenyum memperlihatkan barisan gigi susu yang terawat. Namun, rautnya tiba-tiba berubah sendu. "Kenapa? Ada yang sakit?"Gio menggeleng. "Gio kangen Ayah. Ayah ke mana, kok gak pulang-pulang?"Aku tertegun mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Gio. Wajar dia mempertanyakan Ayahnya, sebab beberapa hari ini tidak bertemu Mas Dayat."Ayah gak sayang Gio lagi, ya, Ibun? Apa karena Gio nakal? Ayah juga jarang peluk Gio, gak seperti teman-teman yang lain. Ayahnya suka bermain sama dia, kadang dibawa jalan-jalan. Gio juga mau kayak gitu."Ya Allah, hatiku han-cur redam mendengar curahan hati Gio. Selama ini dia tak pernah rewel, bahkan sangat penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 24

"Apa lagi yang kau tunggu? Ayo naik!"Fina menarik tanganku, dia sudah duduk di jok belakang sepeda motor, sementara Mbak Anis dan teman lelakinya sudah pergi lebih dulu. Kakiku masih gemetar melangkah, bayangan Gio yang terlem-par ke dinding terus berkelebat di pelupuk mataku. Apa dia baik-baik saja?"Buruan! Kamu mau kita tertangkap warga?!" Fina kembali berseru mengingatkan membuatku menarik gas sepeda motor dengan cepat. Hampir saja menabrak pohon beruntung aku bisa mengendalikan stang."Kamu mau kita mati? Hati-hati." Lagi Fina berteriak di daun telingaku.Aku tak menggubris, kepalaku penuh dengan bayang-bayang Halimah dan Gio. Apa mereka baik-baik saja? Aku benar-benar sudah gil4 mau saja mengikuti rencana Fina. Bagaimana kalau Gio terluka parah?"Kita kumpul di bengkel teman Mbak Anis sesuai rencana."Aku mengikuti arahan Fina menuju bengkel yang dimaksud. Aku tidak mengira Fina dan Mbak Anis melibatkan orang luar. Aku sempat ingin membatalkan, tetapi teman lelaki Mbak Anis tel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 25

"Gio akan baik-baik saja." Suara Kahfi lembut membuat Halimah menatap lelaki itu."Tapi kenapa sampai sekarang Gio belum bangun? Aku panggil-panggil dia gak respon." Halimah terisak, wajah wanita itu terlihat kuyu, matanya juga tampak lelah sebab tak berhenti menangis sejak semalam.Kahfi mendekat, dia ingin mengusap punggung rapuh Halimah sekedar memberi kekuatan untuk wanita itu. Namun, tangannya urung bergerak sebab sadar Halimah bukan mahromnya, belum tentu juga wanita itu bersedia disentuh sembarangan."Kita doakan Gio mampu melewati masa kritisnya. Gio anak yang kuat, dia pasti bisa."Halimah menggenggam tangan Gio. Dia berterima kasih atas niat Kahfi menenangkannya, tetapi tetap saja tak mampu menenangkan gelombang rasa takut yang membuatnya resah. Selama Gio belum membuka mata sampai kapan pun dia tak akan tenang."Kahfi, maaaf aku selalu merepotkan kamu. Aku gak tahu lagi harus minta tolong pada siapa." Suara Halimah serak menahan tangis, dadanya ngilu mengingat kejadian tad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 26

"Maaf, dia siapa?" Polisi tadi menunjuk Dayat yang masih mematung berdiri di tempatnya."Dia suami saya." Halimah enggan mengakui, tetapi Dayat memang suaminya."Anda di mana saat kejadian?" Dayat tidak mengira ditanya polisi membuatnya gugup setengah mati. "Sa, saya lagi nginap di rumah orang tua saya, Pak."Polisi tadi menatap Halimah dan Dayat bergantian, sepertinya dia paham kalau ada masalah di antara mereka."Apa ada petunjuk lain, Pak?" Kali ini Kahfi yang bertanya."Kami merasa ada kejanggalan dalam kasus ini, sebab pintu depan tidak rusak yang rusak malah pintu belakang.""Iya, saya lihat mereka juga keluar lewat pintu belakang." Halimah tak mungkin lupa kejadian malam nahas itu, setelah melukai Gio salah satu peram-pok berjalan ke dapur."Anehnya kalau masuk dari belakang harusnya pintu dirusak dari luar, tapi ini dari dalam."Kahfi dan Halimah terdiam mencerna penjelasan polisi yang masuk akal. Berbeda dengan Dayat yang semakin menciut, dia yakin cepat atau lambat kedoknya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 27

"Apa yang kau pikirkan?" Suara Kahfi mengalihkan pandanganku dari Gio. Sudah dua hari, tetapi belum ada tanda-tanda dia akan bangun. Hati Ibu mana yang tidak sakit melihat d4rah dagingnya terbaring tidak berdaya di atas brankar rumah sakit."Fi, apa kata dokter, kenapa Gio belum juga siuman?" Aku menatap Kahfi lekat, berharap ada kabar baik yang dia bawa dari dokter yang menangani Gio"Maaf, aku harap kamu tetap kuat, ya. Kita akan hadapi ini sama-sama."Aku merem4s dadaku mendengar kata-kata Kahfi, seakan hendak menenangkan detak jantung yang semakin menggila."Ada apa sebenarnya? Tolong jujur sama aku." Aku memegang tangan Kahfi erat, tak peduli kami mahrom atau tidak. Di saat seperti ini aku butuh seseorang yang bisa menguatkan, peran yang seharusnya dilakukan oleh Dayat. Namun, entah di mana dia sekarang, bahkan puncak hidungnya tak terlihat sejak terakhir bertemu di rumah sakit."Dokter bilang ada pembekuan dar-ah di kepala belakang Gio, harus dilakukan operasi sesegera mungki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 28

"Gio!" Aku terhuyung ke tempat tidvr ketika mencoba bangkit"Halimah, kamu gak papa?" Aku menoleh ketika mendengar suara Kahfi menanyakan keadaanku. Sesaat aku linglung menatapnya, benakku mencoba mengumpulkan keping ingatan terakhir sebelum semuanya terasa gelap. Rasa ngilu menik4m dada ketika penjelasan polisi terngiang kembali di dalam di dalam tempurung kepalaku."Fi, aku, aku ....""Kamu tenang, jangan banyak gerak." Kahfi memperbaiki plester untuk menahan jarum infus di tanganku.Aku membiarkan kepalaku jatuh di dada Kahfi. Aku tak pernah mengira dalang peramp0kan suamiku sendiri. Ke mana hatinya dia letakkan? Tak bergetarkah nuraninya saat melihat tubuh kecil Gio terpental ke dinding?"Sakit, Fi, sakit!" Aku merem-as baju snelli Kahfi erat-erat sekadar meluapkan amarah yang menggumpal di dada. Air mataku membasahi dadanya,"Menangislah, keluarkan semua." Aku merasakan usapan lembut di kepala membuat tangisku semakin menderas. Ya Tuhan, tak pernah kubayangkan lelaki yang kupe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 29

Gerimis yang turun sejak tadi pagi tidak mampu membujuk sang mentari meredupkan cahayanya, justru teriknya semakin menyengat orang-orang yang sedang menyusun kursi di halaman rumah Halimah. Kaum laki-laki bahu-membahu memasang tenda untuk para pelayat berteduh nanti, sementara ibu-ibu membantu memasak di rumah tetangga untuk memberi makan orang-orang yang turut mengantarkan ke kuburan nanti. Di dalam rumah tampak Mak Darmi merapikan kain panjang yang menutupi jenazah Gio. Silih berganti orang-orang datang untuk menyampaikan belasungkawa, tak lupa mereka membaca doa agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Yang Mahakuasa. Di sebelah tempat tidur Halimah duduk bersandar dengan tatapan lurus ke jenazah putranya. Dia menyandarkan kepalanya ke dinding, wajah wanita itu tampak kuyu, lingkar di bawah mata terlihat hitam, binar yang biasanya berpendar di wajah cantiknya luntur sudah. Halimah bak bulan mati, dia redup karena cahaya hatinya telah padam. Setelah mendapat kabar kalau Gi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab. 30

"Sampai mati pun aku tak akan pernah memaafkanmu. Membu-suklah kau di penjara, kemudian di hari akhir aku akan menuntutmu sebagai laki-laki bia-dap yang tak layak disebut suami atau dipanggil Ayah.""Halimah ....""Pergi, kau tak pernah hadir di hidup anakku saat dia masih hidup, jadi dia juga tak butuh kehadiranmu sekarang. Pergi, aku jijik melihatmu. Kamu dan keluargamu akan mender-ita seumur hidup sampai kalian mat-i."Sumpah serapah Halimah laksana hujan peluru yang menyasar setiap jengkal badanku, menciptakan rasa nyeri, ngilu, banyak rasa yang tak bisa kujelaskan. Aku berani bersumpah tak pernah sedikit pun terlintas di benak untuk menyakiti Gio. Aku akui lalai padanya, tak pernah menjalin kedekatan layaknya Ayah dan anak. Jika ingin jujur aku belum siap menjadi seorang Ayah. Aku masih ingin bersenang-senang, menikmati statusku sebagai menantu orang kaya. Namun, bayangan hidup enak tanpa bekerja di pupus mendiang Ayah Halimah, beliau menyuruhku bekerja untuk memenuhi kebutuhan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status